Bagian 27 - Melahirkan

113 17 5
                                    

Kamu liat kepalaku, gak? Kayak kepala rumah tanggamu.

-Damara Hussein-

---


Sembilan bulan berjalan sejak kehamilan Mandeh, tepat ketika Damara naik ke kelas 12 SMA, akhirnya Mandeh melahirkan. Aku ngucapin selamat dan ikut seneng dengan kelahiran Adik Damara itu.

Aku dan Mama langsung ngasih kiriman baju dan perlengkapan bayi. Seperti hasil USG yang dibilang Damara padaku sebelumnya, bayinya berkelamin perempuan. Sehat dan gak ada kurang suatu apapun.

Sesuai kata Damara kemarin juga, anak kedua dari Mandeh itu dikasih nama Anindita. Lengkapnya, Anindita Riani. Damara tentu seneng dengan kehadiran adiknya. Damara ngirimin aku foto pas lagi sepenuh hati menggendong adiknya layaknya suami yang lagi menggendong buah hatinya.


Damara Hussein: Aku udah SMA tapi ternyata punya adik, kasian, Anindita pasti gak ada temen main yang sepantaran sama dia kalo di rumah.

Anindia Rinjani: Abis ini suruh Mandeh bikin adik lagi supaya Dedek Dita ada temen mainnya.

Damara Hussein: Hmm.. sarannya diterima, nanti aku ajuin ke Mandeh kapan-kapan.

Anindia Rinjani: Jangan ngusilin Adik kamu nanti!

Damara Hussein: Emang itu yang aku mau. HAHAHA.

Anindia Rinjani: Semoga Adik kamu gak nyesel punya Kakak kayak kamu,

Damara Hussein: Enggak bakalan, dong.

Damara Hussein: *Send a Photo*

Anindia Rinjani: AAA LUCU BANGET, DAM! KAMU MALAH KAYAK BAPAKNYA XD

Damara Hussein: Kamu liat kepalaku, gak?

Anindia Rinjani: Kenapa emang kepala kamu? Kayaknya aku liat gak ada yang aneh.

Damara Hussein: Kepalaku kayak kepala rumah tanggamu.

Anindia Rinjani: Mentang-mentang jomblo, ngomongnya sembarangan, ngajak berumah tangga?


Setelah aku membalas pesan Damara seperti itu, dia langsung melakukan panggilan video, aku lalu mengangkatnya.

"Nah gitu, bilang, dong, kalo maunya aku, aku kan juga pengennya kamu, gitu aja, kok, repot!" kata Damara yang langsung video call aku pas balas pesan begitu.


"Aku bercanda aja tadi," kataku mencoba biasa saja. Aslinya aku malu karena sudah ngirim pesan macam itu.


"Kira-kira kamu mau bulan madu di mana nanti calon istriku?"


"Aku pengennya selalu bulan muda aja."


"Iya, iya, deh," jawab Damara, "eh, mau liat Adikku, gak? Dita baru selesai dimandiin Mandeh!" sambungnya lagi.


"Mau lah! Mana Dedeknya?"


"Nih!" Damara memperlihatkan Adiknya Anindita yang sudah berpakaian bayi ke aku. Anindita tersenyum memperlihatkan gusinya. Itu lucu dan aku gemas melihatnya.


"Ih cantik banget kamu, Dek! Mana gak ada giginyaaa!" kataku gemas.


"Iya. Soalnya matic," kata Damara bercanda. Aku ketawa.


"Hai, Cantik! Nih calon Adik Iparmu, semoga cantiknya nanti kayak Anin!" Mandeh tiba-tiba muncul.


"Iya, Ndeh, cantik banget gemes! Pengen meluk tapi sayang jauh," kataku sedih.


"Modus banget bilang gitu. Bilang aja kamu mau ketemu aku," kata Damara.


"Dihh pede banget!" balasku. Mandeh ketawa. Tapi apa yang dibilang Damara ada benernya juga, sih.


"Ndeh, Damar ka sinan dulu," kata Damara ke Mandeh, Mandeh mengangguk. Damara lalu menjauh dari Mandeh.

(Ndeh, Damar ke sana dulu,)

"Kamu lagi ngapain?" tanya Damara sembari duduk.


"Lagi santai aja, nih. Kamu sendiri lagi ngapain?"


"Lagi duduk," jawab Damara, "Kamu liburan, kan, ini?" tanyanya lagi.


"Iya. Kamu juga, kan?" balasku dengan balik tanya.


"Iya. Gak mau ke Sumbar lagi, nih, liburannya?"


"Aku udah pernah. Kenapa gak kamu aja yang nyoba ke Kalsel, kamu belum pernah ke sini, kan?" cibirku.


"Aku mau, tapi aku disuruh jagain Dita, jadi susah kalo mau kemana-mana. Nanti aja pas Dita ada yang jagain selain aku,"


"Oh iya, lupa. Yaudah kamu jagain Dita baik-baik!"


"Pasti, dong"


"Ciee yang udah kelas 12!" kataku yang ngeganti topik.


"Iya nih."


"Rencananya mau lanjut kuliah gak, Dam?"


"Lanjut!"


"Mau ngambil jurusan apa?" tanyaku.


"Rencananya aku mau ngambil Teknik Informatika,"


"Berarti kamu lintas jurusan, dong?" tanyaku lagi.


"Iya. Aku juga rencananya ngambil PTN di Jawa Barat." katanya, aku kaget mendengar itu.


"Ih, sama! Aku pengen kuliah di jawa barat juga rencananya!" kataku menggebu.


"Yang bener?! Terus jurusan apa?!"


"Sastra Indonesia!"


"Lintas jurusan juga dong berarti?" Damara tertawa.


"Iya ih! Kita kebalikan banget!" kataku ketawa juga karena baru menyadarinya.


"Semangat pokoknya buat kita, moga kita bisa kuliah di Jawa Barat supaya sering ketemuan, gak LDR-an kayak gini lagi," kata Damara yang ngeharepin impian masing-masing dari kami terwujud.


"Aamiinn!" jawabku.

Tentang Kamu dan Rindu ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang