Bab 4 : Late

148K 9.1K 60
                                    

Andrew POV

Cklekk..

Seorang perempuan dengan pakaian formalnya terlihat terengah-engah dan memasuki ruanganku tanpa permisi.

Kulihat, dia begitu lelah dan terlihat sedikit berantakan dengan rambut yang bahkan hanya dikucir kuda sekenanya.

"I'm sorry sir, saya tadi bangun kesiangan dan--"

Prakk

Dengan kasar, aku menaruh tumpukan dokumen yang sedang aku pegang ke atas meja hingga menimbulkan dentuman yang cukup keras.

Otomatis, gadis itu langsung terdiam dan tidak sempat menyelesaikan perkataannya.

Aku melihat, dia sangat kaget dengan yang baru saja kulakukan. Heh, beraninya berbuat seenaknya yang jelas-jelas aku sudah memperingatkannya.

"Shut Up! Kau bahkan masuk dengan tidak mengetuk pintu. Dan sekarang? kau sudah berani berbicara padaku sebelum aku menyuruhmu?" Aku bicara padanya dengan nada yang begitu tinggi.

Beruntung, ruanganku kedap suara sehingga orang yang diluar tidak bisa mendengar percakapan didalam sini.

Jujur saja, aku paling benci dengan kata terlambat apalagi menambahkannya dengan kalimat alasan. Apa dia lupa jika semalam aku sudah memberinya pesan?

"Saya benar-benar minta maaf sir, saya menyesal. " ucapnya dengan nada yang terdengar bergetar.

Shit!

Gadis itu malah hampir nangis dihadapanku. Aku benci situasi ini.

Aku mencoba menarik napas panjang untuk sekedar lebih tenang,"duduklah" titahku dengan nada yang sedikit menurun. Gadis itupun menurut, dengan wajah yang masih ditekuk.

"Ms. Resya, tatap mata lawan bicaramu jika dia sedang berbicara." ucapku dengan sedikit wajah yang aku
dongakkan.

Gadis itu langsung menatapku dengan tatapan yang kulihat matanya yang semakin berkaca-kaca menahan tangisnya.

Sial! Kenapa aku jadi tidak tega melihatnya.

"Baiklah, kali ini aku maafkan. Tapi tidak dengan lain kali."

"Thank you sir, saya jamin, kali ini yang terakhir." jawab gadis itu dengan nada yang terdengar parau.

"Lupakanlah, sekarang kau mulai pekerjaanmu, aku sudah menempatkanmu di divisi IT Support Officer." ucapku sambil menyodorkannya setumpuk buku dan dokumen yang sudah sekertaris ku siapkan.

"Terima kasih, sir " jawabnya, seraya mengambil keperluan yang tadi aku berikan.

"Hanya ada 6 orang di divisi itu. Kau salah satunya, satu orang dengan satu tanggung jawab, kau bagian mengatur penawaran harga barang dan tanda terima dari supplier untuk kebutuhan yang berhubungan dengan IT." Jelasku panjang lebar.

Gadis didepanku? Ya, dia hanya menatapku dengan tatapan seperti murid yang menatap gurunya yang sedang menjelaskan materi. Seolah dia mengerti dengan apa yang aku katakan, dia hanya mengangguk sesekali.

Aku hampir jengah dibuatnya. Rasanya aku ingin sekali membunuhnya dengan segera. Aku tidak pernah sesabar ini dalam menghadapi seseorang. Bahkan Lucas, sekertaris yang sudah menjadi partner kerjaku yang sudah lama, tidak pernah aku torelir setiap kesalahannya sedikitpun.

"Kau bisa mempelajari tugasmu dengan buku-buku itu." tambahku.

"Sekali lagi terima kasih, sir."

Hanya kata terima kasih yang dari tadi aku dengar. Sampai-sampai telingaku bosan mendengarnya. Seperti tidak ada kata-kata lain saja.

Lihat, sekarang malah aku yang banyak bicara. Menyebalkan!

"Kau bisa mulai bekerja dan segera tinggalkan ruanganku secepatnya." ucapan pedasku akhirnya keluar dari mulutku ini, yang sejak tadi rasanya sangat susah untuk diucapkan.

Gadis itu berdiri sambil tersenyum yang terlihat dipaksakan. Aku rasa, ia menahan kesalnya. Syukurlah, itu lebih baik daripada aku yang dibuatnya kesal sejak tadi.

Setelah dia mengucapkan permisi, akhirnya gadis itu melenggang pergi dari ruanganku.

***

My Psychopath Boss ✔Where stories live. Discover now