Beauty Psycho 42 : Arti Pesan SMS

Start from the beginning
                                    

Sean bingung dengan ekspresi wanita itu yang masih tersenyum. Ia benar-benar seperti mengetahui apa yang Sean lakukan setelah ini.

Wanita itu lalu membalikkan badan tanpa sepatah kata lagi, meninggalkan Sean yang tubuhnya masih gemetaran.

Namun, melihat bentuk tubuh wanita itu dari belakang, entah mengapa membuat Sean semakin gemetaran. Ia tiba-tiba saja melihat sebuah kilasan tentang masa kecilnya.

Masa kecilnya saat Sean kecil mengintip bagaimana orangtuanya bunuh oleh dua orang berbeda jenis kelamin.

Entah mengapa, Sean merasa bahwa punggung itu tidaklah asing baginya.

***

"Kasihan banget Ana." Nia menghela nafas sambil menatap sebuah foto yang dikirim Don lewat pesan. Sebuah foto yang menunjukkan kalau rumah sederhana nan nyaman itu sudah sisa separuh karena dilalap api.

Sebelum jam pelajaran masuk, Elisha mengirim Don untuk menjemput dan mengantar Ana ke rumah sakit tempat mamanya dirawat.

Jadi, saat ini, setelah pulang sekolah, Elisha dan tim Psyche lainnya kecuali Ana yang masih dirundung kemalangan memilih untuk ke sebuah kafe yang kebetulan dekat dengan SMA Alger.

"Gimana kalau kita kumpulin uang, terus kasih ke Ana?" usul Yazen sedikit malas, matanya memerah karena sedari tadi menguap. Huh, pemuda itu selalu saja terlihat malas tetapi tidak seburuk dulu.

Elisha menggeleng, ia yakin kalau Ana tidak akan menyukai usulan seperti itu. Bagaimanapun, Elisha tahu kalau Ana tipe gadis pemalu yang tidak ingin merepotkan orang lain.

"Biar gue aja, Ana lebih dekat dengan gue soal uang," katanya membuat semuanya mengangguk.

Nia dan Yazen tampak meributkan sesuatu. Sedangkan Netta yang melihatnya langsung mendekati Elisha dan membisiki sesuatu. "Kita tunggu Sean dulu baru bilang ke mereka," interupsinya yang diiyakan Elisha dalam hati.

Memang benar Sean belum kunjung datang setelah menunggu hampir setengah jam. Ini sangat penting, tetapi sang empu malah belum datang.

Elisha menghela nafas, lalu mencuri pandang kepada Netta yang juga gelisah. Gadis itu pasti sudah tidak sabar untuk menceritakan apa yang ia ketahui.

"Maaf lama." Suara serak pemuda membuat mereka menoleh kecuali Elisha yang pada dasarnya sedang menikmati teh hijaunya.

Netta menghela nafas lalu menatap Sean. "Pertama-tama, gue mau lo keluarin handphone lo," pintanya saat Sean duduk di kursinya.

Sean sendiri, masih bergelut dengan pemikirannya. Diwajahnya terlihat butiran-butiran keringat dengan bibir yang memucat.

Elisha yang melihat itu mengernyitkan dahinya sedikit heran dengan keadaan Sean yang terlampau aneh.

"Lo nggak apa-apa?" Sean tersentak kaget saat suara lembut Elisha memecahkan lamunannya. Ia hanya bisa memejamkan matanya, pusing tiba-tiba mendera kepalanya.

"Sean?" panggil Nia yang ada disebelah Sean. Netta berdecak kesal. "Handphone lo, tai!" serunya kesal karena sedari tadi Sean diam saja seperti patung.

Elisha menggelengkan kepalanya sekali lalu berdiri dan mencondongkan tubuhnya kearah Sean yang berada dihadapannya. Gadis itu lalu menjentikkan jarinya.

"Ah, raga lo ada disini bersama kami, sedangkan pikiran lo melayang kemana-mana?" tanya Elisha tersenyum manis menutupi rasa kekesalan.

Sean yang sudah kembali sadar terlihat salah tingkah. Pemuda itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Sorry."

Beauty Psycho (END)Where stories live. Discover now