Bagian 26 - Hamil?!

145 16 9
                                    

Aku gak nyuruh kamu mengejarku, karena aku selaras di sampingmu, Damara Hussein.

-Anindia Rinjani-

---

"DAMARA KEREN BANGET SERIUS!" kata Kania takjub pas aku tunjukkin hadiah yang dikasih Damara.

"Aku tau kenapa Damar ngasih kamu olahan tangannya," kata Winanda. Mereka masih memperhatikan gambaran itu.

"Kenapa?" tanyaku.

"Karena aku yakin dia mikir kalo kado yang bakalan dia kasih pake buatan tangannya sendiri gak bakalan bisa dibeli dan tentu gak ada di toko mana pun. Jelas banget cowok yang namanya Damara ini cerdas!" Aku mengangguk dan baru menyadarinya. Dalam hatiku ya aku salting, dong, tapi aku simpan saja, deh, nanti bisa repot kalo mereka tahu.

"Iya, dia cerdas dan menurutku orangnya emang baik ke semua orang," kataku.

"Terus gimana perasaan kamu sendiri ke Damar?" tanya Kania.

"Ya, gak gimana-gimana, normal kayak orang pada umumnya," jawabku.

"Maksudnya? Kalo ngejawab jangan gamblang gitu, dong!" Kania emosi padaku.

"Gini, aku pasti selalu nungguin berharap dihubungin sama dia, terus setelah beneran dihubungin, aku jadi seneng," jelasku. Ya, sebenernya, sih, saking senengnya aku biasanya langsung guling-guling. Tapi bagian ini aku gak mau bilang saja.

"ITU BERARTI KAMU SUKA SAMA DIA LAH! ADUH ANIN PINTER TAPI KALO SOAL CINTA JADI B*DOH!" Kania memarahiku.

"Nah, yang jadi pertanyaannya sekarang aku cuman bingung, aku suka dia atau cuman sekedar kesepian. Kamu tau sendiri, kan, aku gak biasa kayak gini," akhirnya aku ngutarain rasa bingungku ke mereka soal perasaanku sendiri.

"Nah iya, bener juga kata Anin, woi!" Winanda membelaku.

"Kalo biasanya lagi ngehalu, kamu pasti tiba-tiba ngehaluin dia, kan? Kalo ada cowok yang deketin kamu, kamu pasti ngebandingin sama Damar, kan? Kamu pasti masukin dia ke rencana masa depan, kan? Jujur!" pertanyaan yang menurutku lebih ke pernyataan itu bertubi-tubi menghujamku. Semua kata Kania itu benar dan aku otomatis mengangguk pelan dengan senyum masam.

"Ciee, kalo gitu gak salah lagi! Berarti kamu suka Damara, Da. Ma. Ra!" kata Kania mengeja nama Damara lalu puas dengan tebakannya, "selamat, Nin. aku kira selama ini kamu gak normal!" Kania lalu menyalimiku.

"Cieee! Emang, ya, susah buat bikin Anindia jatuh cinta. Orangnya harus aneh dan gak terduga kayak Damara dulu. Selamat, Nin!" Winanda ikut menyalimiku.

"Jadi, Damara pernah nembak kamu gak sebenernya?" seperti biasa, Kania ingin mendengar jawaban yang detail.

"Gak." Aku langsung menjawabnya dengan muka meyakinkan supaya mereka berhenti nanyain lebih dalam hubunganku sama Damara.

"Masa?" Kania memperhatikan mataku.

"Iya. Dia cuma ngegombal biasanya." Aku menatap tajam matanya yang seakan lagi nyariin kebenaran.

"Kode, tuh, Nin!" kata Winanda.

"Lagian kataku dari dulu, aku gak mau pacaran, kan. Kalian tau itu."

"Tapi, sayang banget kalo kamu gak pacaran sama dia, selain kalian berdua cocok, yang ditakutin nanti Damara ngerasa gak dihargain dan akhirnya mundur nyari yang lain," kata Winanda menyayangkan. Entah kenapa aku langsung kesal mendengarnya.

Tentang Kamu dan Rindu ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang