"Selamat pagi dunia, "sapa Aqilah yang berada di gundukan tangga terakhir
Ia menatap sang kakak pertama yang berdiri di depannya dengan Tangannya memegang sebuah laptop.
"Tumben? "Gumam sang kakak, Delvin.
Menatap bingung sang adik, yang baru kali ia bangun dengan semangat dan tidak terbangun di ruang makan.
Aqilah tersenyum manis, ia ingin mendekati Delvin namun sayang ia tidak sengaja menginjak tali sepatunya sendiri hingga terjatuh.
Ia meringis kesakitan, Delvin dengan cepat menggendong adiknya ke ruang makan.
"Loh itu adiknya kenapa? "Bingung Nicholas
Mereka semua langsung mengerumuni Aqilah yang masih meringis.
Ia kesal setengah mampus, ia mengira kebiasaan yang sering melukai kakinya sendiri hilang karna berpindah tubuh nyatanya kebiasaan itu masih saja mengikuti sampai kedua novel ini.
Benar-benar menyebalkan, dan Aqilah kesal dengan hal itu.
"Yaudah dek, enggak usah ke sekolah aja ya. Kita ke rumah sakit, "usul Devindra menatap khawatir adik bungsunya
Kedua saudara nya langsung mengangguk, mereka rela menemani Aqilah ke rumah sakit.
"Sayang, kakinya masih sakit? "Tanya Anna khawatir
Aqilah tersenyum bahagia, entah kenapa ia merasa Takdir begitu baik karna menghadirkan jiwanya ke tubuh Aqilah meskipun dia seorang antagonis.
"Lo beruntung Aqilah, Lo beruntung, "batinnya
"Kita ke rumah sakit sekarang, "tegas Delvin
Aqilah yang tersadar langsung menggeleng, ada-ada saja ia hanya tak sengaja melukai kakinya oke.
Dan kakinya juga tidak apa-apa yah meskipun memang sedikit sakit tapi it's oke lah.
"Enggak usah, kaki Aqilah enggak papa kok. "tolak Aqilah dengan wajah meyakinkan
"Mah, please. Aku enggak papa sumpah, aku cuma enggak sengaja, "
"Tapi dek, tadi kamu kesakitan gitu, "ucap Felix ragu
"Aku enggak papa kok, kaki juga enggak papa, "ia menggerakkan kakinya yang tadi sedikit keseleo, "nih lihat nih, enggak papa kok. Enggak sakit, "
Meskipun sedikit ragu mereka akhirnya membiarkan Aqilah berangkat ke sekolah di antar oleh Felix karna ini memang jadwal Felix untuk mengantar Sang adik.
Yah memang, setiap anggota keluarga memiliki Jadwal untuk mengantar Aqilah ke sekolah.
"Makasih ya kak, "Aqilah baru saja ingin membuka pintu namun Felix langsung mencegah.
"Jangan turun dulu, kamu tetap di sini, "putra ketiga dari keluarga Zephyr itu langsung turun dari mobil dan membuka Bagasi mobil itu.
Ia mengeluarkan sesuatu yang membuat Aqilah sedikit bingung.
"Tuh bucinan Doraemon lagi ngapain ya? "
Bucinan Doraemon? Yaps Aqilah kerap kali memanggil Felix dengan kata itu semenjak kemarin malam saat ia tidak sengaja melihat Felix yang sedang menonton Doraemon di kamarnya dengan tubuh yang berbalut kolor Doraemon saja.
Itu memang sedikit memalukan untuk seorang aktor terkenal seperti Felix untung Aqilah bisa ia sogok dengan memberikan kacang-kacangan dan Aqilah tentu dengan muda di sogok.
Oke kembali ke Felix, pemuda tampan yang menarik banyak perhatian siswi SMA Zephyr school itu mengeluarkan sebuah koper elektrik.
Ia lalu membawa koper itu ke pintu mobil di samping adiknya dan membuka pintu itu.
Aqilah bingung di buatnya, "untuk apa? "Tanya Aqilah bingung.
"Kaki kamu kan lagi sakit. kebetulan kemarin koper ini tertinggal di mobil, jadi sekalian deh, kamu pake ini, enggak usah jalan dulu, "ucap Felix penuh perhatian
Lagi-lagi Aqilah di buat beruntung karna memasuki hidup Aqilah antagonis, tapi ia juga bingung sebenarnya di mana Aqilah asli hingga ia bisa terjebak di sini sekarang.
"Makasih kak Felix, "ucap Aqilah senang
Ia langsung menaikkan koper elektrik itu dengan bahagian, seumur-umur baru kali ini ia bisa menaiki koper itu.
Ia bahagia, dan yah ia ingat. Ia pernah sangat ingin menaiki ini sesaat setelah ia melihat idola nya menaiki ini sambil bernyanyi.
Dan hari ini ia akan mengabulkan permintaan nya sendiri, dan ini semua berkat Felix.
"Anything for you, "ucap Felix dengan suara yang menggoda iman.
Buktinya para gadis-gadis di sana seperti cacing kepanas mendengar suara Felix dengan segala perhatiannya meskipun mereka tidak bisa melihat wajah asli Felix karna artis tampan itu memakai Kacamata hitam di tambah masker.
Berkat Aqilah mereka bisa melihat idola mereka secara langsung di depan mereka.
"Sekali lagi makasih kak Felix, pulang sekolah nanti aku beliin Kolor Doraemon deh, "ucap Aqilah dengan kedipan mata untuk menggoda Felix.
Wajah Felix memerah malu, untung nya tak ada yang mendengar ucapan Aqilah karna bocah itu bersuara pelan.
Ia buru-buru memasuki mobilnya dan menjalankan mobil itu dengan kencang, sedangkan Aqilah. Ia tertawa dengan bahagia karna berhasil membuat Felix malu.
Ia lalu menjalankan Koper elektrik itu menuju kelasnya sambil bersenandung lagu yang ia suka, ia menjadi pusat perhatian karna tak ada yang membawa koper itu ke sekolah bahkan jika mereka punya.
Ia memasuki kelasnya, Arka dan Shadam menatap Aqilah bingung dan aneh.
Shadam mendekati Aqilah sedangkan Arka tetap diam di tempatnya.
"Kenapa? "Tanya Shadam.
Aqilah yang duduk di kursinya langsung menoleh bingung, "kenapa apanya? "
"Kenapa pake itu? "Tanya Shadam melirik sekilas koper elektrik itu.
Aqilah mengangguk mengerti, "oh itu. Kakak gue yang nyuruh. Kebetulan kaki agak sakit karna jatuh, "
Shadam dengan cepat berjongkok untuk memeriksa kaki Aqilah.
"Kok bisa jatuh? udah ke rumah sakit? Kita ke rumah sakit ya? "Shadam berucap dengan penuh perhatian.
Hingga Aqilah sendiri bingung dengan sifat Shadam ini. terkadang cuek, terkadang juga perhatian.
"Gue enggak papa, makasih udah khawatir ,"ucap Aqilah menurunkan kakinya dari paha Shadam.
Shadam langsung berdiri, dan Kembali ke tempat duduknya dengan telinga yang sedikit memerah.
Guru matematika masuk dengan buku di tangan nya.
"Selamat pagi anak-anak, "sapanya
"Pagi Bu, "
"Ibu, "tangan Aqilah terangkat ke atas.
Bu sukma menatap Aqilah bingung, "iya Aqilah ada apa? "
"ibu, agar silaturahmi kita tidak terputus, adakah seratus, "ucap Aqilah mengundang gelak tawa teman-temannya terkecuali untuk Shadam dan Arka keduanya hanya tersenyum tipis.
"ada, ini seratus soal matematika. Kerjakan hari ini juga kumpulkan sebelum istirahat, "ucap sang guru dengan cepat
Kelas itu langsung di penuhi suara memalas dan protes para siswa siswinya terlebih untuk Aqilah yang benar-benar tak menyukai matematika.