Bagian 37 - Sisi Lain

97 11 5
                                    

Aku ada lowongan kerja,

kerjanya bahagiain aku.

-Damara Hussein-

---


Setelah selesai Satgas Bela Negara sehabis ulangan tengah semester, keuangan keluargaku mulai menurun hari demi hari. Hingga akhirnya bisnis Papaku bangkrut total karena suatu hal. Tentu ini jadi masalah besar buat aku dan Kakakku. Kakakku yang masih kuliah di Malang dan aku yang juga kuliah di Bandung bikin Mama harus sangat berhemat karena kini hanya Mama yang bekerja buat menafkahi keluarga.

Terbiasa hidup "sangat berkecukupan" bikin aku mulai stress karena takut dengan semua kemungkinan yang terjadi. Aku ngerasa kaget dengan semua keadaan yang tiba-tiba saja menimpa keluargaku. Permasalahan babak baru yang mungkin saja bakal jauh lebih berat dari sebelum-sebelumnya.

Akhirnya aku terpaksa pindah tempat tinggal dari apartemen ke kost biasa. Uang sakuku pun dipotong hampir setengah yang artinya aku harus pandai-pandai berhemat. Damara gak tahu permasalahan ini sama sekali. Dia juga gak aku kasih tahu penyebab sebenernya mengapa aku pindah tempat. Aku berbohong padanya kalo apartemenku berhantu dan aku sering diganggu kalo malam hari. Maka dari itu aku mutusin pindah tempat.

Awalnya Damara menyarankanku pindah apartemen ke lantai di atasnya tapi dengan berbagai alasan –tentunya semua itu adalah sebuah kebohongan, akhirnya Damara nyerah dan menyetujui aku pindah ke kost biasa yang cukup jauh dari apartemen Damara namun sangat dekat dengan kampusku.

Aku ngerasa gak enak sama Damara kalo harus berterus terang bahwa Papaku bangkrut total dan kini keluargaku lagi ngerasain dampaknya. Aku sama sekali gak pengen dikasihani lalu dibantu Damara karena permasalahan ekonomi. Damara sudah banyak membantu terutama menjaga kesehatan mentalku dan gak jarang juga ia ngasih aku berbagai hal yang menyenangkan baik itu barang maupun hanya sekadar perilakunya terhadapku.

Menurutku, bantuan itu sudah lebih dari cukup dan aku ngerasa sangat terbantu. Aku tentu gak mau membebaninya masalah keluargaku sendiri yang jelas sama sekali bukan urusannya. Aku tahu betul Damara adalah orang yang peduli. Damara gak bakalan membiarkan aku dalam kesulitan kalo sampai dia tahu. Baginya kesulitanku adalah kesulitannya juga.

Karena keuangan keluargaku menipis, aku mencoba mencari pekerjaan paruh waktu buat menambah uang sakuku. Sayangnya aku gak pernah berhasil mendapatkannya. Hampir setiap hari setelah selesai perkuliahan aku berkeliling mencari tempat kerja yang membuka pekerjaan paruh waktu dan datang dengan tangan kosong ketika larut. Damara mulai curiga denganku karena aku sering menghilang kalo dicari dan aku juga kerap gak ada di kampus maupun di kost pas Damara mendatangiku.

"Kamu sibuk banget kuliahnya? Sekarang susah banget diajak ketemu," kata Damara ketika ia berhasil menemuiku.


"Enggak, kok. Aku lagi nyari kerja paruh waktu belakangan ini. Aku mau nyoba hal baru dan pengalaman kerja karena kata dosenku itu penting," kataku. Ya, kamu tahu itu cuman sebuah alasan.


"Udah dapet?" tanyanya.


"Belum," kataku murung.


"Aku ada lowongan kerja," kata Damara tiba-tiba.


"Beneran? Emang kerjanya ngapain?" tanyaku serius.


"Bahagiain aku." Damara ketawa.

Tentang Kamu dan Rindu ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang