Epilog

2K 302 26
                                    

"Elena masih mending loh cuma dipenjara 6 tahun doang. Sedangkan Edison Alexander divonis hukuman mati dan Dino Pradipta dipenjara seumur hidup."

Elisha tersenyum sinis. Gadis itu melirik beberapa perempuan lain yang juga masuk lapas anak seperti Elisha. Ia tak sendirian, beberapa remaja bermasalah yang harus dihukum juga ada bersamanya saat ini.

"Anak baru, ya?"

"Iya, gue denger dia bunuh keponakannya."

Elisha tersenyum miris, gadis itu hanya menatap kearah lain dengan perasaan berkecamuk. Dirinya gagal, semuanya telah berakhir dan masa depannya tidak akan secerah harapan.

Selama beberapa tahun kedepan, Elisha akan kembali terkurung seperti dulu. Bedanya, sekarang ia tidak perlu menahan pahit getirnya penyiksaan seperti masa lalu.

Tapi tetap saja, ia merasa bersalah kepada Sean yang berjuang mati-matian untuk kebebasannya. Bahkan, Sean mampu melupakan dendamnya dan memilih untuk berada disisinya.

"Ini benar-benar ending. Cewek sejahat gue nggak pantas mati. Karena ..., setiap hari adalah kematian yang harus gue tanggung. Hidup menderita adalah cara gue membalas kesalahan di masa lalu," gumam Elisha.

Kini tak ada lagi Elisha Laudya. Hanya ada Elena Fisha yang kini telah resmi menjadi narapidana lapas anak. Hehe, hidup kadang selucu itu. Elisha yang telah menduga ini dipaksa untuk tabah dan tersenyum.

"Kalian ..." Elisha mengalihkan pandangannya dan menatap beberapa orang perempuan satu sel dengannya, "... pernah menyesal atau merasa bersalah karena masuk ke sini?" tanya Elisha.

Tiga orang gadis itu tersentak sebelum saling tersenyum. Salah satu dari mereka menyahut, "Tentu, tapi gue yakin kalau penjahat kayak kita ini  pada akhirnya akan dapat kebahagiaan tersendiri."

Kebahagiaan tersendiri?

"Maksud lo?" Elisha kembali mengajak gadis itu berbicara.

"Yang jahat belum tentu benar-benar jahat, 'kan?" Gadis itu tersenyum, "pasti ada keadaan yang memaksakannya melakukan hal nggak terpuji. Tapi, bukan berarti gue bilang semua orang jahat nggak berbahaya. Biasanya sih, ada yang hati dan pikirannya nggak bisa disentuh."

"Selama 2 bulan di sel tahanan membuat gue bertemu orang-orang yang nggak pernah gue sangka. Awalnya ... penjara itu gue rasa adalah kumpulan para penjahat. Tapi pas ketemu duo laknat ini gue sadar kalau sejahat apapun orang, dia pasti punya sisi baik juga," cerita gadis berambut panjang yang tidak Elisha ketahui namanya itu.

Tanpa sadar Elisha tersenyum. Gadis yang baru saja menggosipi dirinya ternyata tidak seburuk itu. Dilihat dari bagaimana dia berbicara, gadis itu tipe anak hiperaktif yang pandai bergaul.

Dia menceritakan sesuatu yang mungkin saja memalukan bagi segelintir orang. Itu cukup menakjubkan ditambah gadis itu bercerita didalam sel penjara.

"Hm, gue rasa itu bener. Well, bukan maksud temen gue untuk menjerumuskan lo agar berteman dengan sesama penjahat! Ambil sisi positifnya aja," celetuk gadis berambut merah.

Elisha terkekeh geli. "Agak aneh mendengar nasehat dari narapidana kayak kalian."

"Sialan!"

"Kalian tadi gosipin gue. Sekarang sok-sok ngatain tentang hal positif," cibir Elisha menanggapi umpatan itu.

"Ck! Lo nggak tau? Persahabatan kita bertiga ini makin erat kalau lagi berghibah."

"Oh," balas Elisha singkat. Gadis itu lalu terdiam saat terpikirkan sesuatu.

"Kalian ... nggak kangen orang tua?" Elisha kembali bertanya. Sayangnya, wajah ketiganya seketika memurung saat Elisha bertanya hal demikian.

"Kangen. Banget," jawab ketiganya kompak.

Beauty Psycho (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang