Beauty Psycho 15 : Teringat Sesuatu

1.9K 344 14
                                    

Tidak banyak yang mereka semua diskusikan. Hanya beberapa pembahasan kecil, waktupun berlalu dengan cepat. Sekarang sudah pukul 9 malam yang artinya mereka hanya belajar bersama 40 menit saja.

"Maaf, ya, guys." Netta berujar tidak enak, beberapa menit yang lalu Sonya menelepon dirinya dan menyuruh Netta untuk pulang sesegera mungkin.

Elisha hanya tersenyum menatap wajah tak enak Netta. "It's okay, selagi ada yang mengkhawatirkan lo, why not?"

Netta terkekeh canggung untuk menutupi senyum masam yang hendak timbul ini. Mengkhawatirkan ya? Cih, Sonya hanya mengkhawatirkan nilai dirinya. Heh, Netta tidak akan geeran.

"Lo tenang aja, gue bakal nyuruh anjing gue buat mengantarkan lo pulang," ucapnya. Netta mengangguk, tidak mungkin ia menolak saat sedang tidak memiliki transportasi lain.

Lagipula, jika Netta memesan ojek online, ia tidak yakin akan pulang tepat waktu. Mungkin saja, anak buah Elisha mempunyai kemampuan menyetir yang handal. Hal itu pasti meringankan waktu, bukan?

"Thanks, Elisha!" ujar Netta berterimakasih lalu berjalan mengikuti salah satu anak buah Elisha.

Elisha masih tersenyum lalu menumpukan wajahnya dengan telapak tangan kanannya. "Bagaimana kalau kita menikmati cemilan malam?"

Nia mendengar itu seketika menegang, gadis itu meneguk ludahnya. Makan cemilan di malam hari harus ia hindari jika tetap ingin memiliki berat badan yang ideal.

Entah pelayan Elisha yang gerak cepat banget, atau memang sudah dilatih untuk handal, tiba-tiba saja banyak pelayan wanita muda yang membawa banyak junk food.

Tadi katanya makan cemilan! Kok malah memakan makanan berkalori, sih!? Elisha kira Nia sanggup menolaknya!? Nia tidak ingin mati di kediaman orang.

Sean memutar bola matanya, "Kita diskusi atau dinner?" Sindiran halus itu mampu membuat Elisha terkekeh pelan. Pemuda itu terlalu frontal.

Gadis itu mengerdikan bahu dengan wajah mengejek, "Ketua kelompok lagi nggak ada, kita diskusi santai aja biar Buketu nggak ketinggalan," jelas gadis itu dengan wajah tenang dan anggun sekali.

Yazen hanya menatap semua anggotanya dengan raut datar, ia lebih memilih untuk menyibukkan diri dengan membaca referensi yang dibawa oleh Netta sebelumnya.

Sedangkan Ana dan Nia memakan makanannya dengan pelan. Keringat dingin entah mengapa keluar dari pelipis Nia lain halnya dengan Ana yang tampak biasa-biasa saja menikmati makanannya.

"Udah habis aja makanan lo, Nia?" ucap Elisha tersenyum miring membuat Nia mengangguk kikuk. Ia langsung memakan semuanya dengan cepat karena ...

"Em ... gue boleh ke toilet?" tanya Nia menatap Elisha dengan senyum canggung. Elisha terkekeh, "Of course, keluar aja nanti ada yang mengantar lo."

Netta berdiri dari duduknya lalu keluar dan mendapati seorang pelayan yang menunduk, "Ada yang saya bantu, Nona?" tanyanya dengan raut datar.

Ya ... perlu diketahui, mereka ini sepertinya hanya memiliki wajah datar saja saat bekerja.

"Antar saya ke toilet."

Elisha menyunggingkan senyum lalu menatap ketiga orang yang duduk tenang di kursinya.

"Na, gue ada cerita, nih," ujar Elisha tiba-tiba. Ana yang masih mengunyah segera menoleh. "Cerita apa?" tanyanya kentara sekali kalau ia sedang bingung.

Elisha melemaskan otot-otot tubuhnya bersamaan dengan jantungnya yang berdetak lebih cepat.

"Dulu, ada seorang putri cantik yang terkurung di sebuah kastil terkutuk. Suatu hari, seorang pangeran datang ..." Elisha menjeda kalimatnya lalu menyeringai.

Beauty Psycho (END)Where stories live. Discover now