"Ar.." panggil Nadia.
"Hmm?" jawab Arsen tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan di depan.
Saat ini mereka sedang berada di dalam perjalanan menuju rumah orang tua Arsen. Lilyane, mamanya Arsen, berulang tahun hari ini. Dalam rangka merayakan ulang tahunnya, Lily membuat acara makan siang bersama suami dan anak-anaknya.
Lily juga mengundang Nadia karena Nadia merupakan anak dari salah satu kolega bisnis Tristan, papanya Arsen. Ibunya Nadia bilang, kalau Nadia tertarik dengan Arsen dan meminta Lily untuk membiarkan Nadia mendekati Arsen. Sebagai langkah awal pendekatan, ibunya Nadia meminta Lily mengundang Nadia ke acara makan siang ulang tahunnya. Karna tidak enak menolak permintaan ibunya Nadia, Lily akhirnya mengundang Nadia.
"Kamu kenal sama pegawai toko bunga tadi?" tanya Nadia yang penasaran dengan tingkah aneh Arsen di toko bunga tadi. Arsen yang Nadia tau tidak kekanak-kanakan seperti tadi.
"Hmm. Kenal." Jawab Arsen setelah terdiam sebentar.
"Dia siapa?"
"Nayara, namanya Nayara"
"Kalian berteman?" Nadia bertanya lagi karna merasa jawaban Arsen belum menjawab rasa penasarannya.
"Tidak."
Tidak tau lebih tepatnya. Apakah dia masih mau menganggap gw sebagai teman setelah menyakitinya dulu?
"Sudah sampai" kata Arsen lalu mematikan mesin mobilnya.
Mereka sudah sampai di rumah keluarga Arsen. Arsen melepas seatbeltnya dan keluar terlebih dahulu. Terlalu serius bertanya pada Arsen, Nadia sampai tidak menyadari kalau mereka sudah sampai. Dengan cepat Nadia melepas seatbeltnya, lalu keluar dari mobil menyusul Arsen.
Lily yang sedang bersantai di ruang tamu setelah menyiapkan makan siang, melihat kedatangan anak sulungnya. Arsen mencium tangan Lili, lalu mengecup pipi Lily singkat.
Arsen sudah mengucapkan selamat ulang tahun kepada Lily semalam. Tepat pukul 12 malam bersama Tristan, Devano dan Kaila. Jadi, di paginya ia tidak mengucapkan selamat ulang tahun lagi. Sudah menjadi sebuah tradisi yang rutin dilakukan keluarganya untuk mengucapkan selamat ulang tahun tepat pukul 12 malam.
"Kamu udah sampai? Nadia mana?" tanya Lily karna tidak melihat keberadaan Nadia.
"Ada dibelakang" jawab Arsen sekenanya.
Lily meninju pelan lengan Arsen. Bisa-bisanya Arsen meninggalkan anak perempuan orang sendirian. Apalagi ini kali pertamanya Nadia ke rumah Lily.
"Akk! Apa sih mah?" gerutu Arsen sambil mengusap lengannya yang ditinju Lily.
"Apa sih mah, apa sih mah. Kamu tuh kebangetan, kenapa Nadia kamu tinggalin, kan dy baru pertama kali ke rumah kita. Gak ada sopan-sopannya sama tamu" omel Lily.
Lily bangun dari duduknya. Ia berniat menjemput Nadia, tapi tidak jadi karna tidak lama kemudian Nadia muncul di ruang tamunya.
"Selamat siang, Tante" sapa Nadia dengan senyum ramah tersungging di bibir merah mudanya.
"Siang, Nad. Aduh, maafin Arsen yah tadi ninggalin kamu. Keterlaluan emang anak ini" sindir Lily sambil melirik tajam Arsen yang sudah duduk di sofa ruang tamu.
"Gak apa-apa, Tan. Oh iya, ini buat Tante. Happy birthday, Tante. Semoga sehat selalu, panjang umur, bahagia selalu, dan yang paling penting, selalu awet muda" kata Nadia seraya memberikan buket bunga lily yang dibawanya.
"Amin.. Makasih yah, Nadia. Aduh, padahal gak usah repot-repot"
"Gak repot sama sekali, Tante"
"Cantik banget buketnya. Kamu tau aja bunga kesukaan Tante" puji Lily.
"Oh, itu Arsen yang kasih tau, Tan"
"Eh, kita langsung ke ruang makan aja, Nad. Ar, tolong kamu panggil Papa kamu di ruang kerjanya" suruh Lily, lalu pergi ke ruang makan bersama Nadia.
"Hmm"
Arsen pun bangkit dari sofa yang dudukinya dan pergi memanggil Tristan. Tidak butuh waktu lama, Arsen dan Tristan ikut bergabung di ruang makan bersama Lily dan Nadia.
"Selamat siang, Om Tristan" sapa Nadia bangun dari duduknya dan menyalami Tristan.
"Siang, Nad.. Sudah lama sampai?" balas Tristan ramah.
"Belum lama kok, om"
"Vano sama Kaila belum datang, Mah?" tanya Tristan saat tidak melihat keberadaan 2 anaknya yang lain.
Baru mau dijawab Lily, Devano dan Kaila sudah muncul di ruang makan. Devano dan Kaila segera menghampiri Tristan dan Lily dan menyalami mereka, seperti yang tadi dilakukan Arsen, lalu duduk di tempat masing-masing.
Satu per satu mulai mengambil makanan yang telah tersedia di meja makan dan mulai memakannya. Ditengah-tengah aktivitas makan, Lily bertanya pada Vano.
"Van, mama dengar dari Kaila kamu putus lagi?"
Vano menatap tajam Kaila yang duduk di sebelah Arsen. Tidak takut dengan tatapan tajam Devano, Kaila malah menjulurkan lidahnya.
"Van?" panggil Lily karna Devano tidak kunjung menjawab.
"Iya mah"
"Putus lagi?"
"Iya"
"Kenapa?"
"Hmm.. Bosen"
Lily hanya bisa menghembuskan napasnya pelan melihat kelakuan anaknya yang satu ini. Vano tidak pernah menjalin hubungan dalam jangka waktu yang lama. Paling lama saja 1 bulan.
"Kamu tuh kayak gini terus. Ntar gak ada yang mau sama kamu, baru tau rasa" ucap Lily.
"Gak ada yang gak mau sama Vano, mah" balas Vano penuh percaya diri.
"Idiihh, pede banget" ejek Kaila.
"Jelas pede lah, kakak ganteng gini" sahut Vano yang langsung dibalas lagi oleh Kaila.
"Gantengan juga abang daripada kakak"
Devano sudah membuka mulutnya ingin membalas ucapan Kaila tapi Lily lebih dahulu menghentikan perdebatan mereka.
"Sudah, sudah. Lanjutin makannya. Gak malu kalian diliat Nadia"
Nadia sedari tadi hanya diam menikmati makanannya dan mendengarkan percakapan keluarga Aldric ini. Ia sangat senang melihat interaksi mereka satu sama lain.
Sesekali, ia juga melirik Arsen yang duduk diseberangnya. Nadia melihat Arsen memakan makanannya dengan tidak berselera. Padahal seluruh makanan yang dibuat Lily sangat enak menurutnya.
Nadia tidak tau. Bukan rasa makanan Lily yang membuatnya tidak berselera. Tetapi karna seseorang yang baru ia temui tadi.
Nayara
Pikiran Arsen sedari tadi dipenuhi dengan Nayara dan pertemuannya dengan gadis itu. Setelah 9 tahun lamanya, ia kembali dipertemukan secara tidak sengaja dengan Nayara.
Arsen menyadari, Nayara masih sakit hati dengan perbuatannya sewaktu SMA. Terlihat jelas dari bagaimana Nayara pura-pura tidak mengenal dirinya dan mengalihkan pesanannya pada pegawainya, demi bisa pergi dari Arsen.
Jelas Nayara masih sakit hati. Yang lu lakukan dulu tuh keterlaluan, Ar.
Berbanding terbalik dengan Nayara, Arsen justru senang bertemu dengan Nayara kembali. Ditambah fakta bahwa Nayara masih ingat bunga kesukaan Lily, entah kenapa membuat Arsen semakin senang.