[ your eyes tell ]

2K 223 9
                                    


Hijau rumput yang agak basah karena semalam turun hujan, daun hijau terjatuh dari pepohonan dengan perlahan karena angin dingin yang perlahan menghembus, seakan belum cukup dengan keindahan pagi ini, dua pasang mata hijau itu juga berhasil mencuri perhatian Sasuke, tatapannya yang tulus itu entah mengapa selalu membuat Sasuke merasa tenang.

"Bagaimana pagi ini Sasu" Tiga tahun yang lalu mereka bertemu dalam keadaan kurang baik, Sasuke membenci perempuan yang sedang berdiri sambil memegang tongkat itu, dia benci pada kenyataan yang menamparnya keras-keras, tapi lihat sekarang semua rasa sialan itu sudah berhamburan, menyisakan satu rasa aneh yang sulit sekali hilang.

"Sama seperti kemarin," perempuan itu mengangguk paham, lalu memaksakan diri untuk tersenyum.

"Sasuke?"

"Hm?"

"Semalam ibu bilang ....sebaiknya kalau kita tak usah berteman lagi," Sasuke menatap sosok itu lama sekali, ah bahkan sejak tadi pun, sejak awal mereka dekat pun, dengan serakahnya Sasuke selalu menatap sosok itu sepuas yang ia bisa.

"Begitu?" helaan napas Sasuke hanya membuat suasana semakin dingin saja, sementara dia masih menunggu Sakura untuk bicara lagi, ingatan tentang hari itu tiba-tiba saja kembali menyapa kepalanya, sungguh seperti baru kemarin, dia tertidur lelah di kasur rumah sakit dan menemukan gadis itu sedang terduduk, dia juga saat itu sedang terluka, dia melihat kaki sebelah kanan Sakura yang di gips.

"Kau mau melakukannya 'kan.... Sasuke?" lelaki itu masih terdiam, masih menatap lurus ke arah Sakura, masih memperhatikan segala hal tentang gadis itu.

"Aku jadi ingat pertemuan pertama kita," tidak nyambung memang, tapi bagaimana lagi? ingatan itu malah semakin kuat saja datang menghampiri kepalanya, hari itu, kurang lebih setahun yang lalu, dia yang berusaha untuk bunuh diri, kembali hidup dan bangun dengan kesal, marah pada semua orang, marah kenapa mereka masih berusaha menolongnya untuk hidup, padahal mereka tau, mereka yang selalu memberinya luka.

*****

Musim dingin beberapa tahun lalu, Sasuke ingat betul kalau dia mengendarai mobil dengan kecepatan gila-gilaan saat sudah memasuki kawasan hutan, dia sengaja melakukannya untuk mendapat ketenangan yang tak pernah ia dapatkan, ia ingin pergi ke tempat dimana tak ada satu orang pun yang mampu menemukannya.

"AAAAAAAH!" dan sialnya dia malah berakhir di tempat ini, tempat yang sering ia temui saat beraktifitas, tempat dimana luka bisa disembuhkan, iya hampir semuanya, tapi tidak dengan luka yang ia pikul hampir seumur hidup itu.

"Kau sudah bangun?" ada seseorang yang memanggilnya, bukan... bukan anggota keluarga busuknya, perempuan itu sama seperti Sasuke, tidur di ranjang pasien, dia oranglain tentu saja, keluarganya tak ada satu pun yang memiliki rambut berwarna merah muda.

"Pakai nanya lagi, kau bisa lihat sendiri kan?" masa bodoh dengan tata krama, atau kalimat sopan pada orang asing, dia sedang kesal sekali dan kebetulan ada wanita itu disini, pakai nanya pake kalimat basa-basi lagi.

"Ah, maaf aku memang tak bisa melihat," sorot matanya kosong, dia juga tak menatap mata Sasuke seperti layaknya seseorang jika sedang berbicara dengan orang lain, tatapan itu terlihat lebih normal dibanding dengan tatapan perempuan-perempuan yang sering ia temui dimana pun, tatapan yang membuat Sasuke jengah, karena keluarganya terus berbicara bahwa Sasuke hanya diberi ketampanan saja tanpa bakat yang mumpuni.

"Tapi aku bisa panggilkan dokter, sebentar ya," Sasuke merasa  bersalah di detik berikutnya, saat dia melihat gadis itu menggapai-gapai meja yang berada disisi tempat tidurnya, dan dia tersenyum saat bunyi "teet" menggema, tapi dengan cepat pula Sasuke merasa tak peduli, dia sudah benar-benar kehilangan minat untuk hidup, bahkan tak ada sedikit pun keinginan dia untuk meminta maaf.

[SasuSaku 'One shot/series' ]Where stories live. Discover now