2. makanan alien

1.3K 187 13
                                    

Guru piket itu benar-benar tak bohong saat berbicara tentang 'menunggu pingsan' pasalnya mereka berdua baru di lepaskan dari hukuman setelah bel pelajaran terakhir berdentang, Sakura merasakan keringat tak juga mau kering padahal sudah dua puluh menit berlalu sejak kejadian naas itu.

"Sekarang apalagi?" Sasuke juga sama payahnya, seragam pemuda itu basah, wajahnya juga masih terasa panas, dan perempuan yang menyebabkan semua bencana ini terjadi masih giat mengintil, padahal sekarang Sasuke mau pulang, naik kereta, dia ingin tenang sebentar saja, sebelum menyambut hari-hari yang ia yakini tak akan mudah lagi.

"Memastikan kau belajar lah di rumahmu," Sasuke memijat kepalanya dengan sedikit keras, sesungguhnya dia tanpa belajar pun nilainya tak akan begitu buruk, salah dia memang tadi asal bicara, mana mungkin kan dia bicara yang sesungguhnya perempuan ini nanti pasti akan ....

"Sasuke? Kamu ngga kesurupan tiba-tiba kan? emang panas banget sih tadi, tapi aku yakin setan ngga akan ikutan berjemur juga, males banget lah dia pasti," belum sempat dia selesai bermonolog ria dalam hati perempuan itu dengan santainya berbicara hal tak masuk akal lagi, Sasuke menghela napas sambil menatap gadis itu dengan intens, hei lihat mereka berdua berjalan beriringan memasuki stasiun, mereka pun tak kesulitan masuk karena memiliki kartu, untung saja Sakura baru mengisi ulang kartunya, kalau tidak bisa gagal dia menguntit Sasuke.

"Kau benar-benar akan mengikuti? Sampai ke rumah?" Sakura mengangguk, tak akan semudah itu membohongi Sakura, enak saja.

"Oke," Sasuke sudah begitu lelah tapi otak cairnya tiba-tiba terlintas sebuah ide, sejenak melupakan penat, Sasuke menyusun rencana dadakan yang bagus.

"Nah gitu dong koperatif," ucap Sakura sambil tersenyum simpul penuh tipu muslihat, membayangkan akan bertemu ibu Sasuke dan melaporkan tindak kriminal sang anak karena telah melukai hatinya, itu cukup menyenangkan untuk dilakukan.

*****

"Kenapa kita malah menaiki kereta secara acak? Kau mengerjaiku ya?" ini adalah kereta ke empat yang mereka naiki, Sakura terus mengomel, merasakan rasa kesal yang membumbung tinggi.

"Rumahku memang jauh,"

"Kau tidak sedang berbicara dengan anak kecil Sasuke," jawabnya sangsi sambil mengusap perutnya yang tiba-tiba terasa perih. "Aku tak akan mengadu apapun pada ibumu kalau kau memang takut,"

"Oh kau berniat mengadu pada ibuku ternyata," Sakura menghela napas sesaat setelah Sasuke berbicara, perutnya benar-benar sakit sekarang, langkahnya kehilangan tenaga, dia sudah tak kuat berjalan lagi.

"Jangan harap bisa melakukan hal seperti itu, yang akan kau temui hanyalah perjalanan melelahkan tanpa ujung kalau masih nekat mengikutiku, Sakura." tapi tak ada suara, perempuan itu tak menjawabnya, sedikit penasaran Sasuke melirik ke sebelah kanan, tadi Sakura berjalan disisi itu, tapi nihil, perempuan itu tak ada.

"Hei," dia tertinggal jauh, duduk di jalanan dengan lengan yang tampak meremas perut, Sasuke refleks mendekat, takut disalahkan oleh orang-orang jika kabur, masalahnya dia orang terakhir yang bersama Sakura.

"Kenapa?"

"Perutku sakit, aku belum makan apa-apa sejak pagi," Sakura tertawa sambil menahan perih, tertawa mengingat kebodohan yang dia lakukan karena mendadak jadi stalker Sasuke, tertawa karena lelaki itu tampak ogah-ogahan menolongnya.

"Ayo ke klinik,"

"Ke rumah saja, kebetulan rumahku tak jauh dari sini, keluar stasiun naik taksi online sebentar, klinik jauh," Sakura berusaha untuk bangun walaupun sulit, menolak uluran tangan Sasuke karena malas saja, dia terlihat seperti kesal begitu, untung saja rute yang Sasuke pilih adalah stasiun yang dekat dengan rumahnya.

[SasuSaku 'One shot/series' ]Onde histórias criam vida. Descubra agora