Bagian 35 - Merantau

113 14 9
                                    

Semakin bertambah umur selain kita bertambah dewasa, pemikiran kita juga ikut berkembang dan mungkin aja berubah. Yang baik biar mengakar seperti kepercayaan kita kepada sebuah agama.

-Damara Hussein-

---


Semenjak kematian Kania, teman-teman sekolahku meminta maaf atas kesalahpahaman dan gosip-gosip gak bermutu yang pernah mereka lontarkan terhadapku. Aku pun kembali ke kehidupan normal di sekolah. Meskipun masih ada saja mulut-mulut jahil yang tetap gak menyukaiku, tapi itu gak masalah karena kelulusan sudah di depan mata dan aku berharap gak akan pernah bertemu mereka lagi.

Di rumah, aku tetap saja tertekan. Tapi aku harus bersyukur karena penekanan itu gak separah dulu. sebelum dan sesudah Ujian Nasional, aku terus ditekan buat belajar setiap hari sama orangtuaku. Aku memahaminya karena mereka ingin aku lulus lalu melanjutkan kuliah sesuai dengan harapan mereka.

Aku juga jadi sibuk belajar buat persiapan ujian masuk perguruan tinggi, aku kini merasakan kesibukan apa yang dulu pernah dilalui sama Damara sampai gak menghubungiku begitu lama. Ujian masuk perguruan tinggi yang begitu merepotkan dan soal-soal yang berbeda dari apa yang aku pelajari karena aku bakal lintas jurusan bikin aku hectic. Untungnya, aku dan Damara gak sampai kehilangan kabar satu sama lain. Sesekali aku selalu menghubunginya kalo ada waktu senggang. Kadang kala juga aku meminta Damara menemaniku buat belajar materi ujian.

Meskipun sewaktu SMA Damara ngambil jurusan IPS, Damara nyatanya jauh lebih pintar dibanding aku terutama di bidang Matematika dan Bahasa Inggris. kalo aku lagi kesulitan memahami materi dan soal, Damara selalu sigap membantuku. Ia selalu bisa ngeluangin waktu buatku sesibuk apapun jadwal kuliah yang ia punya.

Damara kini jadi teman sekaligus mentor belajarku. Itu menyenangkan karena aku merasa cepat paham kalo diajarin sesuatu sama Damara. Damara selalu ngasih contoh yang jelas dan mudah dipahami. Salah satunya melalui perumpamaannya. Kegiatan itu kami lakukan hingga menjelang aku tes memasuki ujian masuk perguruan tinggi.

~~~

Aku mencoba hampir semua jalur tes perguruan tinggi dan hasilnya aku di terima di semua perguruan tinggi yang aku coba masuki. Kedua orangtuaku tentu puas dengan hasil yang aku raih. Mereka sangat bangga dan sejak saat itu sudah jarang memarahiku lagi. Akhirnya setelah berdiskusi panjang dengan kedua orangtuaku, aku memilih jurusan Pekerjaan Sosial di Perguruan Tinggi Kedinasan yang ada di daerah Bandung. Kampus itu adalah kampus yang pernah disarankan oleh Damara beberapa waktu lampau. Yang lebih menyenangkannya adalah sekarang aku bisa bertemu Damara cukup sering karena kami kuliah di daerah yang sama yaitu Jawa Barat!

Ketika aku memberitahu Damara tentang kelulusan dan pilihanku di kampus tersebut, Damara seneng banget. Damara memberitahukan apa saja yang harus aku bawa dan lakukan pada saat aku akan berangkat ke Bandung. Damara kini malah nyibukin dirinya buat mempersiapkan aku yang sebentar lagi juga bakalan merantau di daerah yang sama.

Akhirnya aku ke Bandung buat daftar ulang kampusku. Aku diberi waktu senggang kurang lebih sebulan sebelum masuk kuliah. Aku jelas seneng karena selain bisa ngerasain gimana rasanya jadi anak rantau yang mencari ilmu, aku juga bisa jalan-jalan sekaligus menikmati suasanaku bersama Damara karena aku gak perlu jauh lagi darinya.

Dari daftar ulang sampai mencari tempat tinggal, aku ditemani oleh Mama dan Damara. Aku mutusin menyewa apartemen yang sama dengan Damara. Bedanya, kamarku di lantai 6 sedangkan Damara di lantai 12. Apartemen itu letaknya cukup strategis. Sangat mudah buat dijangkau kemana-mana dengan jalan kaki jadi aku bisa lebih hemat uang saku. Atau itu cuman alasanku biar deket sama Damara kalo mau apa-apa. Huehue.

Tentang Kamu dan Rindu ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang