[ come back home ]

1.4K 163 11
                                    

warning : ini bukan lanjutan cerita sebelumnya alias 'dear mantan ya' :)) ini one shot biasa doang, beda universe pokoknya hehe



*****

Teruntuk kamu, sosok terindah.

Aku sakit dan bahagia dalam kurun waktu yang sama, ketika bersama kamu aku ingin pergi, tapi ketika kamu benar-benar membuat jarak, aku merasa bebanku berat. aku tak siap untuk segala kemungkinan, aku tau aku tak bisa terus bersandar padamu, aku juga tak boleh menaruh banyak angan di pundakmu, tapi ketika aku mencobanya, memberi kamu ruang dan tempat menepi, aku jadi tau, kita hanya butuh waktu, bukan perpisahan.

****

Sosok itu, sosok yang ia rindukan tepat sedetik setelah mereka berpisah, sosok yang namanya tertulis banyak sekali dalam buku harian, sosok yang dengan rakusnya mengambil seluruh atensi, mencuri hatinya tanpa mau mengembalikannya lagi, kini dia mengambil oksigen di tempat yang sama dengan sang gadis, tampak tenang dengan senyum tipis, seolah hanya Haruno Sakura  saja yang terluka, dan Uchiha Sasuke sama sekali tidak.

"Aku boleh duduk di sini?"

"Tentu," dia berusaha sampai payah, agar suaranya tak bergetar, agar tak ada embun di kedua netranya. ternyata lelaki itu datang, ke taman yang menyisakan banyak sekali kenangan, ke tempat pertemuan terakhir mereka, kalau lelaki itu kesini, bukankah dia kepayahan juga? atau dia hanya kebetulan lewat? bisa saja 'kan?

"Apa kabar, Ra?" tangan itu dingin, genggamannya terasa perih, sungguh sangat berbeda dengan satu tahun lalu, dulu mereka bahkan melakukan hal yang lebih dari sekadar berjabat tangan, tapi kenapa sekarang semuanya terasa begitu jauh, lengan itu terlalu lama tak ia lihat, semuanya terasa asing.

"Baik," ya benar baik, suhu tubuhnya hangat, deru napasnya hangat, senyumannya pun tampak hangat, tapi hatinya dingin, dingin sekali sampai membuat sesak. "Kalau kamu?"

"Tak pernah sebaik dulu," berbeda dengan Sakura yang terlihat begitu hancur, sosok yang duduk di sebelahnya tampak hangat dengan senyum yang menampilkan gigi rapinya, ada sedikit lesung juga di sebelah pipi kanannya, sejak dulu sampai sekarang, Sasuke memang selalu menang, dia selalu bisa tampak baik-baik saja, dia yang entah bagaimana pernah membuat Sakura merasa bersalah setengah mati karena lelaki itu terus tersenyum disaat Sakura mengucapkan kata-kata menyakitkan, dan Sasuke malah tak mengatakan apa-apa, hanya diam dan tersenyum, seolah menerima semuanya tanpa ego ingin terlihat benar.

"Begitu? padahal setiap malam aku selalu berdoa supaya Sasuke baik-baik saja, ternyata belum di dengar, mungkin butuh waktu, manusia di bumi kan banyak, jadi doaku masih berayun di langit, belum sampai ke tuhan..." Sasuke menggeleng-gelengkan kepala, tatapan matanya sendu, seolah ingin memberitahu Sakura bahwa apa yang dia ucapkan itu tak benar.

"Aku bakalan baik-baik aja kalau ada kamu, dari dulu aku selalu bilang gitu 'kan? itu juga doa, dan doaku udah terkabul, jadi jangan membuat doa yang berbeda, karena salah satunya gak akan terwujud," tak ada lagi suara dari keduanya yang terdengar, kini indera pendengaran mereka hanya mampu mendengar suara cicitan serangga, dan angin yang lumayan kencang, sore yang begitu kelabu, untung saja langitnya biru, setidaknya ada satu yang cerah di sana.

"Sasuke?" suaranya pelan sekali, membuat Sasuke menahan diri sekuat tenaga untuk tak membawa gadis manis itu masuk dalam dekapannya.

"Hm?"

"Kenapa kamu dateng kesini?" langit yang tadi biru perlahan berubah menjadi jingga, sungguh indah sekali, Sasuke bertanya-tanya dalam hati apakah perubahan yang terjadi di atas sana, akan terjadi pada dia dan gadis itu juga? perubahan yang jauh-jauh lebih indah,  meskipun warna sebelumnya pun cukup bagus, tapi mereka berdua membutuhkan warna yang lain bukan?

"Setahun yang lalu aku berjanji pada diriku sendiri, aku akan datang kesini lagi kalau perasaanku padamu tak berubah," mereka duduk berdua di kursi taman besi persis di bawah pohon, jarak mereka duduk cukup dekat tapi dibanding saat-saat lalu, jarak mereka sekarang adalah yang paling jauh.

"Ternyata aku malah sering kesini, setiap tiga kali seminggu, kadang empat atau lima kali kalau pekerjaanku selesai lebih cepat, dan aku jadi yakin kalau perasaanku tak berubah sama sekali, tak pernah bisa." Sakura menundukkan kepalanya, menahan air matanya agar tak luruh, lengannya mencari-cari letak sakit di dekat jantungnya yang berdetak, tapi dia tak bisa menemukan sumber rasa sakit itu, dia terus berusaha tapi ada suara yang juga bisa ia dengar dengan jelas, entah berbunyi dari mana. 'Hei Sakura, dia mencintaimu, Sasuke selalu mencintaimu, sama seperti kamu, perasaan yang sama besarnya, lalu kenapa kau malah sibuk mencari rasa sakit, sementara dia yang bisa menyembuhkanmu, ada di dekatmu, menatapmu dengan penuh kasih sayang'

"Tapi, aku----aku membuat hubungan kita menjadi sangat rumit, masalah terus datang padahal hanya karena hal sepele, ka-- kamu capek 'kan?" Sakura tak menangis saat mengucapkan itu, tak ada setetes pun air yang jatuh, hanya saja hatinya perih, sakit sekali, dia tak tahan, sampai lengan yang terasa asing itu menariknya secara lembut, memeluknya.

"Semua orang bisa capek, tapi bukan berarti dia mau nyerah," Sasuke mengusap rambut merah muda Sakura yang terasa sedikit kusut, rasanya seperti deja vu, rasa bahagianya masih sama.

"Sas, asal kamu tau aku juga ingin sekali datang kesini, tapi aku takut, aku takut sendirian, aku takut kamu udah bahagia, dan aku takut harapan-harapan aku buat sama kamu lagi jadi hilang.  aku---aku ngga pernah siap kesini, hari ini pun begitu, tapi aku juga sadar, aku ngga bisa kaya gitu terus, seenggaknya disini, aku bisa memutar ingatan tentang hari-hari kita yang dulu, walaupun ngga sama-sama lagi," Sasuke tak mengeluarkan suara apapun lagi, dibiarkannya sang pujaan mengeluarkan seluruh isi hatinya, karena Sasuke tau, setiap kata yang keluar dari mulut Sakura, adalah kalimat-kalimat yang akan mengakhiri musim sepi di dalam kehidupannya setahun belakangan.

"Aku pikir kita ngga akan pernah searah lagi," Sasuke menggeleng mantap, berbeda dengan tadi sorot mata gadis itu tak lagi berbinar, bagai langit malam tanpa bintang, mendengar semua ini membuat pertahanannya kendor juga.

"Sudah mau pulang kesini?" Sasuke membawa salah satu lengan Sakura untuk menyentuh dadanya dengan sangat lembut.

"Ya, ternyata diluar sepi," Sasuke merapatkan kembali dekapannya, mengukung Sakura yang setahun ini memblokir seluruh sosial medianya, dan tentu saja dia tak mau egois, Sasuke tak mau mengganggu, makanya sekarang dia masih tak mempercayai takdir, dia dan seluruh kepercayaannya meyakini gadis manisnya tak akan pernah kembali, tapi lihat sekarang? tanpa komunikasi sedikit pun mereka bisa bertemu dan kembali berjalan ke arah yang sama.

Sama seperti dulu.

° FIN°


*****

[SasuSaku 'One shot/series' ]Where stories live. Discover now