Bab 29 : is this love?

77.5K 4.5K 41
                                    


Dorrr...

Sebuah bunyi yang berdengung keras terasa memekakkan telinga, bagi siapa saja yang mendengarnya.

Masih diruangan yang sama, Andrew berdiri menatap Jesse yang tampak lemah dan tidak berdaya. Wanita itu sudah hampir tidak sadarkan diri dalam keadaan yang begitu tragis, dirasakannya setiap inci tubuh yang terasa nyeri akibat peluru yang berhasil menembus kulitnya. Peluru itu hampir sukses tepat mengenai inti kehidupannya.

Kini, seorang Jesse tengah terkulai lemas dibawah lantai dengan banyak darah yang bersimpahan dimana-mana. Matanya masih terbuka, dengan tatapan yang begitu kentara memperlihatkan betapa sengsaranya ia saat ini, tapi tak ada yang mau menolongnya. Bantinnya menjerit memanggil semua orang, ia hanya bisa pasrah dan berharap, walau ia begitu yakin jika itu adalah hal yang mustahil. Para pembantunya pun tidak akan ada yang sudi menolongnya, mungkin mereka sudah lari terbirit-birit sejak tadi.

Andrew menyeringai puas, Ia menghampiri Jesse dan berjongkok agar menyamai posisi wanita yang kini sedang terkulai dilantai yang dingin dengan posisi tengkurap dan kondisi yang mengenaskan.

"Ck, kau kuat juga, rupanya. Kau tau? Sekarang, aku merasa simpati dengan kondisimu saat ini," Andrew menghembuskan napas dengan kuat, "begini saja, bagaimana jika aku percepat kematianmu, agar kau tidak lagi merasakan sakitnya saat sekarat, bagaimana? Setuju?"

Jesse tidak bergeming, tapi matanya menatap nyalang kearah Andrew. Lagi-lagi air mata kembali mengalir deras dipipinya, ia begitu kecewa, tapi entah kenapa ia membenci dirinya sendiri. Bagaimana tidak? Ia masih mempunyai perasaan kepada pria didepanya ini, walau dengan sangat jelas dan nyata bahwa Andrew sudah berlaku kejam, ia tetap tidak bisa menjadikan rasa itu menjadi sebuah kata benci.

"Kau menjadi bisu, rupanya," Andrew mulai menahan kesal, ia mengangkat dagu Jesse agar wanita itu menatapnya, "bicaralah, sayang, aku sangat ingin mendengar suaramu itu."

"Aku akan bertahan hi-hidup, Drew." Perkataan Jesse berhasil membungkam mulut Andrew, pria yang tadi sempat berucap manis serta tersenyum tampan, kini mengganti ekspresinya menjadi datar kembali.

"Sepertinya, perlakuanku tadi belum cukup kejam padamu," ucap Andrew yang kini kembali menunjukkan senyum manisnya, "kau lihat apa ini?" Andrew menunjukkan baju yang dipakainya, "kau sudah mengotori bajuku dengan darah busukmu itu. Jadi, mari kita selesaikan dan akhiri semua ini dengan cepat."

Jesse masih dalam keadaan sadar sambil sesekali menatap Andrew dan terbatuk hebat, ia sudah kekurangan darah, kepalanya mulai berdenyut nyeri, tapi ia tidak mau menyerah begitu saja.

Dengan bersusah payah, ia terus menguatkan dirinya dan mendengarkan setiap tutur kata yang diucapkan oleh Andrew.

"Kau salah menilaiku, Drew. Aku tidak selemah dan sebodoh yang kau kira. Kau akan menyesal dengan semua perlakuanmu ini" ucap Jesse yang tersenyum kecut.

"Teruskanlah, sayang."

"Uhuk... a-aku tidak akan menyerah, aku a-akan membalas..uhuk, per-perlakuanmu, Drew." lanjutnya dengan terbata.

Andrew menggelengkan kepalanya melihat wanita didepannya ini begitu keras kepala walau sudah diambang kematian sekalipun, "Kau keras kepala sayang, itu tidak baik, atau semuanya akan berakhir dengan buruk."

"Coba saja." ujar Jesse dengan nada menantang.

Andrew menatap wanita itu dengan geram, ia mengatupkan rahangnya. Tapi ia masih berusaha menahann amarahnya. Ia tidak mau terburu-buru untuk mengambil keputusan. Baginya, siksaan ini belumlah sepadan dengan dirinya yang selama satu tahun menahan hasrat untuk melenyapkan wanita ini.

My Psychopath Boss ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang