1. when you're gone.

593 46 7
                                    


⚠️ angst, fanfic sad song. (cakra khan - kepada hati) ⚠️

Hanya satu pertanyaannya kali ini, ada apa? Kenapa mereka harus bertemu lagi? Kenapa dia tak membiarkan Sasuke untuk sembuh? Andaikan dia tau lelaki itu kepayahan melawan takdir menyakitkan sendirian, lelaki itu diam-diam merutuki hidupnya, diam-diam lelaki itu menyalahkan ibunya karena sudah melahirkannya, diam-diam dia menangis meraung-raung sambil menyetel lagu rock dengan volume yang sangat keras mengorbankan telinganya yang kesakitan, Sasuke menderita, sangat menderita. Lalu kenapa?

Mungkin, sederhananya dia terlalu tau bahwa Sasuke terlalu mencintainya, sederhananya dia tau Sasuke akan selalu mengikuti semua ucapannya, sederhananya dia tau Sasuke akan selalu ada di sana jika dia membutuhkannya. Dia selalu tau, dia terlalu tau. Tapi kali ini bukankah keadaannya berbeda? Sakura bukan miliknya lagi, Sakura punya tempat lain selain dirinya. Lalu kenapa?

****

🎶 Ku berhenti di batas ini,

antara cinta dan mimpi bersamamu,

aku sadari kini, bahwa memang hatimu...

Bukan untukku... 🎶


Waktu itu hubungan mereka sudah menginjak angka ke 6 tahun, khayalan tentang masa depan pastilah sudah terbayang di kepala mereka, sudah banyak impian yang tercipta, tentang rumah mungil sederhana yang hangat beserta suara tawa mereka di sore hari. Membayangkan rupa anak mereka, mirip siapa ya? atau tentang bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan rumah bersama, olahraga pagi bersama di waktu libur. Indah sekali, apalagi saat itu Sasuke bilang kalau mereka akan mewujudkan mimpi itu beberapa bulan lagi, mengingat dia sudah bekerja di tempat yang gajinya lumayan, perlahan-lahan semua khayalan itu pasti akan menjadi kenyataan.

Tapi, apakah hidup akan berjalan semudah itu? Atau apakah semua rencana kita akan sesuai dengan skenario tuhan? atau.....

"Aku dijodohin yang sama ibu," reaksi pertama Sasuke saat mendengar itu hanya tersenyum tipis, meyakini itu hanyalah candaan receh Sakura seperti biasanya, prank ala-ala anak sekarang, prank yang bertujuan membuat Sasuke panik, udah basi banget please lah...

"Aku gak akan kena tipu lagi ah, udahan dulu becandanya bi. itu makan dulu, nanti keburu dingin makanannya," kini mereka sedang berada di restoran favorit, restoran yang akan mereka datangi kalau Sasuke atau Sakura baru gajian, agak mahal soalnya tapi ya gimana lagi, makanannya enak banget.

"Aku gak becanda......" Sasuke masih sibuk mengunyah, awalnya ia tak memperdulikan ucapan Sakura sampai dia mendengar isak tangis wanita itu. Ini pasti prank, Sakura pasti sedang mencoba membuat semua ini terlihat lebih nyata.

"Ya ampun, gak usah sampe nangis gitu, yaudah iya deh aku percaya, udahan ah aktingnya, kamu mah...."

"Aku gak akting, kemarin malem dia dateng ke rumah, aku bakalan tunjukkin foto orang itu kalau kamu masih gak percaya," 6 tahun bersama membuat Sasuke memiliki insting dan bounding yang kuat dengan wanita itu, hatinya bilang Sakura saat ini tak berbohong, tapi sebagian besar dari diri Sasuke menolaknya. Sasuke masih mencoba berpikir positif, masih mencoba untuk mencari kemungkinan yang lain.

"Gak mungkin,"

"Ma--af....."

"Bilang kalau semua ini bohong," ini terlalu meyakinkan, tatapan kosong Sakura terlalu menyakitkan untuk berbohong sampai sejauh itu.

"Ini gak bohong biii," tiba-tiba saja, makanan yang sedang Sasuke kunyah terasa tak enak.

"Kenapa? Bulan depan aku juga mau lamar kamu... atau sekarang aja? Biar perjodohan kamu dibatalin?" Sakura menggeleng, seolah memberi tahu Sasuke bahwa bulan depan ataupun sekarang tak ada bedanya.

"Ibu mau dia yang jadi suami aku," memang, selama 6 tahun ini, ibu Sakura seperti tak terlalu ramah padanya, Sasuke tau itu tapi Sakura selalu bilang memang sifat ibunya memang tak hangat, menjadi single parents semenjak Sakura dan adik-adiknya kecil membuat sang ibu mempunyai peran ganda dan sering kelelahan dan berdampak pada sifatnya yang sering jadi dingin karena memiliki beban yang berat.

"Gak bisa ditolak bi? kamu juga punya hak buat milih jalan hidup kamu," Sasuke kehilangan nafsu makannya, kini yang dia mau bukanlah makan makanan enak lagi tapi dia mau Sakura memilihnya, bukankah seharusnya begitu?

"Tentuu bisa, tapi ibu gak pernah minta apa-apa sama aku selama ini bi, ibu dari dulu kerja dari pagi sampe malem, badannya sering di---ngin........" Sakura seperti tak sanggup lagi untuk bicara tapi sepertinya wanita itu terus berusaha, dia seperti ingin membuat semuanya menjadi jelas.

"Ibu lagi sakit aja masih maksain kerja biar kita semua bisa makan, meskipun sekarang aku udah kerja tapi aku tetep gak bisa bikin ibu berhenti kerja bi, adik-adik aku masih butuh banyak banget biaya dan semalem ibu bilang...... Kalau aku nikah sama dia, hidup ibu sama adik-adik bakalan aman, ibu bakalan berhenti kerja, ibu bisa nikmatin masa tuanya....." Sasuke menghampiri perempuan yang duduk di depannya itu, Sasuke menarik kursi disamping Sakura untuk ia duduki lalu menghapus air mata yang terus-terusan turun di pipi putih Sakura.

"Aku juga bisa kok, aku bakalan ambil banyak kerjaan atau aku nyari kerjaan yang gajinya lebih gede, bilang sama ibu tunggu sebentar aja, aku juga pasti bisa bikin ibu menikmati masa tuanya," sekali lagi, Sakura menggeleng.

"Ambil banyak kerjaan atau nyari yang gajinya gede, pasti bikin kamu capek banget bi, aku udah tau dunia kerja, aku gak mau bikin kamu nanggung beban yang gede buat keluarga aku, aku gak mau liat orang lain berkorban lagi buat aku, please pahamin posisi aku juga......"

"Kalau gitu, berarti kamu dong yang berkorban bi?"

"Gak apa-apa, itung-itung balas jasa ibu, mungkin dengan cara ini bisa bikin ibu bahagia, bisa bikin ibu senyum lepas lagi kaya dulu pas ayah belum meninggal," Sasuke terdiam, tiba-tiba otaknya memutar memori beberapa tahun lalu, saat mereka bermain truth or dare, Sasuke ingat betul pertanyaan yang tertulis di kertas yang Sakura pilih. 'siapa yang paling kamu sayang di dunia ini? urutkan dari no 1 sampai 3' Sakura langsung menjawab tanpa berpikir panjang. 'tentu aja yang no 1 itu ibu, no 2 baru Sasuke, yang ke 3 adik-adik,'

Lalu sekarang, Sasuke bisa berharap apa?

"Jadi kita......sampe sini aja?" Pertanyaan bodoh memang, tapi Sasuke tetap saja mengucapkannya.

"Maaf banget Sas.. maaaf banget," udah 'Sas' ya sekarang? bukan bi lagi.

"Jangan nangis ...Ra----"
"Gak apa-apa...." ucap Sasuke sebelum menyembunyikan wajahnya di meja lalu kedua tangannya dijadikan tameng agar tidak ada satu orang pun melihatnya dalam keadaan seperti ini, padahal dia sudah berusaha untuk tak menangis. Soalnya aneh kalau cowok nangis, tapi dia sudah tak tahan lagi, hatinya kesakitan, mimpinya hancur, orang yang dia sayangi sebentar lagi akan pergi, dia akan ditinggalkan.

"Maaf, maaf, maaf, maaf, maaf Sasuke......." kini mereka menangis bersama, di tempat favorit mereka. di tempat yang biasanya mereka jadikan tempat untuk berbahagia, tempat yang mereka jadikan tujuan saat mereka memiliki uang.

Sasuke sangat membenci keadaan ini tapi hatinya benar-benar tak bisa membenci Sakura, dibanding membenci Sakura dia lebih membenci dirinya sendiri. Kenapa dia tidak bekerja sampai lupa waktu, dia bisa mengumpulkan banyak uang, kenapa dia malah bersantai-santai saja selama ini? dia juga membenci kelahirannya, seharusnya dia tak usah lahir kalau pada akhirnya dia harus membuat Sakura menderita, harusnya dia tak usah mengajak Sakura berkenalan, seharusnya Sasuke tak egois mengajak Sakura pacaran, seharusnya Sasuke tak perlu ada, dia tak berguna.

****

tbtb dapet ide ini grgr dengerin lagu kepada hati di tiktok wkwk, au deh ini angst apa ngga tp semoga pada suka deh hihihihi

[SasuSaku 'One shot/series' ]Where stories live. Discover now