1. surrender

1.1K 134 11
                                    

tw// ⚠️ toxic relationship, pembahasan vulgar ⚠️

***

Dulu aku berpikir, hanya dengan cinta dan kehadirannya yang terus berada disampingku sepanjang waktu adalah definisi kehidupan terbaik, tapi sekarang kurasa pikiranku itu keliru. Sejujurnya aku masih tetap mencintainya bahkan aku yakin rasa ini akan bertahan selamanya, tapi..... kenapa? rasanya sangat sakit.

*****

Dua orang yang dulunya saling merengkuh dengan sangat erat, berjanji untuk saling menjaga satu sama lain, bertukar pesan dengan intens, tertawa bersama, berbagi pengalaman hidup, menceritakan hari-hari yang menyenangkan, tak ragu untuk membongkar rahasia, memiliki harapan untuk bersama sampai mati, tak pernah memikirkan bahwa masa-masa sulit dan berat akan menghinggapi keduanya, tak pernah berpikir bahwa cinta saja tidaklah cukup.

"Maaf, aku ada kerjaan mendadak, flashdisk-ku tertinggal," bau bekas orang bercinta, ada perempuan lain yang menempati kasurku, mereka berdua bernapas terengah-engah, tapi ini sudah bukan hal tabu, kejadian seperti ini sering kutemui, aku sudah terbiasa, hanya saja baru kali ini aku melihatnya secara langsung, bodohnya.... aku tadi tak membuka pesan dari Sasuke, lelaki itu mungkin memberitahu tentang ini.

"Kalian bisa melanjutkannya, maaf sekali lagi sudah mengganggu," meski ini sudah sering terjadi ternyata saat melihatnya secara langsung hatiku masih terasa agak sakit, sialan, jika seperti ini terus aku dan dia tak akan pernah bertemu dengan ujung, kita akan terus tersesat berdua lalu saling menyakiti, kalau begini terus kami tak akan pernah benar-benar berpisah.

"Melamun? Kau tidak sedang memikirkan apa yang barusan kau lihat kan?" Sasuke keluar dari kamar itu hanya memakai celana boxer, miliknya masih tegang, keringat tampak bercucuran di keningnya  membasahi poninya yang tampak sudah memanjang.

"Jangan berpikir kau segalanya untukku, pekerjaan jauh lebih penting, dan aku sedang memikirkan hari esok karena aku melakukan kesalahan," Sasuke berjalan melewatiku, membuka kulkas dan mengeluarkan air putih di botol, meneguknya dengan serakah seolah belum minum satu minggu.

"Gadis nakal, berani-beraninya berbohong, sudah jelas kan? Kalau aku adalah segalanya untukmu,"

"Sial, kau memaksaku untuk membicarakan hal ini padahal aku tak ingin, bukankah aku juga adalah segalanya untukmu?" lelaki itu tersenyum pongah seperti biasanya, pembicaraan yang sungguh membosankan, aku ingin tertawa tapi terlalu malas saat mengingat kesalahanku dan hari esok yang pasti akan membuat pening.

"Ya, kau segalanya untukku, Sakura." ucap lelaki itu lagi masih dengan wajah yang terlalu pongah, seperti terpaksa mengatakan kalimat yang barusan.

"Wajah perempuan itu saat cum sungguh sangat jelek, menyedihkan. seorang Sasuke hanya mampu memungut gadis seperti itu ke kamarku," aku tak lagi ingin membahas tentang 'segalanya' karena buktinya kami berdua ada di sini sekarang, di tempat yang tak layak untuk sepasang kekasih dengan label 'kamu segalanya untukku,' hei, jangan bercanda.

"Cemburu?"

"Cemburu pada perempuan yang berwajah payah saat bercinta? Bukankah itu seperti hinaan untukku? Sudah pergi sana, aku akan membenarkan kerjaanku,"

"As you wish, jangan lupa makan, manis." suaranya yang datar dan tampak biasa-biasa saja itu malah membuat hatiku terluka, tak pernah kusangka bahwa aku akan kembali pada fase ini lagi, yang benar saja? Hanya gara-gara melihat Sasuke bercinta, hanya karena itu saja, tembok yang sudah susah payah kubangun, hancur begitu saja.

"Ayo fokus pada pekerjaanmu, Sakura." aku menarik napas, dengan gerakan perlahan menancapkan flashdisk pada laptopku, memperhatikan beberapa pekerjaanku, tapi bayangan itu kembali lagi, kejadian yang belum lama kulihat itu memenuhi isi kepalaku sampai aku tak fokus, hei jangan begini, Sasuke dan aku, sudah selesai sejak lama.

Dua tahun yang lalu, kita benar-benar menginginkan hubungan itu berakhir, hubungan yang hanya melibatkan Sasuke dan aku, hubungan normal dengan dua orang yang saling menyayangi. saat itu kita berdua sudah terlalu lelah karena rasa cemburu, marah, menangis, memaki, berteriak, menyakiti diri sendiri, membawa kami pada kondisi psikis yang sangat menyiksa, tapi kami tak bisa benar-benar berpisah, hubungan kami yang sudah cukup lama.... delapan tahun, membuat kami saling bergantung, sulit untuk terbiasa tanpa kehadiran satu sama lain. awalnya kami pun mencoba untuk menjauh, tapi pada akhirnya inilah jalan yang kami pilih.

Hidup bersama, tinggal diatap yang sama.

Tanpa status, tapi sesekali melakukan hubungan badan, bahkan bisa intens jika kami ingin, ini seperti kami yang saling memanfaatkan, tanpa cinta lagi seperti dulu, hanya dua tubuh telanjang yang butuh dipuaskan, seperti binatang. lalu esoknya kami akan melakukan aktifitas masing-masing seperti biasanya, tak boleh ada yang ikut campur pada privasi masing-masing, tak boleh mengganggu. karena ini sudah bukanlah kami yang naif tentang hidup, bukan dua orang yang bermimpi untuk jalan berdua di altar.

"Jangan terjebak lagi, pikirkan jalan keluar, bukan malah berjalan mundur dan kembali pada masa-masa sialan itu lagi, bodoh." oke, ternyata mengingat masa kelam itu cukup membuat aku kembali tersadar, bahwa aku dan Sasuke......

Tak memiliki masa depan.

****

[SasuSaku 'One shot/series' ]Where stories live. Discover now