Bagian 3 - Sebuah Mimpi

1.8K 97 12
                                    

Gini-gini aku juga takut diculik, lho!

---

Malam sebelum keberangkatan, aku baru melanjutkan mengemas barang. Setelah menyusun rapi semua barang sedemikin rupa dan dirasa gak ada yang ketinggalan lagi, maka akhirnya selesai juga. Aku menggeliat lalu melihat ke arah jam dinding, waktu ternyata sudah tengah malam. Aku langsung menjatuhkan diri ke kasur yang empuk lalu tertidur dengan nyaman.

Gak lama, aku terbangun karena mendengar suara deburan ombak yang makin lama makin jelas. Ketika aku membuka mata, tiba-tiba aku sudah berada di sebuah tempat asing yang gak pernah aku kunjungi sebelumnya. Sebuah pantai berpasir putih dengan air laut yang jernih. Rasanya asing banget dan aku gak tau dimana letak daerah pantai itu berada. Di pantai itu bener-bener sunyi, hanya ada suara bising dari ombak. Aku yang kebingungan pun menengok kesana kemari dan akhirnya mendapati ada seorang cowok yang sedang duduk sambil menjulurkan kakinya di tepian pantai. Cowok itu kelihatan seumuran denganku. Aku lalu berjalan dengan sedikit tergesa untuk menghampirinya.

"Halo?" kataku sambil menepuk pundaknya pelan.

"Eh, iya, ada apa ya?" katanya kaget. Ternyata dia sedang melamun. Cowok itu tiba-tiba memperhatikan seluruh tubuhku kemudian menatapku dengan malas.

"Maaf, apa kamu tau ini dimana? Pas aku buka mata, aku udah di sini." tanyaku sopan sambil mencoba tersenyum. Padahal sebenernya aku pengen nangis.

"Gak tau. Udah pergi aja sekarang. Paling ntar aku ditinggalin lagi." Cowok itu menjawab pertanyaanku dingin lalu membuang mukanya.

"Emang jalan keluarnya dimana?" tanyaku lagi. Tapi kali ini dia gak menjawab. Dia cuman melihat deburan ombak dengan tatapan kosong.

"Ck! Shombwong amat! Padahal cuman nanya. Yaudah makasih kalo gitu." Aku langsung ninggalin cowok itu dengan kesal. 

Aku kemudian berusaha mencari orang lain. Tapi ternyata gak ada seorang pun yang ada di pantai itu selain cowok tadi. Aku lalu terduduk di tepi pantai yang jauh dari cowok tadi. Aku gak habis pikir bisa-bisanya aku tersesat. Pikiranku mulai mengelana kesana kemari. Jangan-jangan aku diculik pas lagi tidur dan tempat ini adalah tempat pengasingan atau perdagangan manusia?! Gimana kalo aku gak bisa balik?! Ku rogoh kantong celanaku berharap aku membawa hp atau uang untuk bisa menelpon orangtuaku atau untuk memesan taksi, tapi ternyata kantongku kosong. Aku gak bawa apapun selain diriku sendiri.

"Mampus, deh! Gimana ini? Aku gak mau organku dijual..." gumamku yang sudah ketar-ketir sambil memegang perutku. Aku lalu kembali memperhatikan cowok yang tadi. Dia masih tetap pada posisinya. Setelah meyakinkan diri, aku bergegas menghampiri cowok itu lagi berniat untuk meminjam uangnya.

"Hei, boleh minjem uang gak? Ntar aku ganti. Alamat rumah atau nomor rekeningmu ada? Aku mau pesen taksi tapi gak ada uang, kalo udah sampe rumah, langsung aku kembaliin nanti." Cowok itu tentu kaget mendengar permintaan aneh dari orang asing yang baru saja dia temui.

"Hah? Disini mana ada taksi," jawabnya.

"M-mungkin mobil travel?" tanyaku lagi. Cowok itu mengerutkan keningnya. Dia menggeleng menandakan apa yang aku cari juga gak ada disini.

"Kamu jangan bercanda!" bentakku. Airmata yang daritadi aku tahan akhirnya turun. Aku menangis terisak karena ketakutan. Dugaanku semakin jelas. Aku sudah diculik, diasingkan lalu organnya akan dijual!

"H-hei, k-kamu kenapa?" Cowok itu panik melihatku menangis terisak.

"Malah nanya! Aku yakin kita diculik terus mau dijual! Makanya diasingkan di tempat yang gak ada orang begini!" mendengar jawabanku, cowok itu langsung tertawa terbahak-bahak. Aku langsung curiga. Jangan-jangan cowok itu adalah orang yang menculikku!

Tentang Kamu dan Rindu ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang