Bagian 29 - Masalah

113 13 1
                                    

...Aku gak ngeyakinin buat dipercaya ternyata.

---


Anindia Rinjani: Damarr!

Anindia Rinjani: Apa kabar, hey! :))

Begitulah pesan singkat yang aku kirimkan ke Damara setelah beribu-ribu kali ngeyakinin diri dan ngebuang semua gengsi buat mengirimi pesan ke Damara yang gak kunjung ngasih aku kabarnya. Setelah pesan aku kirimkan, ku lemparkan hpku ke atas kasur lalu meninggalkannya di rumah dan pergi ke sekolah tanpa hp. Aku berharap ada kejutan sepulang sekolah yaitu balasan dari Damara.

Aku berangkat ke sekolah dengan perasaan yang baik, setelah sampai ke kelas aku melihat Winanda yang menelungkupkan kepalanya sambil nangis. Aku langsung berlari ke arah Winanda untuk mastiin apa yang terjadi sama Winanda.

"Kamu kenap– " tanyaku memegang bahu Winanda tapi langsung ditangkis Winanda. Aku sontak kaget.


"Najis. Jangan pegang!" kata Winanda sambil menatapku dengan tatapan benci. Aku ngerasa teman-teman di sekililingku memperhatikan dengan tatapan miris.


"Hah?" hanya itu respon yang bisa aku keluarin karena aku bener-bener kaget pagi-pagi sudah dibilang begitu sama Winanda.


"Nin, gak nyangka banget kamu nusuk temen dari belakang!" kata Putri.


"Nusuk apanya? Aku baru datang lho, ini. Coba jelasin biar aku tau salahku di mana?" kataku menatap sekeliling. Segera Winanda mengeluarkan hpnya dan memperlihatkan screenshot pesan yang di sana nampak ada kontak bernama Anindia Rinjani yang terlihat merayu Ardhika dengan panggilan 'sayang'. Aku yang merasa gak pernah mengirimkan pesan begitu langsung menangkis dengan santai.

"Kamu dapet dari mana? Gak mungkin aku ngelakuin ini lah. Kamu, kan, sahabatku. Lagian udah dari dulu aku nolak Dhika. Jadi aku gak ada urusan lagi sama dia."


"BOHONG!" kata Winanda teriak.


"Kamu dapet dari mana screenshot-an itu?" tanyaku sekali lagi.


"Aku ngecek hp Dhika!"


"Bukan aku itu, percaya aja. Mungkin ada orang iseng yang pura-pura jadi aku,"


"Mana buktinya?!" Winanda menatapku dengan tatapan dingin. Kelihatan dari mukanya dia gak percaya sama aku. Aku yang merasa ditantang segera meraba kantong dan tasku buat ngebuktiin bahwa itu bukan pesan dariku. Tapi aku baru sadar ternyata aku gak bawa hp ke sekolah hari itu.


"Hari ini hpku ku tinggal di rumah ternyata," kataku singkat.


"Nah, kan! Dia alesan aja itu supaya gak ketahuan isi chat-nya!" kata Putri yang ngomporin Winanda.


"Aku harus bilang berapa kali lagi ke kamu, Nan, kalo aku gak mungkin ngelakuin hal yang aku udah nyumpah gak bakalan lakuin?" Aku menatap tajam Winanda.


"Bisa aja kamu nusuk dari belakang pas aku udah percaya banget sama kamu!" Winanda membela diri. Aku memutar kedua bola mataku.

Tentang Kamu dan Rindu ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang