Bagian 5 - Rumah Makan Padang

1.1K 76 9
                                    

Semua barang sudah dimasukkan ke begasi mobil oleh Damara. Pas aku pengen masuk ke dalam mobil di kedudukan belakang bersama Mama, Mandeh mencegatku dan malah nyuruh aku buat duduk di kursi paling depan bersama Damara yang sudah masuk duluan ke dalam mobil.

"Udah. Anin masuk terus duduk di kursi paling depan aja nemenin Damar nyetir. Mandeh mau ngomong asik sama Mama kamu di kursi belakang yaa... yakan Ann?" Mandeh menyenggol Mama.


"Nah, iya, kita, kan, udah lama gak ketemu!" balas Mama lalu mereka langsung masuk ke kursi belakang.


"Yaudah," kataku pasrah.


Saat aku ingin membuka pintu mobil, Damara langsung keluar dari mobil bergegas menghampiriku buat ngebukain pintu mobil dan mempersilakan masuk, "Ayo masuk!" katanya.


"Ehh... oke, makasih Damar," Aku agak kaget.


"Yeu, sekalinya Mandeh yang masuk gak pernah dibukain kayak gitu. Dasar cowok." celetuk Mandeh.


"Biasa, tamu, Ndeh." Damara kemudian tertawa. Aku cuman bisa geleng-geleng kepala lalu masuk ke dalam mobil. Damara kemudian kembali menutupkan pintu mobil untukku dengan hati-hati. Gak lama setelah itu, Damara juga masuk ke dalam mobil dan kami pun ninggalin Bandara Minangkabau.

~~~

Di perjalanan aku memilih diam karena Damara lagi menyetir dan aku gak mau mengganggu fokusnya. Sedangkan Mama dan Mandeh asik ngobrol. Akhirnya aku memilih buat nikmatin semua pemandangan yang baru pertama kali aku lihat sambil dengerin lagu memakai earphone. Dalam hatiku, Sumatera Barat bener-bener tempat yang indah, ramai, tapi terasa damai seolah-olah rumahku berada di sini dan aku merasa sudah pernah kesana.

"Aku suka suasana Padang." Aku ngira aku bergumam dalam hati tapi ternyata aku keceplosan. Gara-gara earphone dan lagu yang ku nikmati membuat aku terlalu menghayati semuanya.


Damara yang dari tadi fokus nyetir memalingkan wajahnya ke arahku dan berkata, "Yang bener kamu suka Padang? Di sini panas lho."


"Kamu kira di Banjarmasin gak panas apa?" Aku pun melepas earphone yang sedari tadi ku pasang.


 "Ooo... Aku kira di Banjarmasin dingin. Soalnya, katanya, kan, Kalimantan banyak hutan." Damara kembali memalingkan wajahnya lurus ke depan.


"Udah pada dibakar makanya panas,"


"Gak salah, sih," katanya lalu tertawa kecil.


"Nah gitu dong, ngomong apa kek dari tadi. Damar, kenalan lebih dalam dong sama Anin." Mandeh yang dari tadi cuman asik ngobrol berdua langsung ikut nimbrung.


"Iya nih Anin, kok dari tadi asik dengerin lagu. Mending kenalan sama Damar," Mama ikut-ikutan.


"Kan, tadi udah di bandara, ngapain kenalan ulang lagi?" tanyaku.


"Iya nih aneh-aneh aja Mandeh mah," Damara menambahkan.

Tentang Kamu dan Rindu ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang