#6

3.3K 454 84
                                    

"Sepertinya dia benar-benar mengacaukan jiwa mu ya, Snape?"

Severus memijat pangkal hidung nya, "Itu terjadi begitu saja. Aku bahkan tidak menemukan alasan untuk marah pada nya hanya karena-" pria itu menarik nafas, "Dia pergi dengan pria lain."

Albus tersenyum walau tak terlihat oleh Snape karena ia sedang membelakangi nya dan sedang mencari sebuah buku. "Itu juga terjadi pada mu saat Lily berdua dengan James, right?"

"Jangan sebut nama itu di depan ku." kesal Snape.

"Why?" Albus menarik buku dari rak nya, "That's just a name."

"Yeah," Snape mengangguk kecil, "Tapi aku punya makna yang berbeda pada dua nama itu."

"Sama seperti Aline?" Albus langsung berbalik menatap wakil nya itu.

"Apa?" kaget Snape.

Albus tersenyum kecil, "I got you, Snape. Mata mu langsung membesar ketika mendengar nama nya."

Snape mengerutkan kening nya, "What's that mean?"

"That mean is," Albus duduk di kursi kekuasaan nya lalu menatap Snape menggoda, "Kau menyukai asisten mu."

"What?!" sentak Snape, ia langsung berdiri lalu berjalan mendekat ke arah kepala sekolah itu. "Bagaimana bisa bola mata bisa menentukan perasaan, Dumbledore?"

"Jika mulut tak bisa berbicara, maka mata mu yang akan menjelaskan." lagi-lagi Albus tersenyum. "Psikis manusia, Aline yang mengajarkan hal itu pada ku."

Severus memejamkan mata nya, entah apa yang ia rasakan saat ini. Sedikit senang? Kesal? Marah? Atau apa? Entahlah, ia tidak mengenal diri nya sendiri sejak mengenal Aline.

"It's Sunday," Albus berdiri, "Have a plan?"

Snapa berdiri tegak kemudian menatap pria itu suram, seperti biasa. "Aku fikir, aku akan seharian di ruangan ku, Professor."

"Baiklah, aku yakin Aline juga akan menghabiskan waktu nya di ruang makan. Slytherin punya tugas menghias ruangan untuk libur natal, bukan?" Albus tersenyum kecil, "Ku harap kau tidak merindukan nya."

*.*.*.*.*.*.*.*.*

Di sini Severus sekarang. Berdiri di depan ruangan makan. Kaki nya bergerak sendiri tanpa di perintah. Otak nya sudah mengatakan belok ke kiri dan ia akan sampai di ruangan nya. Tapi ia lupa, bahwa hati juga pemegang kendali tubuh.

Mata nya juga hanya fokus pada satu objek, Aline Xavier.

"Hai, Aline."

"Oh, hai Astoria." Aline tersenyum, "Apa Malfoy sudah berhenti marah pada ku?"

"No, not like that," Astoria memainkan jari nya, "Ak-aku baru saja memarahi nya karena menghasut semua orang untuk tidak bicara pada mu. I'm sorry."

Aline menghembuskan nafas nya, "Syukurlah ia tidak mengadukan ku pada Ayah nya." cicit Aline tapi bisa di dengar oleh Astoria, "Oh, it's okay. Harus nya aku yang meminta maaf, tidak seharusnya aku memalukan mu di depan kelas."

"No, it's my fault. Aku bertaruh nilai dengan Pansy, itu sebab nya aku mencoba untuk mencontek ulangan tersebut." Astoria mengakui kesalahan nya dan itu membuat Aline sedikit senang.

"Well," Aline tersenyum, "Ku rasa kini aku bisa berbicara dengan anak Slytherin yang lain nya, 'kan?"

Astoria terkekeh pelan. Jujur, ia sangat senang bisa berbicara kembali dengan teman satu kamar nya itu.

"By the way, hoodie mu terlihat sedikit kebesaran, Aline." Astoria menatap hoodie abu-abu yang sedang gadis itu kenakan.

"Yah, aku-"

That's StudentWhere stories live. Discover now