2. takkan terganti

821 174 19
                                    


note: sasusaku di sini emang baru nikah, tapi pacarannya lama hehe jadi maksud chapter 1 tuh yg lama pacarannya okeh? takutnya gak mudeng karena aku jelasinnya kurang jago di narasi tadi hehe sowwy :*

****

Sejauh yang Sasuke ingat sosok perempuan itu sangatlah penting untuk hidupnya, dia yang selalu datang saat Sasuke merasa dunianya tak lagi adil, dia selalu datang saat Sasuke butuh bantuan. Dulu Sasuke adalah sosok yang sangat ambisius, merasa semua yang sudah ia raih tak pernah cukup, keluarganya memang tak pernah menuntut macam-macam, hubungan mereka baik-baik saja, tapi entahlah Sasuke selalu merasa segala usahanya tak pernah membanggakan, dia merasa selalu ada yang kurang, dia tak pernah puas.

"Kamu gak pernah kurang Sas, gak pernah...." suaranya yang pelan saat itu masih terasa jelas dalam ingatan.

"Kalau kamu kurang, kamu gak akan ngalahin aku pas olimpiade fisika, terus inget juga ya kriteria cowok aku tuh tinggi, kalau kamu kurang aku pasti gak akan suka sama kamu, jangan rendahin selera aku lah,"

"Dasar bawel,"

"Biarin, udah ah jangan terlalu dipikirin, kalau kamu gagal tandanya harus diulang lagi bukan nyerah, boleh sih nyerah tapi jangan lama-lama," Sasuke merasa sedang berada dalam dunia mimpi yang baru, suasananya aneh, ini seperti dia kembali lagi ke masa-masa itu, masa di mana dia tak percaya pada dunia, masa di mana dia merasa tak punya tempat untuk pulang.

Aku gak akan pernah nyerah Ra, gak akan pernah....

Apalagi tentang kita, makanya....

Makanya aku gak pernah percaya kalau semua orang bilang kamu udah gak ada, karena aku tau kita berdua gak akan nyerah semudah itu.

***

Sasuke akhirnya bangun setelah hampir 30 menit tak sadarkan diri, dia bisa melihat kedua lengan dan kedua kakinya diikat di ranjang rumah sakit, dia hanya bisa melihat sekeliling dengan mata yang dibiarkan bebas, mencari istrinya di seluruh sudut kamar tapi nihil, Sakura tak ada di sana. Mendadak Sasuke merasa takut, dia meninggalkan Sakura sendirian di rumah, perempuan itu pasti khawatir, perempuan itu pasti mencarinya.

Tapi bagaimana? dia bahkan tak bisa pergi dari sini, bergerak saja rasanya sulit, lalu tak lama dia melihat Itachi datang bersama dokter, mereka mendekat, mereka menatap Sasuke dengan mata yang sedikit sendu.

"Kak aku mau pulang, kak please, Sakura sendirian di rumah,"

"Tenang aja Sas, Sakura juga pasti pengen kamu sembuh," ucap kakaknya yang diamini oleh sang dokter karena dia pun terlihat menganggukan kepala, setuju dengan ucapan Itachi.

"Sembuh? kenapa aku harus sembuh padahal aku sama sekali gak sakit?" Sasuke bisa melihat dokter menahan lengan Itachi agar sang kakak tak lagi bersuara, dokter tau kalau Sasuke butuh proses yang amat panjang untuk memahami semua ini.

"Dok, saya mau pulang, saya gak sakit,"

"Oke kamu bisa pulang, tapi setelah bicara sama saya, gimana?" Sasuke terdiam lalu tak lama menganggukkan kepala.

"Dokter gak boong kan?"

"Saya gak akan bohong asal kamu koperatif,"

"Oke," Sasuke langsung mengatur napas setelah sang dokter memberikan kode melalui gerakan tangan, saat benar-benar sudah dalam keadaan yang cukup kondusif sang dokter pun memulai sesinya, tidak lupa untuk membuka tali yang mengikat kaki dan tangannya, tentu saja Itachi pun dengan senang hati meninggalkan mereka berdua, agar pengobatan Sasuke bisa dimulai dengan tenang.

"Uchiha Sasuke, usia 29 tahun, baru menikah kurang lebih 11 bulan-----"

"Bukan 11 bulan dok tapi 1 tahun," dokter pun mengangguk sambil mencoret kertas di atas papan kayu berukuran A4 yang ia bawa sejak tadi.

"Baik, sudah menikah 1 tahun dengan Uchiha Sakura, pekerjaan anda adalah berbisnis kedai kopi, sebulan yang lalu baru membuka cabang di luar kota saat istri anda-----"

"Istri saya baik-baik saja dok saat saya membuka kedai baru saat itu bahkan sekarang pun," dokter mengangguk-anggukkan kepala, senyum ramahnya benar-benar terpeta rapi di wajahnya yang sedikit ada garis keriput, tapi masih terlihat segar untuk ukuran seusia beliau.

"Semua orang sudah memberitahu anda tentang Sakura kan?" Sasuke terdiam sebentar, sejujurnya memang hampir semua orang berbicara hal yang sama tentang Sakura, tapi bukankah mereka harusnya tau kalau Sakura masih baik-baik saja di rumah mereka? Dia masih tersenyum dan sering menyanyi sambil melakukan pekerjaan rumah dengan riang? Kenapa? Sampai dua minggu yang lalu pun ucapan belasungkawa terus tertulis di sosial media sang istri, sampai-sampai Sasuke tidak pernah mau mengakses sosmednya lagi, terkadang kepalanya pun terasa sangat sakit saat dia berusaha untuk tak memikirkan ucapan-ucapan orang-orang itu, untuk tetap yakin kalau Sakura tak pernah meninggalkannya barang satu menit pun.

"Mereka bohong, Sakura selalu ada di rumah dok, dia hidup, dia selalu ada di samping saya," dokter sekali lagi menganggukkan kepalanya sambil merobek sepucuk kertas.

"Hidup dan mati itu sudah ketentuan mutlak dari sang maha pencipta bukan? Suatu saat nanti kamu, keluarga kamu, bahkan saya pun akan pergi juga, saya mengerti perasaan kamu, gak mudah yah ditinggalin sama orang yang paling kita sayang? kamu hebat sudah bertahan sampai sejauh ini, tapi..... usaha kamu masih belum maksimal,"

"Dia gak ninggalin saya dok," dokter tak  mengangguk lagi kali ini, dia hanya memberikan kertas robekan tadi beserta pulpennya pada Sasuke.

"Tulis isi hati kamu di kertas itu, gak usah banyak-banyak sebisa kamu aja, terus simpen di tempat yang menurut kamu aman supaya gak dibaca orang lain," Sasuke mengangguk lalu menulis beberapa kata di kertas itu lalu menyimpannya di saku celananya.

"Udah boleh pulang dok?"

"Boleh, tapi ada satu syarat," setelah tau syaratnya adalah Itachi harus tinggal bersama Sasuke supaya sang kakak bisa dengan tepat waktu memberi Sasuke obat membuat Sasuke agak keberatan, tapi daripada dia harus terus ada di sini dan meninggalkan Sakura sendirian akhirnya dia pun setuju.

"Selamat bertemu di sesi berikutnya, tenang aja itu hanya obat penenang, saya tau kamu gak sakit, tapi kita cuma mau mastiin kalau kamu sepenuhnya baik-baik aja," Sasuke pun pergi dengan langkah besar-besar, pikirannya hanya tertuju pada Sakura, lelaki itu bahkan tidak meminta ijin dengan benar tadi pagi, dia juga tidak membawa ponsel, pasti Sakura akan khawatir.

(isi kertas sasuke):

'ayo masak bareng lagi, aku gak akan bikin masakannya jadi asin kaya kemarin, jangan bosen ajarin aku ya biiiii....."

******

makasih yang udah pada komen, aku beneran semangat karena baca komennya, jadi aku update lagi deh ❤️❤️❤️

[SasuSaku 'One shot/series' ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang