Bagian 18 - Kebun Teh Liki

103 29 0
                                    

Tok! Tok! Tok!

Pintu kamarku diketuk seseorang. Aku yang ngerasa terganggu karena masih pagi banget membenamkan mukaku ke selimut. Mama yang juga mendengar suara ketukan itu akhirnya berjalan untuk membukakan pintu. Gak lama setelah membukakan pintu, Mama memanggilku dan berkata, "Anin bangun! Damara nungguin!"

"HAH!" Aku sontak kaget karena ini bener-bener terlalu pagi buat bangun.

"Anin bangunn!" kata Damara dari luar. Aku langsung keluar dengan selimut yang melilit tubuhku sebab hawanya begitu dingin.

"Ngapain? Ini masih pagi banget, Dam. Dingin banget lagi!"

"Ayo liat sunrise!" ajak Damara, "pagi-pagi gini udara di sini segar banget!" lanjutnya.

"Aku gak sanggup mandi. Dingin!" kataku pada Damar.

"Gak usah mandi. Nanti mandinya di Air Terjun Tansi Ampek aja."

"Ih aku mandi aja deh," kataku takut kalo bau karena kemarin setelah sampai aku langsung tidur, "Kamu udah mandi?" kataku lagi.

"Iya aku udah mandi. Yaudah. Aku tunggu." Aku mengangguk.

"Cepet ya, Nin. Nanti takutnya kalo kelamaan, gagal liat sunrise-nya," kata Mama padaku.

"Mama ikut?"

"Enggak. Hari ini Mama sama Mandeh mau spa."

"Oke deh bentar." Aku bergegas ke kamar mandi. Sesampainya di kamar mandi rasanya aku pengen banget ngurungin niatku buat mandi karena airnya sedingin es batu. Tapi demi menjaga image-ku yang sebenernya sudah rusak, aku harus melakukannya. Alhasil setelah mandi dan bersiap, aku menggigil dan bergegas ke luar mendatangi Damara yang sedari tadi nunggu dengan penuh kesabaran.

~~~

"Nih, minum dulu teh hijaunya. Kamu pasti kedinginan," Damara menyodorin teh hijau panas.

"S-s-s-umpah. Airnya dingin banget kayak sikap kamu ke ce-cewek di kantin sekolah waktu itu," kataku ke Damara sambil menggigil.

"Jangan ngadi-ngadi, deh," kata Damara sambil menyeruput tehnya.

"Be-be-neran!" kataku gagap sambil tertawa.

"Kamu sekarang jadi pelawak, Nin?"

"Ha-ah?"

"Iya. Anin Gagap."

"Bac*t!" kataku sebal.

"Nah, gitu, dong, jangan gagap. Ayo cepet diminum tehnya nanti keburu dingin." Aku mulai menyeruput teh itu sampai habis sambil menikmati udara segar kebun teh yang menusuk hidungku karena begitu dingin.

"Enak tehnya," kataku dan naro gelas teh yang sudah kosong itu.

"Iyalah. Kamu tau gak, Kebun Teh Liki ini kebun teh terbaik di Indonesia."

"Makasih infonya. Aku baru tau."

"Sama-sama. Udah minumnya?"

"Udah."

"Ayo kita ke tempat biasanya aku liat sunrise kalo lagi di sini,"

"Berduaan aja?" tanyaku.

"Enggak, ada tiga orang wisatawan lain yang bakalan kesana juga pas aku izin ke posko. Kalo berduaan aku juga gak berani soalnya hutan disitu,"

"Oke."

Tentang Kamu dan Rindu ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang