Bagian 24 - Penolakan

124 15 1
                                    

Jangan pernah mengukur perasaan orang lain dengan penggaris yang sama untuk mengukur perasaanmu.

---


"Jadikan hari ini?" tanya Kania padaku memastikan. Aku tentu sudah siap menjalani hari "cukup spesial" yang harus ku lewati sebagai pembuktian kepada dua sahabatku dan Damara. Mereka pasti menunggu saat-saat itu.


"Iya. Nanti aku beresin sendiri, kalian denger hasilnya aja nanti," jawabku.


"Oke! Mohon bantuannya BANGET ya, Nin!" Winanda memohon dengan menekankan kata permohonan itu.


"Yoss!" Aku tersenyum dan berpamitan dengan mereka.


Singkat cerita, setelah MOS hari kedua selesai, aku langsung ngehampirin Ardhika yang sudah menunggangi motornya di parkiran dan bersiap untuk ninggalin sekolah. Hari itu pun, Ardhika masih memberikan perhatiannya yang berlebihan itu padaku. Aku lihat dari jauh, Kania dan Winanda mengintip gerak-gerikku dari jendela kelas.

"Dhik! Dhika! Tunggu bentar!" Aku mempercepat laju jalanku buat menghampiri Ardhika. Ardhika menengok ke arahku dengan senyum sembringah.


"Kenapa, Nin? Mau diboncengin sampe rumah?" tanyanya.


"Engga, Dhik. Kita ngobrol sebentar bisa gak?"


"Dimana?"


"Hmm... di kantin, mungkin?"


"Ini penting?"


"Penting banget pokoknya!" kataku dengan tatapan serius.


"Jangan di kantin, banyak orang,"


"Terus dimana, dong?"


"Di luar sekolah aja."


"Dimana?" tanyaku sekali lagi.


"Di kafe mungkin. Aku gak mau 'pembicaraan penting' didenger orang." Aku tahu itu cuman modus doang. Tapi ada benernya juga, sih.


"Kapan?"


"Sekarang aja, ikut aku, ada kafe yang baru buka, kita langsung ke sana."


"Oke. Bentar aku nyari helm dulu kalo gitu," awalnya aku ragu buat dibonceng sama Ardhika karena takut dua sahabatku yang sedang mengintai itu salah paham. Tapi itu belakangan saja, sudah ku putuskan resikonya. Segera aku menuju "markas" dua orang intel itu.


"Gimana???" tanya Kania dan Winanda berkata secara bersamaan pas aku sampai.


"Aku diajak Dhika ke kafe buat bicarain secara privasi, karena katanya kalo ngomong di kantin takut orang-orang denger."


Tentang Kamu dan Rindu ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang