Beauty Psycho 66 : Mario William

1.1K 225 10
                                    

Edison menatap sekretarisnya dengan tatapan mengintimidasi. Ia mendengus dingin dan menginterupsi sekretaris-nya itu agar melanjutkan kalimatnya yang sebelumnya tertunda.

Sekretaris lelaki itu melanjutkan perkataannya dengan sedikit gugup. "Pukul 7 pagi ini Nyonya Erika bertemu dengan Tuan Pradipta di sebuah restoran cepat saji."

Sekretaris itu lalu menceritakan lebih detail dan memberikan bukti yang jelas berupa rekaman kamera pengawas dan foto yang diambil anak buah Edison yang lainnya.

Edison sekali lagi mendengus, ia lalu menyuruh lelaki dihadapannya untuk keluar. Edison mengusap wajahnya dengan gusar. Lelaki itu lalu mengambil ponsel dan mencari kontak Erika.

"Halo, tumben menelpon ku."

"Kau di mana tadi pagi?" tanyanya dingin dengan suara berat.

"Hah? Apa maksudmu?"

"Pukul 7-8 pagi. Jelaskan ini Erika!" Edison menggeram marah. Mengapa Erika tidak bisa mengerti bahwa ia tidak menyukai anggota keluarga Pradipta.

"Ah, itu ... aku menemui Martin."

Jawaban Erika sanggup membuat dada Edison memanas. Walaupun ia tidak mencintai wanita itu, Erika tetaplah seseorang yang menemaninya sedari kecil.

Melihat bagaimana lancangnya teman kecilnya ini dengan berkomunikasi dengan orang ia benci, Edison tidak bisa menahan gejolak kesalnya.

"Maaf, Tuan. Seseorang sedang mencari Anda. Katanya ini sangat penting dan beliau tidak bisa diusir." Sekretaris culun Edison tiba-tiba masuk sambil menunduk membuat Edison berdecak.

"Siapa seseorang yang lancang itu!?" Suasana hati Edison sedang tidak baik, ditambah dengan orang asing tidak diundang tiba-tiba ingin menemuinya.

Dengan malas, Edison bertanya, "Siapa orang itu?"

"Itu saya!" Dibelakang sekretaris berumur 29 tahun itu, tiba-tiba menyelinap seorang seorang lelaki muda yang tersenyum manis membuat mata Edison terbelalak.

"Kau!?" tunjuknya kepada lelaki itu. Kejutan apa lagi ini. Sungguh, Edison jadi sakit kepala karena ini.

"Untuk apa Tuan Pradipta berada di sini?" tanya Edison sinis.



***

Sean memejamkan mata, tanpa ia sadari tangannya mengepal dengan rahang yang mengeras ketat. Pemuda itu lalu menatap Elisha yang masih bersimpuh dengan tatapan tidak terima.

Ia lalu berjalan mendekati Elisha dan menariknya untuk berdiri membuat gadis itu menoleh. "Ayo kita pulang." Suara Sean terdengar berat dan dingin membuat Elisha merasa bahwa pemuda itu marah.

Jika Sean tahu bahwa hal ini terjadi, dia tidak akan menyetujui permintaan Elisha untuk datang ke kediaman ini. Bagaimana bisa, antar keluarga bicaranya seperti ini?

Apa tadi? Jadi anjing? Elisha sudah gila!? Gadis itu terlalu berani dengan wajah kalemnya itu. Sean lalu kembali menarik tangan Elisha.

Elisha menatap Sean kesal lalu ia berkata, "Apa sih?" Nada rendah yang sarat akan rasa kekesalan gadis ini.

Sean berdecih lalu mencengkram erat pergelangan tangan Elisha dan menariknya keluar dari ruangan meninggalkan Mario yang masih membeku ditempat.

Elisha meringis, cengkraman tangan Sean menyakiti pergelangan tangannya yang kurus. Ia lalu menghentakkan tangan Sean beberapa kali hingga terlepas.

"Ck!"

Sean berdecak dengan wajah yang kentara sekali menahan amarah. Ia tidak suka harus membuat Elisha merendahkan diri hanya untuk mencapai tujuan mereka berdua.

Beauty Psycho (END)Onde histórias criam vida. Descubra agora