Bab 43 : Love you❤

63.7K 3.4K 194
                                    


Andrew mondar-mandir didepan ruangan IGD rumah sakit, ia begitu kalut melihat keadaan Resya. Pria itu memegang kepalanya dengan frustasi. Tidak ada hal lain yang kini ia harapkan selain keselamatan gadis yang di cintainya itu.

Tidak lama, datang seorang pria yang yang menghampirinya dengan tergesa-gesa berbalutkan kemeja berwarna putih dan celana jeans hitam. Pria itu tampak sangat khawatir terlihat dari raut wajahnya yang kusut.

Ternyata, itu adalah Finnick yang sengaja beberapa menit lalu sudah Andrew hubungi lewat telepon umum.

"Bagaimana keadaanya?"

Andrew mendengkus dan hanya menggeleng lemah, ia memilih untuk duduk dikursi tunggu depan ruangan dimana Resya sedang ditangani. Tidak ada niatan darinya untuk menjawab pertanyaan Finnick. Andrew terus saja memegang kepalanya dengan kuat seakan ingin meledak saat itu juga.

Finnick hanya mengikuti pergerakan Andrew dan duduk disampingnya. Ia menepuk bahu Andrew pelan dengan raut wajah turut prihatin.

"Kita hanya bisa berdo'a yang terbaik untuk keselamatannya. Tenanglah, kau harus yakin jika ia kuat dan bisa melewati semua ini."

Satu tetes air mata berhasil meluncur di pelupuk mata Andrew. ya, hanya satu tetes. Ia melirik Finnick yang duduk di sampingnya.

"Ini semua salahku, Fin. Seharusnya, aku melindunginya dan tidak melibatkan dia ke dalam masalah ini," Andrew tersenyum kecut," Resya mungkin sudah tahu siapa aku dan akan membenciku." ujar Andrew dengan suara serak.

"Kita akan bunuh Jimmy bersama-sama," ucap Finnick dengan mantap dan disambut tatapan menyetujui dari Andrew, "kau menangis?" tanya Finnick kembali dengan wajah isengnya.

Andrew melotot kepada Finnick dengan seram, jika bukan situasi yang berduka, ia sudah pasti meninju sahabatnya yang menyebalkan itu, "sial kau!" hanya itu yang keluar dari mulut Andrew. Ia menyikut perut Finnick hingga pria itu meringis kesakitan, sementara Andrew kembali bergeming.

Andrew menjadikan kedua tangannya sebagai tumpuan kepalanya. Ia menatap kosong ke depan pintu ruangan Resya,"aku tidak yakin jika Resya akan selamat. Jika itu sampai terjadi, aku tidak tahu bisa menjalani hidup kembali dengan normal atau tidak."

Ucapan Andrew berhasil membuat Finnick berempati, ia juga merasa bersalah sebagai sahabatnya karena tidak bisa membantunya, "aku pastikan ia selamat, Drew. Jangan berpikir yang tidak-tidak. Resya sedang berjuang, kau seharusnya mendukungnya dan memberi semangat."

Andrew terkekeh pelan, "aku tidak tahu jika mencintai sesakit ini. Seandainya takdir berkata agar aku yang tertembak, aku akan merasa sangat berhasil karena bisa melindunginya."

Finnick terdiam, ia mendengarkan setiap penuturan Andrew. Dalam hati, ia merasa bahagia melihat cinta dimata Andrew. Dengan begitu, masih ada harapan untuk membuat Andrew berubah dari sisi pembunuhnya.

"Setelah semua ini berakhir, aku akan segera menikahinya. Menjadikan dia milikku seutuhnya, tanpa ada yang bisa menyentuhnya sedikitpun."

Matanya tidak pernah lepas dari pintu dimana kini Resya sedang berjuang dengan operasinya. Sekarang, gadis itu tengah diambang kematian.

Operasi yang dilakukan akan memakan waktu lama hingga berjam-jam karena peluru yang menembus kulitnya bukanlah peluru biasa.

"Kau mencintainya, bukan? Kalau begitu, berubah-lah dan lupakan semua dendam mu. Dengan begitu, kalian akan bahagia. Aku yakin, jika Resya juga mencintaimu."

Andrew menoleh sekilas kepada Finnick, "aku tidak yakin."

Terjadi hening cukup lama, hingga akhirnya Andrew berdiri dan hendak meninggalkan Finnick.

My Psychopath Boss ✔Where stories live. Discover now