Bagian 11 - Pelukan Pertama

786 56 6
                                    

Kedinginan sama modus itu beda tipis ternyata!

---


Setelah sampai di warung depan komplek perumahan Damara, kami pesan dua porsi katupek gulai, satu teh talua buat Damara, dan satu air mineral buatku.

"Kamu suka banget kayaknya teh talua, ya?" kataku ke Damara yang sedang minum teh taluanya.


"Iya suka. Soalnya kalo minum ini, biasanya aku bakal kuat dan banyak tenaga seharian," kata Damara, "mau coba?" tawarnya. Aku mencoba sedikit dengan sendok. Rasanya enak dan gak amis sama sekali meskipun ada campuran kuning telur. Mungkin karna ada jeruk nipis.


"Enak!"


"Terus gimana rasa katupek gulainya?"


"Enak juga, dong!" kataku sekali lagi.


"Biasanya di daerahmu sarapannya kayak gini juga?"


"Iya. Tapi namanya lontong. Lontong biasanya disiram sama kuah santan kuning campur masak habang."


"Kalo disana ada ketupat juga, gak?"


"Kalo ketupat disana ada namanya ketupat Kandangan. Ketupatnya disiram sama kuah santan terus ikannya dibakar tanpa bumbu kecap. Pas mateng ikannya dicelupin kekuah santannya," kataku panjang lebar ngejelasin ke Damara.


"Nanti kalo aku kesana giliran kamu, ya, yang ajak keliling Kalimantan Selatan."


"Siap, Bos!" Kami pun menghabiskan makanannya dan setelah Damara membayar semuanya, kami berangkat menuju Kawasan Solok.

"Dam, penginapannya bagus, gak?" kataku sambil memasang helm.


"Bagus. Bangunan Rumah Gadang," kata Damara.


"Oh, gitu," kataku.


"Enaknya kemana, ya?" kata Damara lagi.


"Deket penginapan ada wisatanya, gak?"


"Oh, iya, ada! Disana ada Seribu Rumah Gadang. Mau ke sana?"


"Berangkat, Gan!" Aku lalu naik ke motor Damara.


"Udah siap Mbak cantik?" kata Damara membelakangiku.


"Udah Mas keren!"


"Pegangan. Bakalan ngebut nih," Damara ngasih imbauan padaku.


"Modus banget!" kataku rada jengkel.


"Kalo jatuh jangan salahin aku, ya." Aku kira Damara cuman bercanda, tapi ternyata ngebut beneran.

Tentang Kamu dan Rindu ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang