KALEIDOSCOPIC

Od prncch

682K 58.6K 6.7K

Vina tidak pernah menyangka perkataannya tentang laki-laki idaman semasa remaja benar-benar terjadi padanya... Více

(1) BERYL
(1A) BERYL
(1B) BERYL
(2) IGNEOUS
(2A) IGNEOUS
(2B) IGNEOUS
(2C) IGNEOUS
(2D) IGNEOUS
(3) IGNORAMUS
(4) OBLIVIOUS
(5) TYRANT
(6) PLETHORA
(6A) PLETHORA
(6B) PLETHORA
(6C) PLETHORA
(6D) PLETHORA
(6E) PLETHORA
(6F) PLETHORA
(6G) PLETHORA
(7) My Big Boss
(8) INCARNATE
(8A) INCARNATE
(8B) INCARNATE
(8C) INCARNATE
(9) DAME
(9A) DAME
(9B) DAME
(9C) DAME
(9D) DAME
(10)BERYL - 2
(10A) BERYL-2
(10B) BERYL-2
(10C) BERYL-2
(11) DREAMS
(11A) DREAMS
(11B) DREAMS
(12) GADAISA
(13) RAIN
(13A) RAIN
(13B) RAIN
(13C) RAIN
ATTENTION
THANKYOU
(14) HERE,LOVE
(14A) HERE, LOVE
(15) NECESSITY
(15A) NECESSITY
(15B) NECESSITY
(15C) NECESSITY
(15D) NECESSITY
(15E) NECESSITY
(16) DAY DREAM
(16A) DAY DREAM
(16B) DAY DREAM
(16C) DAY DREAM
(16D) DAY DREAM
(16E) DAY DREAM
(16F) DAY DREAM
(16G) DAY DREAM
INFO LAPAK BARU
(17) Fool Again
(17A) Fool Again
(17B) Fool Again
[ASKING SESSION] FOOL AGAIN
[ANSWERING]
(18) My Boss and Me
(19) STARLIGHT
(19B) STARLIGHT
(19C) STARLIGHT
(19D) STARLIGHT
(19E) STARLIGHT
(19F) STARLIGHT
(20) Be With You
(20A) Be With You
(20B) BE WITH YOU
(20C) BE WITH YOU
(20D) BE WITH YOU
(21A) IF
(21B) IF
(21C) IF
(21D) IF

(21) IF

3.5K 499 97
Od prncch

****

Langkahku terhenti ketika kedua pasang mata kami beradu. Laki-laki itu kelihatan sama terkejutnya denganku. Sepuluh detik. Kami butuh waktu sepuluh detik sebelum benar-benar tersadarkan oleh realita. Bu Nani, manager HR Department, berdeham pelan. David mengalihan tatapannya dariku setelah itu sementara aku tanpa disadari mengambil satu langkah mundur. God! Mengapa aku terjebak di perusahaan ini dari sekian ribu perusahaan yang ada? Pada detik selanjutnya, aku menyayangkan tindakanku yang gegabah karena menandatangi kontrak tanpa berpikir panjang. I will work with my-ex sex partner. Oh My Majesty! Sumpah. Ini bukan mimpi bukan?! Aku mencubit pahaku keras. Shit! Rasanya sakit

"Okay,Jane. Ini adalah Mr. David. Kamu akan menjadi personal assistant beliau. Kamu sudah bisa bekerja saat ini juga," tukas Bu Nani memecahkan lamunanku

Aku ingin menolak dengan tegas namun bayangan kontrak dua tahun yang telah kutandatangani tersebut membunuh keinginanku. Bu Nani meninggalkan David dan aku berduaan di ruangan kerjanya yang super besar. Sial. Mengapa David tidak pernah memberitahuku bahwa dia memimpin perusahaan sebesar ini? Well. Aku tahu David bukan orang sembarangan namun aku juga tidak menyangka dia sekaya ini. Aku menatapnya dengan hati-hati. Deg. Ternyata David juga sedang melihatku. Jantungku tiba-tiba berdegup kencang tidak terkendali. Pipiku memerah dan tiba-tiba aku ingin menangis. Oh tidak. Please. Hold it,Jane. Hold it! Aku mencoba mengingatkan diriku sekeras mungkin

Kami sudah lost contact selama tiga tahun lamanya. Laki-laki itu meninggalkan bekas luka yang mendalam dalam hidupku. Aku tidak akan pernah bisa melupakan hal itu. Selama tiga tahun terakhir, aku telah berusaha sekeras mungkin untuk hidup tanpa David. Aku hampir berhasil melakukan sejauh ini. Aku tidak boleh gugur hanya karena takdir mempertemukan kami lagi

"Jane. How are you?" David mempersilahkanku duduk di sofa ruangan kerjanya

Kedua pasang mata kami beradu lagi. Shit! Aku hampir bergemetaran di bawah tatapannya yang terasa menelanjangi dan melukaiku dalam waktu bersamaan. Aku mengambil satu tarikan napas kuat lalu menjawab,"I'm fine. Saya tidak tahu kamu bekerja disini,"

"I'm the owner anyway. And you are my personal assistant start from today," lanjut David

Aku terdiam. Yeah. I am his personal assistant from today. God! Bagaimana aku bisa bertahan selama dua tahun di dekat David, laki-laki yang pernah memuja-muja tubuhku dan melukaiku pada waktu bersamaan? Aku mencoba tersenyum namun gagal. Holy shit! Aku ingin menangis kencang saat ini. Andai aku mengabaikan berita mengenai lowongan pekerjaan di group whatsapp sahabatku maka aku pasti tidak akan berakhir disini bersama dengan David

"Apakah kamu tahu bagaimana pekerjaanmu sebagai personal assistant saya?" tanya David. Good. David memberi satu jarak yang pasti antara kami. Dia menggunakan 'saya-kamu' dalam pembicaraan kami which means.. mungkin David juga tidak nyaman. Aku mengepalkan tanganku sambil mencoba menguatkan diriku. You can do it,Jane! You are absolutely better than you were in the past

"Bu Nani memberitahu saya beberapa poin penting tadi. Saya akan mengordinasikan hal tersebut dengan Jessica (sekertaris pribadi David)," jawabku

"Good. Apakah nomor whatsapp kamu masih sama?" tanya David mengejutkanku. Apakah David masih menyimpan nomorku?

"I mean, apakah nomor kamu masih sama dengan CV kamu?" lanjut David. Well. Aku rasa aku perlu menampar diriku setelah ini untuk menyadarkan diriku. Pertemuan mendadak ini benar-benar membuatku nonstalgia berat. Aku mengangguk sebagai jawaban

"Kamu sudah tahu meja kamu dimana?" tanyanya lagi

"Ya. Di samping Jessica," jawabku

"Kamu bisa bertanya ke Jessica jika ada hal yang tidak kamu mengerti,"

"Okay,"

"Saya akan memberimu waktu untuk beradaptasi hingga waktu makan siang. Setelah itu, kamu ambil pakaian saya di John Boutique. Saya butuh pakaian itu sebelum meeting. Infokan ke John untuk segera infokan ke saya progress dari hasil meeting minggu sebelum dinner,"

Aku mengangguk sambil berusaha mengingat semua itu. Next time aku tidak akan pernah lupa mengambil sticky notes untuk setiap request David. David bangkit dari tempatnya duduk menuju ke meja kerjanya. Laki-laki itu melirik empat buah komputer di meja nya dengan sekilas. Tak sadar aku mengikuti arah tatapannya. Komputer tersebut penuh dengan statistik yang tidak kumengerti sama sekali. Lalu David melanjutkan,"Jessica akan memberitahu rincian pekerjaanmu,"

Aku mengangguk sekali lagi. Kali ini David kelihatan sibuk dengan komputer di hadapannya. Bagus. Laki-laki itu lupa bahwa aku ada disini. Bagaimana ini? Apakah aku harus keluar tanpa instruksinya?

"Apakah masih ada hal yang perlu ditanyakan?" tanya David pada menit selanjutnya

Aku tertegun. Apakah ada hal yang ingin kutanyakan? Tentu saja banyak! Aku ingin menanyakan alasan David melakukan itu. Aku ingin mendengar perkataan maaf nya dan masih ada begitu banyak hal yang ingin kusampaikan padanya namun sepertinya kini David dan aku benar-benar merupakan dua orang asing yang berpura-pura tidak saling mengenal. Bagus. Bukankah ini adalah awal yang baru? Aku mencoba menyemangati diriku

"Kamu tahu apa yang diprioritaskan disini?" tanya David saat kupikir laki-laki itu akan mengusirku secara halus,"Profesionalitas. Setiap pegawai disini diharapkan bekerja secara profesional. Jangan pernah membawa masa lalu yang tidak diinginkan,"

Laki-laki itu skak mat aku dengan keras. Sesuatu terasa menohok relung hatiku dengan keras. Jelas sekali laki-laki itu mengingatku. Bahkan kini dia memperingatiku. Aku baru akan menjawabnya ketika pintu ruangan David diketuk

Jessica, wanita cantik yang kabarnya juga merupakan sahabat baik David, muncul. Dia tersenyum sopan padaku sebelum berkata dari bilik pintu,"Dave. Rika mau masuk nih,"

Dave?

Ah. Aku ingat. Aku pernah mendengar seseorang memanggil David dengan sebutan Dave di telepon dulu sekali. Mungkinkah itu adalah panggilan yang David ijinkan untuk memanggilnya bagi sebagain orang tertentu?

"Sure...," David menjawabnya dengan pasti. Lalu pada menit selanjutnya aku mendapati seorang wanita cantik yang super elegan memasuki ruangan David. Wanita itu memiliki rambut berwarna hitam pekat dengan tubuh semampai. Siapa wanita cantik ini?

"Dave. Ini breakfast kamu. Kamu udah minum obat?" tanya wanita cantik tersebut sambil meletakkan tas kecil berisi makanan tersebut di meja David. Aku masih berusaha mencerna penglihatanku. Wanita itu mencium pipi David. Lalu meletakkan tas nya di meja David. Tunggu. Apakah ... apakah David sudah menikah?! WHAT?!!

David dan Rika melihatku setelah itu. Tatapan David kelihatan super terganggu dengan kehadiranku. Aku yang menyadari posisiku tersebut segera mengambil beberapa langkah mundur sambil berkata,"Sorry pak David. Saya akan mengingat hal tersebut,"

Aku pun meninggalkan ruangan David setelah itu. Jessica menyambutku dengan senyum manis. Dia menuntunku di mejaku dan memberitahuku detail pekerjaanku. Aku mencoba untuk fokus namun pikiranku terus menerus stuck pada wanita cantik tersebut. Aku sungguh penasaran dengan status wanita tersebut. Well. I must admit it. Aku belum berhasil melupakan David sepenuhnya. Namun aku sedang belajar melupakan David. Ibaratkan ada sepuluh tahap dalam rangka melupakan David. Aku telah sampai pada tahap ke-enam. Benar. Aku memang tipikal wanita yang sulit melupakan laki-laki yang mampir dalam hidupku.

Sebelum bersama dengan David, aku sempat berpacaran dengan laki-laki yang manis dan super baik. Namun kisah kami harus berakhir tragis. Laki-laki itu memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami karena orang tua nya tidak menyukaiku. Jelas saja. Laki-laki itu juga bukan laki-laki sembarangan. Pada akhirnya, dia menikahi wanita lain yang sepadan dengannya. Butuh waktu dua tahun bagiku untuk benar-benar melupakan laki-laki itu sebelum betemu dengan David. David memang sedikit berbeda karena kami telah sampai tahap 'berhubungan badan' dan menjadikan itu sebagai rutinitas. Jika demikian, bagaimana coba aku bosa melupakannya dengan mudah? Hmm. Omong-omong, mengapa aku selalu ditakdirkan bertemu dengan laki-laki 'bersendok emas' dihidupku? It's annoyed me alot

Wanita cantik itu akhirnya ke luar dari ruangan David. Dia bercakap-cakap dengan Jessica selama beberapa menit sebelum pergi. Jessica menepuk bahuku, menyadarkanku dari tatapanku pada Rika sedari tadi. Jessica tertawa kecil. Well. Mungkin dia juga pernah berada di posisiku yang penasaran akut

"Dia adalah tunangan Dave," jelas Jessica sambil menyerahkan satu buah buku panduan padaku,"she is the most precious person that Dave cherish the most in his life. So, kalau Dave ada instruksi kamu beli ini dan itu untuk Rika. Please be careful. Jangan buat kesalahan. Unless, you want to be fired by him,"

ALERT! Aku mengangguk mengerti sambil menerima buku tersebut. Selama itu, aku mencoba sekeras mungkin untuk mengingatkan diriku semakin giat melupakan David. Okay,Jane. It's a must. David sudah bertunangan and probably they will get married soon. Aku harus bekerja seprofesional mungkin seperti yang David sampaikan. I'll pretend that I never know him. Bukankah itu lebih baik?

Kami tidak pernah bertemu sebelumnya. Kami tidak pernah saling mengenal. I am a virgin and I never sleep with him.

Okay. That's sounds good. Jantungku berdenyut sakit namun aku harus mengambil satu langkah lebih maju. At least, aku tidak boleh semakin jatuh. Aku akan menghabiskan waktu dua tahunku disini. Aku harus bekerja profesional. I will and I can do it.

***

Aku baru membaringkan tubuhku di kasur ketika jam dinding menunjukkan pukul sebelas malam. Good. Aku benar-benar bekerja sangat keras di hari pertamaku bekerja. David memintaku pergi ke berbagai tempat dengan berbagai tugas. Aku bahkan telah mengganti nama David di contact list ponselku dengan sebutan 'Mr. David'. Well. Satu langkah semakin maju

Aku tiba di kantor keesokan harinya dengan semangat yang baru. Tidak terasa, aku telah bekerja selama satu bulan. Selama itu, Rika selalu datang mengambil breakfast David setiap hari. Awalnya, segalanya terasa sulit bagiku. Aku selalu takut dan gemetaran jika harus berhadapan dengan David. Namun aku berusaha keras untuk menyesuaikan diriku. Kenyataannya, David jarang berbicara dan berhadapan denganku. David lebih banyak berkordinasi dengan Jessica. Aku hanya melakukan hal yang Jessica instruksikan padaku

Jikalau demikian, maka aku berpikir bahwa waktu dua tahun itu akan cepat berlalu. Aku tidak perlu terlalu mengkhawatirkan hal tersebut bukan? Jessica menyerahkan tiga lembar kertas yang berisi schedule David dihadapanku

"Jane. Kamu ikut Dave ya dinas ya," tukas Jessica mengejutkanku

"Hah?" aku mengekspresikan keterkejutanku secara blak-blak-an. Jessica tertawa ringan setelah itu. Huh. Aku mengucapkan permintaan maaf atas sikapku yang tidak terduga tadi

"Ntar kamu packing barang-barang kamu ya untuk kebetuhan selama satu minggu. Ini adalah schedule Dave di Taiwan. Dave akan bertemu dengan beberapa partner bisnisnya disana. Saya ada pekerjaan yang urgent yang tidak bisa di-hold. Kamu bisa kan?" tanya Jessica sambil menyentuh bahuku. Ke Taiwan dengan David selama satu minggu? God! Apakah ini mimpi? This is out of my plans! Seorang personal assistant menemani boss nya ke Taiwan? Oh Gawat! Aku ingin menolak namun aku tidak bisa mengungkapkannya. Shit!

"Tenang. Dave tidak mengigit kok. Sebenarnya dia orangnya baik kok. Saya jamin. Kamu akan nyaman. Saya akan bantu kamu dari sini," tukas Jessica. Well. Saya memang yakin Dave tidak 'mengigit'. Saya juga yakin dia orangnya baik namun masa lalu diantara kami akan membuatku super canggung

"Flight nya kapan?" tanyaku

"Tonight. Please prepare yourself. Dave itu orangnya perfectionist banget. Dia bisa memanggil kamu malam-malam untuk membantu dia kalau memang itu urgent banget. But.. take it easy. Sepertinya dia hanya begitu dengan saya dan beberapa orang tertentu,"

Aku masih terlalu speechless hingga tidak menyadari David telah berdiri di hadapanku. Laki-laki itu selalu kelihatan tampan. Aku mencubit pahaku dengan keras. Wake up,Jane. Ketampanan dia tidak akan pernah berhasil menyembuhkan luka hatiku. Never...

David menyerahkan beberapa list obat dan perlengkapan lain padaku

"Tolong beli barang-barang ini. Ini kunci rumah saya. Kamu pack barang-barang saya ya. Sebelum pukul delapan malam, saya akan minta pak Hari untuk menjemput kamu di tempat kamu," tukasnya tegas

"Okay,pak...," jawabku pasrah

"Beli barang-barang yang kamu rasa perlu untuk diri kamu sendiri juga ya. Karena kita akan dinas selama satu minggu. Jadi please well prepared," lanjut David. Dia menyerahkan kartu kreditnya padaku sebelum meninggalkanku

"Dia baik bukan?" Jessica setengah berbisik padaku sambil melirik kartu yang David serahkan padaku dengan sebelas alis terangkat,"wow. That's unlimited card. Dave nggak pernah memberi kartu itu padaku,"

Aku memaksakan diriku untuk tertawa untuk merespons perkataan Jessica. Well. Jessica pasti hanya bercanda. Selain itu, aku sama sekali tidak berbangga dengan kartu unlimited tersebut. Alhasil, aku bergegas menuju ke supermarket dan apotek untuk membeli berbagai barang yang tercatat di list David

Pada pukul enam sore, Jessica menginfokan padaku alamat rumah David. Langkahku terhenti setelah menerima pesan itu. God! Apakah aku harus memasuki rumah itu lagi? Aku tidak menyangka David masih menempati rumah itu, rumah yang menjadi saksi cerita bahagia dan menyedihkanku. Butuh waktu lima belas menit bagiku untuk berpikir keras. Apakah aku harus masuk ke dalam rumah itu? Padahal aku telah berdiri tepat di depan gerbang rumah tersebut sedari tadi. Rasanya semua kenangan itu silih berganti berputar di otakku

Aku mengumpat kesal. God!! Aku harus bersikap profesional. Like what I ensure it before... aku tidak mengenal David. Aku tidak pernah tidur dengannya. We are totally stranger! Aku berhasil masuk ke dalam rumah itu. Kedua mataku sontak memperhatikan penjuru rumah tersebut. Hmm. Tidak banyak yang berubah dari rumah ini. Interiornya bahkan masih sama. Namun entah mengapa perasaan kali ini terasa begitu menyayat jantungku.

OH JANE! Aku menampar pipiku keras. Aku sedang bekerja. Aku harus profesional! Aku bergegas mengisi keperluan David di dalam koper (sesuai yang diinstruksikan Jessica padaku). Ternyata membutuhkan waktu hampir satu jam untuk membereskan keperluan David. Aku bahkan belum mempersiapkan barang-barangku. Sisa waktu satu jam itu aku gunakan untuk perjalanan ke apartment ku hingga membereskan barangku. Aku bahkan tidak sempat mempoles wajahku ketika pak Hari mengabariku bahwa dia telah tiba

Akhirnya aku memutuskan untuk memakai hoodie kuning dengan mengeraikan rambutku. Sepuluh menit kemudian, aku telah berhasil membawa satu koper David yang cukup besar dan koper kecilku di lobby. Ketika aku memasuki mobil tersebut, aku tidak menyangka bahwa David berada di dalam mobil tersebut juga. Deg. Tubuhku tiba-tiba kaku dan aku benar-benar speechless

"Pak David?"

See? David bahkan masih memakai pakaian formalnya di kantor tadi. Apakah David bahkan tidak sempat mandi? Aku berniat menutup pintu belakang dan memosisikan diriku duduk di depan bersama dengan Pak Hari sebelum David berkata,"just sit in here,"

Aku mengambil posisi duduk sejauh mungkin dari David. Aku menarik napas dengan hati-hati. Oh God! Aku akan melakukan perjalanan bisnis bersama dengan David. Semoga perjalanan kali ini berjalan dengan baik

"Apakah kamu sudah membeli semua keperluan?" tanya David. Okay. Aku menduga beliau hanya ingin berbasa-basi

"Ya. Tidak ada yang terlewatkan. Oh ya. Ini kartu pak David. Saya hanya membelanjankan keperluan pak David. Ini struk dan kunci rumahnya," aku menyerahkan kartu, struk belanjaan dan kunci rumah David. Sebelah alis David terangkat. Dia menatapku dengan tatapan yang membuat jantungku seolah tercabik-cabik. Oh please. Aku harus mengalihkan tatapanku sekarang

"Kamu tidak membeli keperluan kamu?" tanyanya kedengaran ingin memastikan kembali perkataanku. Aku mengangguk membenarkan,"bukankah memang hanya itu?"

Okay. Aku hanya berpura-pura tidak mengingatnya. Bagaimana mungkin aku menggunakan uang David untuk membelanjankan keperluanku sendiri? Aku masih memiliki harga diri. Selain itu, mana ada boss yang membeli keperluan staffnya sendiri?

David tidak menjawab. Dia mengambil tiga benda yang kuserahkan tadi. Kemudian kami tiba di airport tidak lama setelah itu. David menyeret kopernya sendiri sementara aku memutuskan untuk mengikutinya dari belakang. Huh? David memang merupakan orang asing bagiku kini. Namun entah mengapa perasaanku masih sesakit ini meski hanya melihatnya dari belakang. That's why people said that love is pain. Memories will kill you

Aku terkejut karena ternyata David dan aku duduk di kelas pesawat yang sama yaitu business class. Bahkan David duduk di sebelahku. Namun aku berusaha menyamarkan perasaanku dengan memasang raut wajah sedatar mungkin. Selama itu David tidak mengajakku berbicara. Aku sedikit bersyukur untuk itu

Kami telah berada di dalam pesawat. David memintaku untuk beristirahat. Aku mengintip David dengan hati-hati. Laki-laki itu tengah memeriksa berkas-berkasnya ketika pesawat telah terbang. Mulanya, aku ingin tetap terjaga agar bisa membantu David jika David membutuhkan bantuan. Namun tiga puluh menit telah berlalu dan David bahkan tidak berbicara padaku selama itu. Dia kelihatan sibuk sendiri

Well... pada akhirnya aku memutuskan untuk tidur. Kugunakan selimut menutup sekujur tubuhku untuk menghindari akses bagiku menatap David. Perjalanan selama lima jam dua puluh menit dari Jakarta menuju Taiwan kuhabiskan dengan menutup diriku dibawah selimut sambil berharap agar tujuh hari kedepan cepat berlalu.


****

Lanjut atau tidak? Hihihi
Please comment!

Anyway, thanks readers for always waiting my story patiently all the time :)


Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

1.9M 8.5K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
336K 26.2K 57
Elviro, sering di sapa dengan sebutan El oleh teman-temannya, merupakan pemuda pecicilan yang sama sekali tak tahu aturan, bahkan kedua orang tuanya...
1.5M 135K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
1M 103K 27
Karmina Adhikari, pegawai korporat yang tengah asyik membaca komik kesukaannya, harus mengalami kejadian tragis karena handphonenya dijambret dan ia...