Beauty Psycho 74 : Sosok Dibalik Itu

1K 240 21
                                    

Haloo, ketemu lagi setelah beberapa hari, hehe.

_

Di sebuah ruangan yang tampak berantakan, seorang gadis menatap sayu laptop dihadapannya. Kantung mata terlihat dan wajahnya tidak terlihat bersinar menambah kesan menyedihkan.

Rambut panjangnya terurai tidak teratur membuat kesan berantakan melekat padanya. Ia menatap banyak lembaran-lembaran kertas dengan tatapan malas dan lelah.

"Nona? Apakah Anda ingin satu gelas teh?" Suara pelayan wanita dari ambang pintu membuat Elisha mendelik kesal.

"Lo gila? Gue belum tidur 2 hari dan lo nawarin teh? Lo nggak lihat berapa gelas gue minum teh tadi malam?" tanyanya sinis membuat pelayan itu menegang gemetaran.

"Lo mau nama gue terpampang di berita karena mati kembung kebanyakan minum teh, iya?" tanya Elisha sinis, melampiaskan rasa lelahnya kepada sang pelayan yang tidak beruntung.

"Kalau begitu saya akan membuat satu gelas susu hangat," ujar wanita itu diangguki oleh Elisha.

Elisha mendesah lelah, ia sangat mengantuk saat ini. Untuk pertama kalinya ia bekerja sekeras ini karena tidak ada Don lagi yang melakukan pekerjaannya.

Ia tidak mungkin menyuruh yang lain karena mereka adalah pengikut Nathan. Cih! Elisha ingin meminta bantuan Mario tetapi ia terlalu malas untuk meminta bantuan.

Elisha memejamkan matanya diatas meja. "Gue baru tau kalau mencari informasi sendirian itu sulit. Apa kabar Don yang selalu gue suruh siap dalam 30 menit, ya?"

"Ah, bodo amat! Bekerja keras bukanlah jati diri lo Elena. Ayo jiwa kemalasan~ datanglah!" Elisha menguap kecil.

Pintu kamarnya terbuka, tetapi sang empu tidak membuka matanya. Menurunkan sedikit kewaspadaannya karena mengantuk.

"Elle!" panggil seseorang.

Tanpa berpikir pun, Elisha sudah tahu siapa pemilik suara serak basah tetapi terdengar menyebalkan ditelinga Elisha itu adalah Erick.

"Apa sih, Erick? Gue ngantuk!" Elisha mengibaskan tangannya, mengusir lelaki itu tanpa ingin mendengarkan apa-apa dari mulut lelaki itu.

"Hei! Udah masuk semester baru tetapi lo masih tiduran di sini? Elle, kapan lo bergerak?" Erick mendengus kecil sembari menusuk-nusukan telunjuknya ke pipi Elisha.

"Dua malam ini gue udah nyari informasi tentang perang dingin tiga keluarga ini. Gue capek, belum bisa berpikir jernih," jawab Elisha malas. Ia terlalu lelah untuk berpikir.

"Dapat nggak?"

Elisha menggeram marah. "Nanti aja nanyanya, gue lelah."

"Yaiyalah. Cewek malas kayak lo langsung tepar kalau kehilangan satu detik istirahat aja!" Erick menyindir tajam.

Memang apa yang bisa diharapkan dari Putri sultan yang menghabiskan waktu dengan bersantai sambil mengangkat gelas mahal berisikan teh?

Tidak ambil pusing, Elisha menjawab, "Tuh, tau. Makanya pergi dari kamar gue sekarang juga!"

"Ahh, lo juga jangan meremehkan gue, ya!" lanjut Elisha.

Elisha membuka matanya lalu beranjak berjalan menuju ranjang mengabaikan Erick yang menghela nafas panjang. Lelaki itu lalu berjalan menuju dapur, tempat persinggahannya.

Para pelayan mendelik tak suka menatapnya. Walaupun Erick tahu bahwa dirinya tampan, tetapi pada pelayan ini tampak tidak menyukainya juga.

Identitasnya membuat orang-orang beranggapan bahwa ia hanyalah anak haram tak berguna.

Beauty Psycho (END)Where stories live. Discover now