Bagian 38 - Janggal

121 13 4
                                    

Kalo gak bisa berjaga jarak sama cewek lain,

maka setidaknya jaga jaraklah denganku!

-Anindia Rinjani-

---


Semakin hari sikap Damara makin bikin aku ngerasa aneh. Banyak banget sisi baru yang dimunculkannya yang sebelumnya gak pernah terlihat sama sekali. Damara juga gak pernah bosan ngasih aku pujian yang menurutku berlebihan. Bahkan meskipun Damara lagi sibuk, Damara selalu ngasih aku pesan melalui chat setiap harinya.

Aku bukan tipikal orang yang bakalan sigap membalas kalo di-chat setiap saat karena selain sibuk akan banyak hal, hidupku juga bukan cuman terpaku pada sosial media. Namun karena itu Damara, aku tetap membalasnya dengan sabar. Damara juga mulai mempublikasikan mukaku di hampir semua akun sosial medianya padahal kami gak menjalin hubungan berstatus.

Sebelum aku kuliah di Bandung, Papa sudah melarang aku buat pacaran dan nuyurh aku buat fokus kuliah. Dengan adanya publikasi dari Damara itu, aku ngerasa gak nyaman karena takut ketahuan dan kemudian dimarahi oleh Papa. Padahal aku gak pacaran sama sekali dengan Damara.

Ternyata benar saja, akhirnya publikasi itu ketahuan sama Kak Lisa dan Kak Lisa langsung ngelaporin ke Mama dan Papa. Aku lalu dimarahi oleh Papa. Setelah dimarahi, aku langsung bilang ke Damara waktu mampir ke apartemennya dan memintanya buat gak mempublikasikan kedekatan kami di sosial media mana pun.

"Emang kenapa? Apa kamu ada deket sama cowok?" Damara nampak curiga. Itu pertama kalinya Damara mencurigaiku dan aku ngerasa aneh dengan responnya karena gak biasanya ia seperti itu.


"E-enggak! Bukan itu! Aku ketahuan sama Papa, Papa kira kita pacaran karena postingan-postingan kamu dan kemaren aku langsung dimarahin. Papa ngelarang aku buat pacaran," kataku menjelaskan perlahan. Damara menatapku sebentar dan tersenyum.


"Yaudah nanti aku hapus," jawab Damara, "maaf udah curiga tadi," tambahnya lagi. Aku mengangguk.

~~~

Besoknya sesuai permintaanku, Damara menghapus hampir semua unggahannya tentang aku. Damara juga mulai jarang mengirimkan aku pesan dan gak pernah lagi menemuiku di hari-hari berikutnya. Aku yang mulai ngerasa aneh sama sikap Damara itu kemudian mengiriminya sebuah pesan biar kami bisa ketemuan.

Anindia Rinjani.: Lagi ngapain? Sibuk gak? Boleh ketemu?


Pas ngirimin pesan itu, aku melihat Damara sedang aktif. Tapi pesanku gak kunjung dibaca dan dibalasnya. Sampai dua hari kemudian barulah ia membalas pesanku.

Damara Hussein: Iya, Nin, aku sibuk banget. Maaf gak bisa ketemuan dulu.


Membaca balasan pesan dari Damara itu, bikin aku ngerasa jengkel karena Damara baru membalas pesanku dua hari setelahnya padahal ketika aku cek Damara selalu aktif. Seminggu kemudian aku menghubunginya lagi. Kali ini aku langsung meneleponnya. Tapi sayangnya gak diangkat oleh Damara. Lagi-lagi, padahal Damara sedang aktif.

Anindia Rinjani.: Kamu sibuk? Udah makan belum? Biar aku bawain makanan ke apartemenmu.


Aku yang gak sabaran langsung membelikan Damara makanan dan pergi ke apartemennya. Pas sampai, aku sedikit kecewa karena kayaknya Damara lagi gak ada di sana. Aku lalu mengirimkannya pesan lagi.

Tentang Kamu dan Rindu ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang