Bab 40 : This is time

60.7K 3.2K 67
                                    


"A-aku, sedang mencarimu, Drew," ujar gadis itu dengan tergagap. "Aku minta maaf karena berbuat lancang dengan masuk tanpa izinmu."

Andrew menatap gadis itu dengan datar, ia menghidupkan saklar lampu yang berada di dinding kamar tidak jauh dari tempatnya berdiri. Ia kembali menatap Resya dengan tajam, pria itu menariknya masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu itu dengan rapat.

Pria itu mengeluarkan ponsel dari saku kemejanya dan menunjukkan benda itu tepat di depan wajah Resya.

"Apa maksudnya ini?" tanya Andrew sembari memperlihatkan ponsel yang masih ditangannya.

Resya menatap ponsel itu dengan sedikit kaget, ia heran mengapa ponselnya berada ditangan Andrew.

"Itu ponselku--"

"Ya, aku tau jika ini adalah ponselmu. Maksudku, siapa pria yang memberimu pesan ini?"

Resya bergeming, ia bingung harus menjawab apa. Lagipula, kenapa Andrew mengetahuinya serta mengerti dengan bahasa yang ia gunakan.

"Resya, jangan buat aku marah dan menyakitimu. Jadi, jawablah pertanyaanku sebelum amarahku benar-benar tidak bisa lagi aku tahan," tukas Andrew dengan nada yang dibuat setenang mungkin agar tidak menyakiti gadisnya.

"Itu Aldo, dia pacarku," jawab Resya dengan gamblang.

Andrew mendesah, ia merasa ada sesuatu yang meremas hatinya hingga membuatnya terasa sakit. Kenapa hal itu bisa terjadi padanya, padahal ia sangat mencintai gadis ini. Ia belum pernah merasakan hal ini kepada siapa pun selain Resya.

Andrew menggeram marah, ia menggertakan giginya. Tanpa berpikir panjang, ia mengumpulkan tenaga sebanyak mungkin untuk bisa melempar benda itu hingga hancur.

Pranggg

Suara barang pecah kembali menggema, Andrew melempar ponsel itu keluar jendela balkon rumahnya, hingga kaca kamar itu pecah dengan pecahan beling yang berserakan. Ia tidak memedulikan Resya yang tampak melongok dan mulai berkaca-kaca. Gadis itu meremas blezernya dengan kuat, mencoba untuk menahan isakannya.

Andrew menatap Resya, ia memegang kedua bahu gadis itu.

"Sepertinya kau masih belum mau mengerti akan ucapanku," Resya mendongak dari posisi awalnya yang sedang menunduk. "Kali ini aku akan mentolelirnya. Aku harap kau mengerti dengan ucapanku sebab aku tidak akan mengulanginya lagi. Jauhi pria itu atau aku sendiri yang akan membunuhnya."

Gadis itu menatap manik mata Andrew dengan tidak percaya.

"Kau mengerti?" tegas Andrew.

Resya membuang muka ke samping kanannya, menjawab pria itu dengan tidak acuh. "Ya."

Satu tetes air mata mulai mengalir dan membasahi pipinya.

"Bagus. Sekarang jangan menangis." Pria itu meraih dagu Resya dan menghadapkannya kembali untuk menatapnya. "Aku minta maaf sudah membuatmu kaget karena amarahku. Sungguh, aku tidak mempunyai niat sedikit pun untuk menyakitimu, hanya saja kau juga perlu paham mengenai perasaanku. Maka dari itu jangan buat aku cemburu."

Pria itu menghapus air mata yang menetes dipipi Resya menggunakan jarinya dengan lembut, sesekali ia mengusapnya dan tersenyum agar gadis itu sedikit tenang setelah melihat sisi iblis dari dalam dirinya. Andrew mulai menghancurkan batas jarak diantara dirinya dengan Resya, pria itu menarik tubuh Resya agar mendekat kepadanya. Dengan lembut, Resya jatuh dipelukan Andrew.

"Maafkan aku," desis Andrew.

Satu menit, dua menit, lima menit, dan sekarang sudah lebih dari delapan menit mereka berpelukan. Tampak tidak ada niatan untuk saling melepaskan di antara keduanya. Mereka terlihat begitu nyaman satu sama lain.

My Psychopath Boss ✔Where stories live. Discover now