Beauty Psycho 21 : Kebingungan Sean

1.8K 330 1
                                    

Umpatan demi umpatan menyatu dalam rasa kegelisahan. Jantungnya berpacu cepat, membuat ritme itu seakan-akan mengejek dirinya.

Sean menahan nafas, layaknya gadis perawan yang sedang kasmaran, pipinya memerah membuat gadis dihadapannya tersenyum mengejek.

Elisha, gadis itu maju selangkah, lalu meletakkan jari telunjuknya pada dada bidang Sean dan memainkannya kancing seragamnya.

Ego Sean sebagai pemuda rasanya tersentil. Jadi tidak memiliki harga diri saat siswa-siswi lain mulai bergosip ria. Sean menepis tangan Elisha, membuat sang empu mengukum senyum.

Jika kalian tanya, bagaimana gadis itu tau? Jawabannya hanya singkat saja, ia sudah merasakan kalau diikuti. Apalagi melihat pemuda itu tiba-tiba mengajak orang berbicara.

Elisha menggelengkan kepalanya ketika melihat Sean. Sean yang risih sekaligus malu berusaha untuk pergi. Namun, suara Elisha  membuatnya segera menoleh.

Ia penasaran.

Elisha tersenyum miring lalu mengulangi kaliatnya kembali, "10 menit di ruang musik."

Disisi lain, seorang pemuda yang tengah menelungkupkan kepalanya berdecak saat tubuhnya tiba-tiba ditepuk seseorang.

"Sialan!" umpatnya pelan lalu mendongakkan kepalanya. Pemuda itu mengernyitkan dahi, menatap seorang gadis yang sedang menatapnya sambil memegangi sebuah jurnal kecil.

Nia, gadis itu berdecak saat Yazen tiba-tiba kembali menelungkupkan wajahnya. Njir, pemuda ini begitu ... nolep.

Tak ingin ambil pusing, Nia berkata, "Denger, ya! Gue minta tolong banget sama lo. Jadi, si geblek Netta nyuruh gue buat revisi naskah cerpen." ujarnya dengan nada gamblang.

Tanpa merubah posisinya, Yazen menjawab malas, "Nggak."

Nia melongo, tidak paham dengan apa yang dikatakan oleh pemuda bak mayat hidup didepannya ini. Ia tertawa tidak percaya, "Gue revisi naskah video, Yaz! Gue juga harus latihan akting, kali. Ana revisi makalah Elisha, Sean melukis mural. Jadi ..." Nia menghela nafas.

" ... kemarin jadi pembaca ini nggak mau. Masa revisi ini juga nggak mau, sih?" tanya Nia frustasi.

Yazen cukup banyak membantu dalam mengembangkan ide. Tapi, menurut Nia, dirinya kurang seimbang dalam peran yang sudah dibagi. Yazen harus lebih aktif dari sekarang.

Itu sebabnya, Nia mau memberi pemuda ini kesibukan. Daripada melamun seperti ini, tidak ada faedah yang bermanfaat sama sekali.

Nia kembali menghela nafas saat tidak melihat pergerakan dari pemuda itu. Yazen ... pemuda itu benar-benar mengabaikan dirinya.

Menghela nafas panjang, Nia duduk dikursi yang kosong, meletakkan jurnal kecil itu diatas meja, dan mengambil handphonenya dari saku rok.

Ia membuka notebook yang ia buat selama menjadi sekretaris. Dibacanya perlahan lalu mencari data Yazen yang sudah ia ketik dengan rapi.

Gadis itu terlonjak kaget dengan mata berbinar, "Anjir!? Pas banget! Yaz, bangun, Yaz!" Nia menggoyahkan bahu pemuda itu dengan keras membuat Yazen memberikan tatapan sengit.

"Bisa nggak, jangan ganggu gue?" Nada yang rendah, tetapi sanggup membuat Nia meneguk ludah. Berdehem, ia menunjukkan handphonenya dengan gerakan perlahan.

"Lo bisa main piano, 'kan? Cita-cita lo jadi pianis? Pas banget, lo bakal memainkan piano karena ada scane itu divideo yang kita buat," ujarnya perlahan dengan gerakan tubuh untuk mendukung pernyataannya.

Yazen yang mendengar itu, menatap Nia dingin. Tatapannya begitu tajam, tangannya mengepal dengan erat lalu berdiri. Nia yang melihat itu mundur ketakutan.

Beauty Psycho (END)Where stories live. Discover now