Beauty Psycho 67 : Tamparan

1.1K 221 23
                                    

Seperti yang Elisha harapkan sebelumnya, Mario membayar banyak reporter di malam itu juga membuat nama Elisha menjadi headline news berita pagi hari.

Dengan mengenakan seragam sekolah lengkap, Elisha menatap Don yang tengah menatap khawatir di sampingnya. Elisha tahu betul apa yang  dipikirkan oleh lelaki itu.

"Nona, ini tidak benar."

Elisha melirik Don dengan malas lalu mengalihkan pandangan ke jendela mobil. "Apa yang nggak benar? Gue masih memiliki darah William kalau lo ingat."

Aneh saja, Don seharusnya tahu bahwa ia sudah tidak memiliki hak untuk menasihati diri Elisha.

"Itu benar, tapi ..." Don terdiam, merasa tidak enak berbicara terlalu banyak setelah kebusukannya terbongkar. Tapi, bagaimanapun ia masih mengkhawatirkan adik perempuannya ini.

Nathan dan Edison bisa murka mendengar ini.

Don menghela nafas berat. "Saya hanya ingin mengingatkan kalau Anda jangan gegabah dan lengah,..." Don terdiam lalu menyambung kalimatnya dengan pelan, "...Elisha."

Mendengar namanya disebut oleh Don, Elisha terkekeh sinis. Ia lalu menatap Don yang tubuhnya kaku karena keheningan yang mencekam ini.

"Wow. Dulu gue sering banget nyuruh lo buat manggil nama gue tanpa embel-embel status." Dengan wajah pura-pura kaget, Elisha menepuk-nepuk bahu kokoh Don yang tampak menegang.

Lalu, dengan wajah sok prihatin, Elisha menyenderkan kepalanya menyelinap ke jas berwarna biru milik Don, menikmati aroma parfum lelaki itu.

Ia menengadah lalu berbisik, "Tapi sayangnya, lo udah nggak memiliki kesempatan itu."

Gadis itu lalu bangkit dan duduk dengan benar. Ia memakai kacamata hitam dan mengambil satu buah Apel matang dengan senyuman manis.

Gadis itu lalu keluar mobil dan menatap Don masih dengan senyuman manis. "Juga, lo berani juga masih berada di rumah gue padahal gue udah jelas-jelas nggak peduli sama lo. Don, seperti biasa, lo emang nggak terduga."

Senyum tipis Don yang sudah luntur sejak Elisha berbicara itu berubah menjadi senyuman kecut. Lelaki itu menahan rasa sesak di dadanya.

Ah... sekarang dirinya benar-benar kembali dibuang.

Seolah tidak cukup menyiksa Don, Elisha kembali mengeluarkan kalimat yang mampu membuat Don menahan air matanya sesak.

"Lo benar, seharusnya gue nggak gegabah dengan membawa lo masuk ke kehidupan gue dan lengah hingga lo mengkhianati gue. Don, tinggallah di rumah sampai misi lo benar-benar selesai. Gue tahu betul, lo masih perlu mengorek informasi tentang gue, 'kan?"

Mengapa Elisha berbicara setenang itu hingga Don merasa bahwa dirinya adalah seseorang yang tidak berarti? Ia jadi semakin bimbang untuk memilih melanjutkan apa yang sudah terjadi atau berbalik dan menjaga Elisha.

Elisha membalikkan badan, menahan kesedihan yang mendalam mengingat ia berkata seperti itu kepada Don yang merupakan kakaknya.

"Elisha!" Tubuh Elisha membeku saat suara Don menghentikan langkahnya. Ia terdiam lalu berdehem, masih membelakangi Don yang baru saja keluar dari mobil.

"Surat pengunduran diri, akan aku serahkan di meja kerjamu." Don menatap punggung Elisha dengan senyuman tipis. Ia berharap, gadis itu membalikkan badannya untuk menatap kakaknya yang hina ini.

"Oke, saya harap semuanya selesai di sini. Senang bekerja sama dengan Anda Tuan Don."

Sayangnya tidak, Elisha bahkan tidak membalikkan badannya untuk sedetikpun, menghancurkan semua harapan Don yang tersisa. Harapan untuk mendapatkan sedikit saja perhatikan gadis itu.

Beauty Psycho (END)Where stories live. Discover now