Bagian 6 - Begadang

978 65 9
                                    

Kalo kata Om Rhoma Irama,

Begadang jangan begadang, kalau tiada artinya~

Begadang boleh saja aaa~ kalau ada perlunya~

---

Akhirnya kami sampai juga di rumah Mandeh dan Damara. Aku terpukau karna halaman bahkan rumah Mandeh bener-bener luas dan gede. Aku langsung turun dan berniat mengeluarkan semua barangku dan Mama di bagasi mobil tapi Damara melarangku untuk membawanya.

"Udah, kamu langsung masuk aja, Nin. Barang-barangnya biar aku yang bawain. Kamu, kan, udah capek seharian duduk mulu. Jadi langsung masuk aja ke rumahku," Damara lalu mendorong punggungku halus untuk langsung masuk ke rumah.


"Gapapa nih?" tanyaku.


"Iyaa gapapa Anindiaa... Aku juga sekalian markir mobil."


"Kalo gitu, tolong sekalian bawain koper Tante Anna ya?" pinta Mandeh ke Damara.


"Oke, Ndeh." Damara mengangkat jempolnya dan mulai mengeluarkan barang-barang.

"Lho ngapain masih di sini?" tanya Damara kaget setelah melihatku masih menunggunya nurunin barang.


"Nungguin kamu," jawabku santai.


"Ngapain ditungguin? Kan tadi kamu ku suruh masuk,"


"Gak mau. Aku mau bawa koper dan barang-barangku sendiri aja soalnya koper dan barangku sama Mama berat. Masa kamu dua kali bolak-balik ngangkut di halaman dan rumah yang seluas ini? Kamu juga pasti capek nunggu terus nyetir dari tadi."


"Padahal gapapa. Soalnya kamu tamu,"


"Yuk, yuk sekarang kita masuk!" kataku gak menggubris kata-katanya lalu ngambil koper dan barangku setelah itu aku langsung lari.


"Ehh... tungguu jangan duluan!" Damara bergegas mengangkut koper dan barang Mama dan berlari mengejarku.


"Siapa yang sampe duluan dia yang menang!"


"Kamu curang!" teriak Damara.


"Biarin, wlee!" Aku menjulurkan lidah dan gak lama Damara menyelipku. Di akhir, kamu sudah pasti tau siapa yang menang. Iya. Damara. Ternyata dia cepet juga larinya.

"Yahh... Aku kalah deh," kataku sambil ngos-ngosan.


"Kamu menang!" Damara keliatan ngos-ngosan juga.


"Kok aku, sih, yang menang?"


"Soalnya ladies first!" Aku dan Damara lalu tertawa. Kami pun masuk ke dalam rumah. Pas aku masuk ke dalam rumah Damara, gak henti-hentinya aku takjub. Begitu luas dan sangat terawat.


"Ya Allah, jadi gini, ya, rumah orang kaya," kataku dalam hati.

"Keren banget rumahmu, Dam!" kataku memuji.

Tentang Kamu dan Rindu ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang