Beauty Psycho 94 : Awal Kelahiran Elena

1.1K 261 46
                                    

Mario menatap layar monitor dihadapan dengan wajah muram. Lelaki itu beberapa kali menghela nafas dan melirik saudari juga ayahnya dengan pandangan tidak terartikan.

"Aku merasa bersalah dengan segala kebohongan ini," ucap Millie dengan nada lemah membuat Hans menghela nafas.

"Lupakan itu, Millie. Biarlah segalanya berjalan seperti semestinya. Semua akan baik-baik saja," hibur Hans kepada sang putri.

"Aku benar-benar tidak mengerti sebenarnya apa yang ada dipikiran Elena. Gadis itu ... selalu membuatku menanyakan, apakah dia adalah keponakanku," sahut Mario masih menatap layar monitor yang menunjukkan aktivitas Elisha.

Millie mendengus kesal. "Kau menyindirku, Mar? Karena anakku lebih pintar dariku?" katanya kesal.

Hans dan Mario tertawa mendengar nada penuh kejengkelan itu. Mario mengangguk-anggukkan kepalanya. "Huhh, tak perlu merasa bersalah atas masa lalu. Jika kau tidak tertimpa masalah pada saat itu, Elena tak akan mungkin lahir."

Hans mengangguk mengiyakan. "Semuanya hanya kecelakaan. Kau dan Nathan Alexander ..., semuanya hanya insiden kecelakaan."

Millie tersenyum getir. Jika saja insiden itu tidak terjadi, mungkin ia tidak akan memiliki anak dari orang yang bahkan tidak pernah ia pikirkan sebelumnya.

"Itu benar, walaupun insiden kecelakaan itu adalah hasil dari kebodohabku sendiri," jawab Millie mengangguk lemah.

"Tapi, Elena tidak kuanggap sebagai hasil dari kebodohabku. Dia ... putriku, ayah. Bagaimanapun, terlepas dari semua yang terjadi, dia anakku."

Millie pada awalnya hanya wanita biasa yang sering sekali berbelanja. Ia adalah wanita yang kerap kali menghabiskan malam di luar rumah ketimbang di rumahnya yang hangat.

Wanita itu pada awalnya memiliki tunangan. Pada waktu itu, aliansi bisnis seperti itu adalah hal yang lumrah untuk memperkuat keluarga-keluarga berpengaruh.

Dan Millie, putri satu-satunya dari keluarga William tak luput dari hal itu. Ia biasa saja, selama memilih uang untuk berfoya-foya, Millie merasa itu hal yang biasa.

Apalagi, tunangannya kala itu adalah pewaris dari keluarga besar dan berpengaruh. Hidup Millie dan nama keluarga William pasti akan lebih baik dan terpandang.

Setidaknya itulah yang Millie pikirkan. Hingga, ia memergoki tunangannya itu berselingkuh. Millie marah tentu saja. Walaupun ia tidak menyukai sang tunangan, selingkuh disaat mereka bahkan belum menikah itu sangatlah membuatnya marah.

Jika masih bertunangan saja dirinya diselingkuhi, bagaimana nanti saat mereka menikah?

Dan di malam yang sama, saat ia memergoki tunangannya berselingkuh, pesta keluarga di kediaman tunangannya diselenggarakan. Makan malam yang ia idam-idamkan menjadi hambar.

Pertemuan dua keluarga itu tak lagi membuat Millie senang. Apalagi saat tunangannya mengancam dirinya menggunakan keluarganya.

Pengaruh keluarga itu sangat besar hingga rasanya Millie tak dapat berkutik. Untuk pertama kalinya, Millie merasa sangat marah mengingat bahwa tunangannya adalah calon direktur utama dan kepala keluarga selanjutnya.

Pikiran labil Millie membawa wanita itu pada sebuah kejadian yang besar. Ia menjebak ayah dari tunangannya dan membuat sebuah hubungan terlarang hingga sang calon mertua tidak ada pilihan selain memberikan hak ahli waris kepada anak yang Millie kandung.

Ya ... Millie segila itu. Kemarahannya membuatnya dalam bencana. Saat ke 5 bulan kelahirannya, ia baru merasa bahwa apa yang ia lakukan salah.

Apalagi saat melihat nama keluarganya sendiri hancur karenanya. Millie benar-benar tertekan tetapi ia selalu menekankan diri dalam hati bahwa anak yang ia kandung dapat menyelamatkannya.

Beauty Psycho (END)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt