Beauty Psycho 72 : Pertemuan

1.1K 254 27
                                    

Saya baru sadar kalau saya memberi nama yang sama kepada guru pendidikan jasmani dan kepala sekolah:(

Namanya sama:( saya nggak sadar dari awal.

***

Elisha menyeringai, menatap tangan Vidya yang gemetaran. Wanita itu menodongkan senjata itu dengan amatir dan kaku membuat Elisha yang melihat itu menahan tawa.

"Eh, anjir! Kenapa jadi kayak gini!? Berhenti woi berhenti!" Erick panik, bisa-bisa terjadi pertumpahan darah antar saudara jika ini dibiarkan.

Tidak lucu jika salah satu dari mereka meregang nyawa ditangan saudari.

Erick mencoba menarik Elisha yang masih bergeming ditempat, seolah menunggu aksi Vidya selanjutnya. Sedangkan Vidya masih berdiri kaku dengan keringat yang mulai membasahi punggungnya.

Memang benar ia ingin sekali membunuh Elisha. Tapi, tidak dengan cara seperti ini. Ia ingin melihat wajah Elisha yang tersiksa sebelum dijemput malaikat maut, tidak seperti sekarang.

Ekspresi wajah Elisha terlihat begitu memuakkan bagi Vidya. Elisha seolah berkata ; 'Emang nyali lo segede apa sampai bisa bunuh gue?'

Vidya mencengkram erat pistol itu. Ingin sekali ia menarik pelatuk dan membuat lubang di kepala gadis dihadapannya. Hanya saja, ia harus memikirkan konsekuensi atas apa yang ia lakukan.

Sialan!

Mata Vidya berkaca-kaca karena kesal. Ia murka dengan tingkah main-main Elisha yang menurutnya sok berani. Keluarga Alexander memang tidak ada yang waras! Termasuk Elisha!

Dengan wajah meremehkan, Elisha berjalan maju dengan santai. "Nggak bisa? Sudah gue duga, cewek lemah kayak lo—"

"Elisha!" gertak Vidya sambil membanting pistol itu kesembarang tempat. Ia merasa batas kesabarannya sudah diubun-ubun. Elisha benar-benar menguji kesabarannya.

Elisha pura-pura terkejut. "Wah, gue salah? Emang bener, 'kan? Nembak gue aja lo nggak bisa." Elisha terkekeh meremehkan Vidya yang wajahnya sudah memerah.

Tangan Erick dan Don sama-sama gemetaran. Mereka tidak tahan dengan situasi pertemuan saudara seperti ini. Apalagi melihat tatapan Vidya yang menyorot Elisha dengan kebencian.

"Vid." Don memegang pundak kakaknya itu seolah memberi isyarat agar Vidya tidak terbawa emosi.

Karena semakin Vidya tersulut emosi, semakin bersorak Elisha dalam hati.

Don dirundung dilema antara memilih kakak perempuannya yang juga ingin balas dendam sepertinya atau adik perempuannya yang ia jaga bertahun-tahun terakhir ini.

Saat Elisha mengepalkan tangannya, ia bisa merasakan tangannya itu begitu dingin berbanding terbalik dengan wajahnya yang santai.

Elisha benar-benar berada di situasi yang menyesakkan. Yaitu menyerang saudara-saudarinya sendiri. Coba lihat, hubungan kakak adik yang begitu harmonis, bukan? Elisha ingin tertawa rasanya.

"Lo tau? Kesalahan lo cuma ada satu, yaitu lo menyia-nyiakan kesempatan, Bu Vidya terhormat." Elisha mengulum senyum sembari mendekati Vidya yang masih terdiam.

"Padahal kesempatan buat bunuh gue itu besar, lho. Kenapa coba lo sia-siakan? Bodoh!" cibir Elisha semakin membuat Vidya tidak tahan. Wanita itu menggeram marah.

Elisha menatap kemeja putih yang Vidya kenakan lalu membuka dua kancing diatasnya membuat Vidya menjengit kaget.

"Nah, gini. Nggak kayak biasanya yang cupu. Ups!" Elisha menahan gelak tawanya.

Erick dirundung kepanikan. Bingung bagaimana cara mereka berbicara dengan kepala dingin. Erick yakin, jika kesalahpahaman itu selesai, semua akan baik-baik saja.

Beauty Psycho (END)Where stories live. Discover now