3. for your happines

1.4K 220 13
                                    


"Hei, dia tak akan suka merek air mineral yang itu," Ino yang sedari tadi tak memperhatikan sekitar tiba-tiba saja menaruh seluruh atensinya pada sosok cantik yang entah mengapa terlihat memaksakan wajahnya untuk membentuk sebuah senyum. "Itu air untuk Sasuke kan?"

"Sakura? Ah iya untuk dia hehe, oh dan aku juga tak tau, mungkin lebih baik kau saja yang memberikan air mineral yang baru, ini---biar untuk aku saja," Sakura menggelengkan kepala, dibanding memberikan minum, ada hal lain yang lebih ingin Sakura lakukan.

"Tadi Sasuke bilang apa saja?"

"Ah--- bukan apa-apa, hanya tentang pela----"

"Dia membicarakan tentang aku 'kan?" belum sempat Ino menyelesaikan ucapannya, perempuan berambut merah muda itu sudah berhasil membuat dia bungkam tanpa ada hasrat ingin bicara lagi.

"Tidak kok,"

"Kau bohong, soalnya Sasuke akan terlihat frustasi jika sedang membicarakan tentangku saja, jadi apa? Apa yang dia bilang padamu?" Ino terdiam sejenak, bingung harus berbicara apa, dia tak pernah mau terlibat dalam kisah cinta siapapun, tak mau ikut campur, tak mau repot, sejenak rasa sesal langsung menghajarnya dengan kekuatan penuh, kalau tau akan di interogasi begini lebih baik dia tadi diam saja, tak usah mengajak Sasuke bicara.

"Kalian harus berbicara dari hati ke hati, aku tak punya hak untuk memberitahu apapun pada kamu, aku kan bukan siapa-siapa," gagal, gagal besar. Ino merasakan nyeri luar biasa lagi saat kedua matanya berhasil menangkap sang primadona sekolah menangis tersedu-sedu di depannya.

"Maaf ya Sakura,"

****

Halo Sasuke..

Tujuh tahun itu lama sekali kan? Lebih dari dua ribu hari, aku bahkan malas untuk menghitung sebanyak apa jam yang kita lewati berdua, terlalu banyak, terlalu penuh, sulit, itu tak jauh berbeda dengan perasaanku terhadapmu, terlalu sulit untuk kuhilangkan saking banyaknya...

Eh iya kau ingat tidak tentang pertemuan pertama kita? kalau aku sih mau diingat-ingat sebanyak apapun pasti akan tertawa. Uchiha Sasuke, si lelaki yang dianggap sempurna oleh semua orang, ternyata hobinya merokok saat jam istirahat di belakang sekolah lalu bersembunyi di dekat batu besar agar tak ada yang melihatmu, kau ingat aku kesana karena ponselku jatuh? Kelasku di lantai dua dan aku terlalu ceroboh malah menjatuhkannya ke tempat persembunyian mu, kita bertemu disana kau ingat? Aku menganggapmu hantu karena ada rumput yang bergoyang-goyang dengan kasar, aku takut sekali tapi dibanding takut hantu aku lebih takut ponselku yang hilang makanya aku menemukan kamu disana, saat pertama kali aku melihatmu dan kamu melihatku kita sama-sama terkejut lalu tertawa, aku masih ingat suara tawa kamu yang lepas sekali, katamu kamu mengira aku Ibu Anko yang jahat itu, lalu kubilang bukan, namaku Sakura, kamu langsung menjawab bahwa kamu tau karena diberitahu oleh dewa batu, aku bertanya lagi padamu memangnya batu bisa bicara dan kamu bilang ...tentu saja bisa, bahkan batu juga bisa jadi televisi kalau dirumah patrick hehe, itu adalah kali pertama aku bisa bicara dengan orang asing dan aku bisa langsung tertawa, kau tau lah aku ini payah dalam pertamanan, dalam percintaan, aku tak bisa dekat dengan siapapun, tak bisa berbaur dengan temanmu, bahkan dengan keluargamu pun, rasanya masih terlalu asing, aku tak bisa bicara pada mereka semudah aku berbicara padamu, aku tak bisa nyaman saat bersama mereka walaupun kamu ada bersamaku, terlalu sulit, aku benar-benar tak bisa, makanya aku hanya ingin bersama kamu saja, karena aku merasa cukup dan bahagia. Tapi ternyata itu malah menjadi masalah besar ya?

Hei Sasuke, kalau saja aku tau akan begini, kalau tau kamu akan terluka sampai sedalam ini, rasanya aku ingin sekali kembali pada hari itu, hari disaat kita bertemu untuk pertama kalinya, aku pasti akan meninggalkan ponselku dirumah, lalu pergi ke perpustakaan mencari buku yang seru agar jam istirahatku tak begitu membosankan, jadi yasudah aku tak pernah tau kekuatan dewa batu, tak akan bertemu dengan kamu, tak akan ada kisah kita yang tertulis, aku akan menjadi orang lain, aku tak akan tertarik pada si kapten basket yang menguasai lapangan untuk berlatih, aku tak akan menjadi primadona dadakan, padahal awalnya aku merasa semua orang biasa saja padaku.

salahku memang, malah menjatuhkan ponsel, kenapa harus aku? bukan Ino saja, atau siapapun gitu yang bisa membuat kamu bahagia, kalau itu benar-benar terjadi mungkin saja hari ini kau sedang tertawa, sedang melakukan hal-hal yang kau sukai, tapi mau bagaimana lagi? semuanya sudah terjadi, aku sudah sangat menyayangimu, jadi aku mohon kamu pun mengingat masa-masa itu lagi, masa dimana kamu bahagia sama aku, masa dimana kamu seneng dideket aku, pasti bisa Sasuke, ayo mulai dari awal lagi, buat akhir yang bahagia, ayo belajar bersama, ayo buat masa depan yang cerah bersama, aku janji tak akan seperti dulu, aku akan berubah, aku akan belajar buat mengenal semua orang yang kamu kenal, ayo lakukan dengan bahagia lagi, sekali lagi ..aku mohon, di hari jadi ke tujuh tahun ini, kau tau itu angka keberuntungan kan? Jadi ayo kita coba lagi.

'Sudah jangan menangis, aku akan ceritakan setelah memberi air minum ini pada Sasuke ya, oke?'

'Ceritakan sekarang saja, garis besarnya tak usah semuanya,'

Kau hanya lelah Sasuke, kau hanya butuh istirahat, kita tak boleh berhenti, kita akan menikah, kita akan bersama sampai tua kan? mimpi-mimpi kita yang dulu itu pun, akan kita wujudkan ...iya kan?

'Sasuke bilang dia capek banget, dia udah engga tahan, dia udah ngga bisa bedain rasa sayang dan tertekan,'

'Ah begitu, makasih Ino,'

Tertekan ....
Tak bisa membedakan ...
Sayang tapi tak tahan lagi.

dia tertekan Sakura karenamu, karena kamu yang masih mau bersamanya, sementara dia sudah tak bisa lagi.

"Halo mba? Reservasi atas nama Sakura yang jam tujuh itu, dicancel saja ya," seseorang disana membalas ucapan Sakura dengan cepat, nada terkejut terlalu kentara, perempuan musim semi itu pun berusaha untuk tersenyum, tak ia biarkan isakannya terdengar oleh siapapun.

"Oh iya sudah saya bayar sama makanannya juga sih, buat mbak aja sama temen-temennya kalau mau,"

"Ah iya sama-sama," Sakura menatap kertas yang baru saja tercoret oleh pulpen hitamnya, dia baru sadar ada beberapa yang luntur karena air matanya membuat tulisan itu agak tak terbaca, sejenak dia melihat kertas menyedihkan itu selama satu menit penuh, lalu dengan perlahan merobeknya karena dia sadar bahwa Sasuke tak butuh membaca ini.

Dia pun enggan untuk pergi mengambil pesanan kuenya, lalu menyimpan kado yang sudah ia siapkan sejak lama di tempat teraman yang tak mungkin bisa dilihat siapapun, karena malam nanti ....tak ada yang perlu dirayakan.

---------

From : Baby

Ya, nanti malam aku kesana.

--------

Sakura tersenyum dengan perasaan yang sangat sedih saat membaca pesan itu, dan dia lebih memilih untuk tak membalasnya lagi, dia malah terpikirkan sesuatu lalu kembali menulis lagi di kertas, setelah selesai melakukan itu dia pun berdoa.

Berdoa untuk kebahagiaan Sasuke.

****

endingnya di chapter depan, makasih udah mau bantuin aku menentukan babak akhir dari kisah biru kegalauan dua manusia yang egois dua-duanya ini hehe.

[SasuSaku 'One shot/series' ]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant