Bab 30 : He's Dangerous

76.6K 4.7K 43
                                    


Andrew langsung melangkah keluar mobil begitu sampai dirumahnya. Pria itu berjalan dengan sedikit tergesa-gesa. Dibelakang, Finnick menyusul dengan tampak kewalahan mengejar Andrew.

Terlihat jelas raut kemarahan diwajah Andrew, sapaan para pelayan pun diabaikannya.

“Panggilkan Rose, suruh dia menghadapku.” ucap Andrew kepada salah satu pelayan wanita yang menghampirinya ketika ia datang.

“Segera Tuan.” Wanita itu langsung pergi ke dapur, ia sangat tahu jika Tuannya itu sedang marah.

Napas Andrew memburu, menahan amarah yang kian meledak. Ia begitu risau sekaligus kesal. Sedangkan Finnick hanya menarik napas pasrah, lagipula jika ia mencoba untuk menenangkannya pun akan percuma.

“Tenanglah Drew, ada apa lagi?” tanya Finnick dengan hati-hati, pria itu menepuk bahu Andrew mencoba untuk mencairkan suasana. Tapi sayang, Andrew sedang tidak ingin untuk ditanya, ia hanya diam berdiri untuk menunggu pelayan yang dipanggil, agar segera menghadapnya.

Finnick merasa akan ada sesuatu yang kurang baik yang akan terjadi, tapi apapun itu ia hanya bisa pasrah.

Tidak lama, muncul seorang pelayan yang dipanggil Andrew, pelayan yang bernama Rose-- wanita paruh baya itu menghampiri Andrew dengan terus menundukkan kepalanya.

Wanita itu tau, dan yakin, jika Tuannya ini sedang marah besar akibat kelalaiannya dalam melaksanakan tugas.

“Anda memanggil saya, Tuan?” tanya wanita itu dengan sopan dan berhati-hati.

“Arrrghh, dasar tidak becus! Apa saja yang kau lakukan, huh? bagaimana gadis itu bisa pergi dari sini? Sudah aku katakan, jaga dia.” Andrew, membentak dengan suara yang menggema diseluruh ruangan, membuat semua pelayan yang sedang menyaksikan disana bergidik ngeri hanya karena mendengar suaranya.

Pelayan wanita itu menangis dan berlutut dikaki Andrew, ia sudah bingung lagi harus berbuat apa, agar Tuannya ini mengampuninya.

Wanita itu mencoba meraih kaki Andrew dan terus meminta maaf, tapi Andrew mengelaknya dengan mencoba melepaskan kakinya dari tangan si pelayan.

“Saya minta maaf Tuan, saya benar-benar minta maaf.” ucap pelayan itu dengan lirih, ia terus menangis dan meraih-raih kaki Andrew.

“Sial! Lepaskan kaki, ku.”

Finnick tidak bisa diam begitu saja, bagaimanapun ini tidaklah benar. Setidaknya ia harus mencoba menenangkan Andrew sebelum pria itu lepas kendali dan melebihi batasannya.

“Andrew, tenanglah, ini bukan masalah yang besar. Maafkan saja wanita ini, ia lebih tua darimu. Lepaskan dia, aku akan membantumu.” ujar Finnick. Meski ada sedikit rasa takut dihatinya, ia harus tetap bersikap setenang mungkin dihadapan Andrew.

“Ini bukan masalah kecil, Fin. Gadis itu pergi dari rumahku,” tukas Andrew, ia melirik Finnick yang berada disamping kanannya dengan ujung mata tanpa ingin menoleh.

“Oke, aku mengerti. Tapi kau tidak perlu memarahi wanita ini. Masalah ini bukanlah kesalahan dia sepenuhnya.”

Andrew menarik nafas panjang untuk mencoba agar lebih tenang, “Hentikan tangisanmu atau aku akan membunuhmu!” tukas Andrew dengan begitu frustasi.

Tidak terdengar lagi suara tangisan pelayan itu, setelah Andrew membentaknya dengan keras.

“Kau bisa menghubunginya, Drew.” sergah Finnick. Sekejap kemudian, Andrew tampak terdiam mengingat sesuatu. Ya, kenapa dia tidak menghubunginya sejak tadi.

Pria itu merogoh sakunya, ia mengambil ponsel dan mencari sebuah kontak disana.

Sudah beberapa kali ia mencoba menghubungi Resya, tapi nihil! Gadis itu tidak menjawab panggilannya sama sekali. Ia sudah tampak kelewat sabar.

My Psychopath Boss ✔Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ