Bab 47 : So, Yes or Not?

59.8K 3.4K 92
                                    


Andrew tengah duduk diruang tengah dengan telepon yang masih setia berada di telinga kirinya, satu tangan kanannya sedang memegang sebuah gelas berkaki dengan berisikan minuman yang terlihat berwarna merah yang mengandung alkohol.

"Bagaimana?"

"Sudah aku kirim." jawab seseorang diseberang telepon.

"Bagus."

"Tugasku selesai. Terima kasih untuk kerjasamanya. Dan, bayaran yang begitu luamayan."

"Aku tidak melarangmu untuk meminta tambahan." Jawab Andrew dan kembali meminum wine-nya dengan santai.

"Baiklah, berapa kau sanggupnya?"

Andrew menarik napas dan mengembuskannya dengan sedikit kasar, "Jangan meremehkanku. Katakan saja berapa, dan aku akan langsung men-transfernya."

Pria itu terkekeh geli," tambakan 5.000 dolar."

"Setuju." Putusnya dengan mutlak.

"Andrew?"

Andrew menoleh ke sumber suara ketika mendengar namanya di panggil. Ia mendapati Resya tengah berdiri dibelakang sofa dengan air mata yang membanjiri wajahnya. Andrew segera meletakkan gelas minuman yang sedari tadi dipegangnya ke atas meja dan memutuskan sambungan telepon.

Pria itu langsung berdiri menghampiri Resya dengan raut khawatir yang begitu kentara-meski ia sangat tahu mengenai apa yang terjadi pada Resya hingga gadis itu menangis seperti ini. Andrew menangkup wajah Resya dan menghapus air mata yang mengalir membentuk sungai kecil di pipinya menggunakan ibu jari.

"Katakan ada apa, huh?" tanyanya menatap Resya dengan lembut.

Resya hanya bisa menggeleng.
Gadis itu memegang kedua tangan Andrew dengan tangannya dan perlahan melepaskan tangan pria itu dari wajahnya. Dengan cepat, ia menghambur ke pelukan Andrew sambil terisak. Resya sudah tidak peduli lagi akan hal yang nanti dikatakan Andrew mengenai dirinya yang sudah mulai kurang ajar. Tapi, keinginan hatinya begitu kuat untuk mencari kenyamanan dipelukan Andrew yang terasa menenangkan dan seakan merasa aman berada didekatnya.

"Katakan sesuatu." Bisik Andrew.

Resya tetap tidak menjawab.

Bagus. Tetaplah seperti ini. Aku jamin, ini terakhir kalinya aku membuatmu menangis. Cobalah untuk mengerti karena semua yang aku lakukan, semata-mata agar kau bisa melupakannya. Batin Andrew.

"Baiklah, tenangkan dirimu," Andrew melepaskan pelukan itu-memegang bahu Resya dan menatapnya dengan penuh kesungguhan. Pria itu mengusap kembali air mata Resya dan tersenyum manis. Ia menggandeng tangan Resya dan membawanya duduk diatas sofa.

Andrew masih menatapnya dengan lekat tapi berkesan lembut dalam waktu bersamaan. Ia terlihat mengambil sesuatu disaku jasnya. Tampak sebuah kotak beludru berwarna merah dibukanya tepat didepan Resya-membuat gadis itu terbelalak dan menatap Andrew dengan heran.

Resya tergagap menatap Andrew dan sesekali melihat kotak itu. Andrew membuka kotak itu dengan perlahan menggunakan kedua tangannya dengan sangat hati-hati. Kotak kecil itu berisikan sebuah cincin yang indah.

"Will you marry me? Aku meminta keputusanmu." tukas Andrew menatap dengan tampang tidak sabar mengangkat alisnya.

Resya melihat sekeliling ruangan-mencoba mengalihkan dan mengurangi rasa gugupnya. Pikirannya begitu berkecamuk melihat Andrew yang tiba-tiba memberikannya sebuah cincin. Ia bingung dengan apa yang akan ia jawab. Meski ia menolak Andrew, Resya sangat tidak yakin jika keputusannya akan diterima oleh pria itu tanpa sebuah tuntutan penjelasan-atau bahkan ia sempat berpikir jika Andrew bisa melakukannya tanpa harus meminta persetujuan darinya.

My Psychopath Boss ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang