Beauty Psycho 25 : Permasalahan Yazen

1.5K 303 2
                                    

"Camera ... roll ... action!" seru Netta sambil menatap naskah yang ada ditangannya. Saat ini mereka sedang melakukan syuting untuk video ilustrasi yang akan mereka tampilkan.

Dengan Nia dan Netta yang akan menjadi main character dicerita masing-masing dan menyewa figuran dari kelas seni peran untuk membuat film pendek mereka menjadi lebih hidup.

Topik hari ini tepat sekali tentang Nia. Tentang gadis yang dibully serta mendapatkan perlakuan body shaming. Sekedar informasi, naskah ini ditulis oleh Elisha dan Nia, namun disempurnakan oleh Netta sesuai EYD dan KBBI.

Tanpa disadari yang lain, Nia menulis kisah hidupnya sendiri sebagai dokumentasi. Elisha dapat melihat bahwa gadis itu terlihat kembali aktif.

Tubuhnya juga mulai kembali berisi. Nia itu padahal cantik sekali, sih. Tinggi dan berat badan yang ideal. Hanya saja, ada saja orang tidak bertanggungjawab yang membuatnya down akan berat badannya sendiri.

"CUT!"

"Udah take yang ke berapa?" Suara serak dan berat seseorang membuat Elisha menoleh. Lalu menatap seorang pemuda yang duduk disampingnya sambil meminum air mineral.

Elisha mengerdikan bahu lalu memusatkan atensi kepada dua orang gadis yang tampak berseteru. Ya ... siapa lagi kalau bukan Netta dan Nia.

"23, maybe? Entahlah, gue nggak terlalu memperhatikan," jawabnya.

Sean, pemuda itu kembali bertanya, "Breakdown aman?" tanyanya mencoba membuat topik.

Elisha yang mendengar itu menoleh dengan kesal, "Lo meragukan kemampuan gue?" tanyanya sinis.

Sean terkesiap, jarang sekali wajah gadis ini menunjukkan ekspresi kesal seperti ini. Njir, kemana hilangnya Elisha yang kalem?

"Biaya masing-masing produksi dari masing-masing departemen udah gue rinci dengan detail," tutur gadis itu.

Sean yang mendengarnya hampir saja terkekeh, "Lo ngomong kayak udah berpengalaman aja."

Elisha menarik sudut pandang, tersenyum miring, "Yang pertama pakai istilah siapa?" tanyanya, menyindir pemuda itu.

Sean menatap Elisha dengan tatapan tidak percaya. Ia sungguh tidak bisa berkata-kata lagi. "Hm, gue salah kata, harusnya produksi keseluruhan. Bukan masing-masing." gumam pemuda itu pelan.

"Mereka pakai backlight?" tanya Sean lagi. Elisha terdiam sejenak sebelum menunjuk keatah orang yang sedang melaksanakan tugas masing-masing.

"Lo nggak lihat?" sindirnya, lagi.

Sebenarnya, Sean mendatangi Elisha karena ingin mempertanyakan sesuatu yang penting. Tapi, melihat keadaan yang tidak memungkinkan, lagi-lagi harus ia urungkan kembali.

Disisi lain, Ana memijit pelan pelipisnya sembari menghela nafas. Ditatapnya Netta dan Nia, "Yazen kemana, ya? Jam segini kok belum datang," keluhnya.

Sudah tiga jam sejak jam janjian, tetapi pemuda itu belum juga datang. Jikapun tidak datang, seharusnya pemuda itu memberikan kabar, bukan?

Membuat yang lain repot saja.

Suasana hati Netta sedang tidak baik, itu sebabnya, setelah mendengar penuturan Ana, gadis itu mengambil teh es diatas meja dengan kasar, "Dih, biarin aja, lah. Entar urusan absensi, biar Nia yanh urus. Gampang, kan?"

Nia menghela nafas gusar, ia mengambil handphonenya sebelum mencari kontak seseorang.

To : Yazen Saputra

Lo kok belum datang, Yaz? Udah jam berapa nih! Buruan datang!

Melihat bahwa pesan yang ia kirim tidak dibaca oleh Yazen, Nia semakin gusar saja. Apalagi saat ia mengingat kalau Yazen pernah mengatakan kalau ia ingin kekuar.

Beauty Psycho (END)Where stories live. Discover now