Beauty Psycho 83 : Satu Nama Terungkap

1K 218 7
                                    

"Kenapa lo nggak sekolah?" tanya Sean datar.

Sepulang sekolah, Sean langsung mengendarai motornya ke kediaman Elisha yang sangat jauh dari sekolahnya. Pemuda itu penasaran dengan keadaan gadis itu.

"Hmm, gue cuma nggak enak badan doang," jawab Elisha sedikit tak nyaman dengan tatapan Sean yang terlampau dingin.

Mendengar itu, ekspresi Sean langsung melunak. Pemuda itu langsung merasa khawatir dengan apa gadis dihadapannya.

"Sekarang lo baik-baik aja 'kan?" tanyanya cepat membuat Elisha mengulum senyum. "Tentu, seperti yang lo lihat," jawab Elisha.

Diam-diam Sean menghela nafas lega dan menyunggingkan senyum tipis. Elisha yang melihatnya langsung terpaku lalu ia berdehem dengan wajah memerah.

"Awalnya gue mau ngajak lo dinner. Tapi ya karena lo sakit, gue tunda aja," ujar pemuda itu.

Elisha tertegun. Padahal ia sudah menolak Sean di pesan chat tadi, tetapi pemuda itu ternyata gigih juga, ya? Wah! Elisha merasa perutnya sedang digelitiki hingga ia tidak tahan untuk tidak tersenyum manis.

Elisha memainkan taplak meja dengan jemarinya. Gadis itu lalu menatap canggung Sean. "Untuk penolakan tadi pagi, sori. Gue emang punya sedikit kesibukan nanti malam."

Sean malah tersenyum semakin manis lalu menjawab, "Gue ngerti."

"Tapi, lo ngajak dinner buat apa? Ada yang mau lo omongin?"

Pertanyaan Elisha sukses membuat Sean tersedak air ludahnya sendiri. Elisha mengernyitkan dahi, sedikit kaget dan bingung mengapa Sean tiba-tiba bertingkah demikian.

"Nggak ada—"

"—Maaf memotong." Don tiba-tiba datang dan menyela sambil melirik Sean yang hendak mengatakan sesuatu.

Lelaki itu lalu memusatkan atensi pada Elisha yang duduk tenang. "Nona, Anda mendapatkan undangan dari kediaman utama Alexander."

Mata Elisha sontak terbelalak dan gadis itu langsung saja meletakkan gelasnya tiba-tiba karena tangannya bergetar. Ya Tuhan, mengapa Don mengungkit nama Alexander didepan Sean sih!?

"Ah? Be-begitu?" tanya Elisha, sedikit gelagapan.

"Keluarga gue juga dapat." Tiba-tiba Sean berceletuk membuat Elisha sedikit merasa lega. Andai jika ini pertemuan pribadi, pasti Sean akan curiga.

Mengingat bahwa Sean juga mendapatkannya, berarti undangan terbuka ini diberikan kepada banyak orang. Elisha lega mengetahuinya.

Gadis itu lalu menghela nafas. "Undangan apa?" tanya Elisha santai, mencoba bersikap senormal mungkin.

"Lusa diadakan pesta untuk merayakan Tuan Edison Alexander sebagai kepala keluarga," jawab Don lugas.

Elisha berdecih dalam hati. Lusa adalah hari ulang tahunnya dan tampaknya sang ayah ingin memperlihatkan teritorialnya. Sungguh, Elisha muak.

Don lalu menghela nafas, merasa ikut larut dalam kegusaran sang nona. "Mana di hari ulang tahun Nona lagi," keluhnya pelan.

Sean mendongak, menatap Don dengan perempatan siku yang tercetak jelas. Pemuda itu mengernyitkan dahi dengan binar kelamnya yang jernih.

Apa tadi? Elisha berulang tahun lusa ini? Sean seketika menyunggingkan satu senyuman misterius. Pemuda itu memikirkan sesuatu yang akan ia lakukan tanpa disadari Elisha

Ngomong-ngomong tentang ulang tahun, entah ini takdir atau bencana, ulang tahun Elisha dan Elena tepat ditanggal dan bulan yang sama. Tentunya pada tahun yang berbeda.

Beauty Psycho (END)Where stories live. Discover now