Beauty Psycho 28 : Saling Menatap Tajam

1.6K 304 45
                                    

Yazen benar-benar tidak tau apa yang dirinya rasakan. Yang pasti ... ia tersenyum manis mengingat kekhawatiran Elisha tadi.

Bahkan, ia yang biasanya berpikir pendek itu perlahan mengerti dengan keadaan. Apa yang dikatakan Elisha benar. Tidak ada salahnya untuk berubah, bukan?

Semuanya memang tabu. Tapi percayalah, baru pertama kali ini ada seseorang yang memberinya motivasi seperti Elisha.

Padahal, apa yang dikatakan Elisha tidak banyak dan begitu sederhana. Maknanya yang begitu dalam. Perkataan sekecil apapun pasti langsung masuk kedalam hati.

Setidaknya ... beban dan kekhawatirannya sedikit menghilang. Ia merasakan terhibur untuk kedua kalinya setelah memainkan piano.

Jujur, ia masih takut untuk memulai apa yang dikatakan oleh Elisha. Sederhana memang, tetapi terap mampu membuat tubuhnya gemetaran.

Ia pesimis untuk hal itu. Akankah semua ini berjalan dengan baik? Tapi, jika mengingat kalau Elisha sudah mengulurkan tangan, Yazen rasa ... Elisha tidak akan meninggalkannya.

Pemuda itu tanpa sadar kembali tersenyum. Senyuman tulus yang tidak pernah ia sunggingan selama bertahun-tahun.

Hanya hari ini, ia bisa merasakan sedikit oksigen untuk menghirup udara dengan tenang.

Suara sepatu yang beradu dengan lantai membuat Yazen menoleh kearah pintu. Ia terkejut melihat seorang pemuda sedang menatapnya datar.

"S-Sean?" Sebenarnya, Yazen sudah melihat Sean sejak berpuluh-puluh menit yang lalu. Anehnya, ia merasa kalau kehadiran Sean tidak tepat. Apalagi dirinya sedang bersama Elisha tadinya.

Senyum Yazen tergantikan dengan raut wajah datar. Sedangkan Sean mengepalkan tangannya, beberapa menit yang lalu, ia bersembunyi saat melihat Elisha pergi dari kediaman ini.

Melihat senyum Yazen membuatnya kesal. Ia jadi merasa kalau kesenangan Yazen ada sangkut pautnya dengan Elisha.

Lihat betapa anehnya senyuman itu. Seperti anak gadis yang sedang kasmaran saja.

Sean berhenti tepat didepan Yazen yang masih terdiam dengan posisi terkejut, "Ngapain disini?" tanyanya, membuat Yazen yang tidak menyukai Sean terkekeh sinis.

"Ngapain? Ini rumah gue, bego!" umpatnya sambil menunjuk dirinya sendiri.

Sean terkekeh jengah, "Elisha ngapain di rumah lo?" Sean berusaha menutupi kesinisannya. Namun ia tidak bisa, entah mengapa, melihat wajah Yazen membuatnya muak.

Giliran Yazen yang terkekeh sinis, ia merasa kalau penyusup dihadapannya ini sangat aneh. Berusaha mengetahui apa yang dilakukan orang lain. "Apa peduli lo?"

Rasanya aneh, mengingat Sean bukan siapa-siapa tetapi menatapnya sinis seperti ini. Sean seperti sedang memergoki istrinya sedang berselingkuh.

Itu aneh, dan tidak logis mengingat kalau Sean bukanlah pemuda yang gampang berbasa-basi. Yazen jadi berpikir, untuk apa Sean mendatangi rumahnya dan menanyakan ini?

Hell, ini sungguh menjengkelkan.

Sean menatap Yazen tajam, seakan ingin memangsa pemuda itu sekarang juga, "Boleh juga lo cari perhatiannya, ngalus." sindir pemuda itu.

Teknik Yazen begitu mulus, berpura-pura menjadi cowok lemah agar mendapat perhatian Elisha. Sean tidak mengerti kemana hilangnya Elisha yang bersikap kasar dan angkuh?

Sean tidak yakin gadis itu masih memperhatikan sekitar. Yang Sean tau, Elisha bukankah tipikal gadis yang menolong orang begitu saja.

Yazen juga awalnya berpikir seperti itu. Mustahil gadis seperti Elisha bersimpati dan membantu pemuda lemah seperti dirinya.

Beauty Psycho (END)Where stories live. Discover now