Beauty Psycho 85 : Hotel (2)

1K 211 13
                                    

"Elisha, kita adalah partner kerja sama. Tapi, lo mau nggak jadi partner hidup gue? Gue suka sama lo."

Deg!

Bahu Elisha mengeras dengan tumit yang tiba-tiba bergetar. Matanya menatap kaget Sean yang tersenyum tipis dihadapannya. Elisha meneguk salivanya, kerongkongan mendadak dingin dan kering.

Dihadapannya, seorang pemuda menatapnya penuh harap. Menyuarakan perasaannya dan mengajaknya untuk merajut kasih bersama, tetapi Elisha merasa berat.

Jangan tanyakan betapa dinginnya telapak tangan Elisha saat ini. Ia merasa tatapan semua orang menghunus punggungnya dan dinginnya AC ruangan seolah menampar Elisha.

Elle, dia anak Pradipta!

Emangnya kenapa? Kalau sama-sama suka ya gas!

Lo gila? Kalau semuanya terungkap, Sean bakalan benci lo!

Perdebatan batin semakin membuat Elisha frustasi. Suara-suara aneh tiba-tiba mengitari kepalanya. Bulu mata Elisha bergerak gelisah, bisikan demi bisiskan mulai terdengar nyaring di telinganya.

Elisha menunduk. Mengapa Sean harus berkata seperti itu di depan umum!? Terlebih di acara pesta keluarga Alexander! Kejadian ini tentu saja memojokkan Elisha akan kenyataan yang lagi-lagi menamparnya.

Tanpa sadar, gadis itu menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Ia yang awalnya menatap Sean mulai melirik belakang pemuda itu. Di sana, Edison menyeringai di podium.

Sialan! Kalau gue jawab iya, ayah akan semakin memiliki peluang menghancurkan gue!

Elisha memejamkan matanya sambil menangis dalam hati. Ia harus memilih, dirinya berada dalam pilihan tersulit.

Dendam ... atau cinta?

Yang mana yang harus Elisha pilih?

Sedari dulu, Elisha sudah terlalu lama mengesampingkan dendamnya hanya demi Sean. Tapi sekarang? Elisha dalam keadaan genting dan mustahil ia memilih Sean dalam keadaan ini.

Ia dan Sean akan terluka dalam hubungan seperti itu.

Melihat Elisha yang diam saja, Sean semakin merasa gelisah. Pemuda itu memejamkan matanya sejenak sebelum mengeluarkan sebuah kotak merah yang mustahil tidak orang ketahui isinya.

Detik itu pula, Elisha merasa ia ingin limbung di tempat. Gadis itu menatap sendu sebuah cincin cantik dengan berlian kecil yang menghiasinya. Tangan gadis itu semakin gemetaran.

"Kalau lo mau ngambil cincin ini,  berarti lo mau gue ajak tunangan."

Anjing! Bahkan Sean bukan menawarkan hubungan biasa! Pemuda itu langsung mengajaknya bertunangan. Gadis bodoh mana yang bisa menolak Sean yang menawan!?

Perlahan, Elisha menjulurkan tangannya dan mengambil alih cincin itu secara perlahan. Gadis itu tersenyum tipis lalu ia menatap Sean.

"Bagus banget, gue suka. Tapi alangkah bagus lagi kalau ..." Elisha menghentikan kalimatnya lalu apa yang Elisha lakukan selanjutnya sukses membuat Sean membeku tak percaya.

Elisha menjatuhkan cincin itu ke lantai dan menginjaknya dengan sepatu high heels-nya. Setelah menginjaknya berkali-kali, gadis itu menendang cincin itu hingga hilang dari pandangan Elisha dan Sean.

Bisikan demi bisikan semakin panas dan nyaring. Sean menatap tak percaya Elisha dan ia terdiam kaku.

Elisha menyeringai. "... jadi mainan gue. Gue menolak!"

"Lo-!" Hati Sean mencelos, penolakan Elisha termasuk begitu kasar dan tidak berperasaan. Tangan Sean bergetar dan matanya menatap Elisha dengan sorot terluka.

Beauty Psycho (END)Where stories live. Discover now