Bagian 42 - Pulang

48 8 0
                                    

...Aku pulang.

---


Setelah tiba di Jakarta, aku bergegas kembali ke Bandung pakai travel dan mengambil nilai di kampus. Pas nilai aku ambil, aku bersyukur karena nilaiku cukup memuaskan padahal sewaktu itu aku gak terlalu fokus. Aku kemudian mengabari Mama perihal nilaiku. Mama puas dan kemudian memesankan aku tiket buat pulang ke Banjarmasin besoknya. Gak ada kata istirahat, aku harus kembali ke bandara lagi. Aku gak bisa mengabari Damara pas mau pulang ke Banjarmasin. Hpku mati karena kehabisan baterai. Jadi rencananya aku bakalan menghubunginya setelah tiba di rumah.

Selama dalam pesawat, hari itu entah kenapa cuaca bener-bener buruk yang bikin aku dan penumpang lain berdecak kengerian. Perasaanku gak karuan, entah karena mikirin cuaca yang buruk atau karena Damara. Terasa ada yang janggal darinya. Aku kemudian menangis begitu saja. Hatiku bener-bener gak tenang karena gak bisa ngabarin Damara tentang kepulanganku ke Banjarmasin.

Untunglah aku dan penumpang lain sampai dengan selamat. Aku bisa cepat keluar dari bandara. Mama dan Papa sudah menungguku dengan cemas.

"Anin gapapa?" tanya Mama padaku setelah aku selesai memeluknya.


"Emang muka Anin kenapa?" tanyaku. Aku merasa mereka langsung tahu bahwa aku habis menangis di dalam pesawat. Mama dan Papa saling bertatapan.


"Makan dulu, kamu pasti laper," kata Papa.


"Gak usah, Anin pengen cepet-cepet pulang biar bisa ngehubungin Damara kalo Anin udah sampe di Banjarmasin."


"Makan dulu," ulang Papa. Aku mendengus sebal dan terpaksa menuruti kemauan Papa.

~~~

Setelah selesai makan dan sampai ke rumah, aku mengisi baterai hp dan segera menghubungi Damara dengan hp milik Mama secepat yang aku bisa. Tapi sebelumnya, aku ngecek akun sosial medianya, Damara nampak gak aktif. Aku lalu langsung menelponnya beberapa kali namun nomornya gak aktif juga. Akhirnya aku menghubungi Mandeh dan syukurnya langsung diangkat.

"Halo, Nak," sambut Mandeh dengan suara berisik banyak orang di seberang sana.


"Iya, halo, Ndeh, Anin udah sampe di Banjarmasin," kataku.


"Alhamdulillah," kata Mandeh.


"Oh, iya, Ndeh, Damaranya mana, ya? Boleh bicara sama Damar?" tanyaku.


"Sebentar," Mandeh nampak beralih tempat sampai suara berisik itu hilang.


"Halo, Dam?" kataku memastiin apakah benar telah terhubung sama Damara.


"Anin, Mandeh minta maaf gak bisa nyambungin ke Damar," kata Mandeh yang tiba-tiba minta maaf.


"Kenapa, Ndeh?" kataku bingung.


"Anin, Mandeh boleh denger pendapat Anin?"


"Boleh," kataku singkat.


"Kalo Anin pinjem barang punya temen, terus pas pinjem Anin udah terlanjur sayang sama barangnya, tapi ternyata barang itu harus diambil lagi sama temen Anin, Anin tetep balikin, gak?" tanya Mandeh.

Tentang Kamu dan Rindu ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang