Beauty Psycho 95 : Identitas Asli

1.2K 256 37
                                    

Maruo dan Hans menatap interaksi Elisha dan ibunya dengan tatapan sendu. Pandangan keduanya lalu mengikuti Elisha yang berjalan cepat menuju ruang kerja Rean.

"Sudah saatnya seperti ini," gumam Hans, menatap punggung cucunya yang perlahan menjauh dari pandangannya.

Millie berjalan mendekati adik dan ayahnya dengan langkah anggun, tetapi matanya tak lepas dari Edison yang sedang berteriak kesakitan bercampur marah dengan keadaan yang rusak lantaran Millie.

Disampingnya, Erika setia memeluk suaminya sambil melakukan pertolongan pertama. Tidak, Edison tidak akan mati kok. Millie hanya membuatnya terluka sedikit.

"Lama tidak bertemu, Edison." Millie berhenti melangkah mendekati keluarganya, wanita itu berbelok dan menatap sinis Erika dan Edison bergantian.

Edison menggeram marah sambil memegang bahunya yang sakit. Millie, mantan tunangannya tiba-tiba muncul dan membuat kekacauan sebesar ini.

Tatapan Millie lalu terpusatkan kepada Erika yang menatapnya penuh kebencian. "Ah, ya, lama tidak bertemu, mbak pelakor."

Tangan Erika terkepal erat, tetapi ia tetap diam disamping suaminya yang menahan diri untuk tidak memukul wanita dihadapannya.

Mengerti itu, Erika memaksakan senyumnya. "Ah, Millie? Sekarang kau sudah kembali ke jalan yang benar setelah menggoda calon ayah mertuamu sendiri?"

Sudut bibir Millie berkedut menahan tawa. Wanita itu mengerdikan bahu dengan wajah mengejek, "Kurasa begitu, tetapi, bukankah kau seharusnya memanggilku 'ibu'?"

Erika terang-terangan mengatakan bahwa Millie dan dan dirinya tak ada bedanya karena sama-sama merebut laki-laki milik orang lain. Hanya saja, Millie tidak terganggu, ia malah lebih tertarik untuk memojokkan sepasang suami istri ini.

"Ibu?" Erika tertawa lalu berdecih secara bersamaan. "Sungguh, kau masih menganggap dirimu adalah ibu?"

"Apa bedanya aku denganmu?" Erika langsung bungkam saat mendengar balasan dari Millie. Sebagai seorang ibu, Erika tak pantas mengatakan itu karena dirinya juga termasuk gagal dalam merawat anak.

Erika berniat mencela Millie tetapi ia malah mencela dirinya sendiri. Gigi kecil Erika bergemelatuk kesal.

Sial! Dia benar-benar duplikat dari Elena.

Edison yang merasa ikut panas dalam pembicaraan beranjak berdiri dan berlalu meninggalkan Erika dan Millie yang bersitatap.

"Dulu, aku selalu berharap bisa menghancurkan selingkuhan tunanganku. Sekarang, anakku lah yang melanjutkan jalan ibunya yang belum usai, Erika. Camkan itu, dalam permainan ini, ikatan darah tak akan menghalangi Elena."

Dalam sekejab, pandangan Erika memburam karena cairan bening hangat yang mengingatkannya akan masa lalu. Wanita itu terdiam, mencoba meredam isakan penuh kekesalan.

"Aku yang membesarkannya, Millie. Elena pasti lebih memilih diriku ketimbang ibu yang pergi meninggalkannya," ujar Erika tersenyum sinis.

Millie berdecih. "Kau tidak pernah membesarkannya karena kau menganggapnya hanya pengganggu, Erika. Dan aku? Aku tidak pernah meninggalkan Elena, kalian ... yang membuat Elena membenciku!"

Disisi lain, Elisha terdiam selama beberapa detik setelah berhasil membuka brankas terakhir ini. Tangan Elisha tiba-tiba gemetar, entah mengapa, dirinya merasa akan kembali mendapatkan kejutan tidak terduga.

"Kita berhasil, Sean?" tanya Elisha lirih. Gadis itu tak bisa menyembunyikan senyum kemenangan yang terbit dari bibir manisnya.

Ada banyak kertas HVS yang menarik perhatian Elisha. Sean mengamati ekspresi senang Elisha yang begitu kentara. Pemuda itu ikut berjongkok dan membiarkan Elisha melakukan hal yang ia mau.

Beauty Psycho (END)Where stories live. Discover now