(2) #25

1K 150 12
                                    

Aline melonggarkan dasi nya ketika berjalan keluar dari ruangan ujian. Ini hari pertama mereka dan terlihat banyak murid-murid yang kelelahan, mereka yang kurang yakin, dan ada juga yang terlihat biasa saja seakan ujian ini tidaklah penting bagi mereka.

Saat berjalan beriringan dengan murid lain nya, tiba-tiba saja bahu Aline di tabrak dengan sangat kuat hingga menarik perhatian beberapa murid di sekitar nya.

Aline menunduk sejenak sembari tersenyum geli lalu mengangkat kepala nya dan menatap pelaku nya, "Ku harap kau berhasil dalam ujian mu, Granger."

Gadis berambut ikal itu berbalik dan menatap nya dingin, "Itu pasti."

Aline tersenyum sekali lagi, "Jangan anggap mudah, aku tidak akan mengalah kali ini."

Kedua nya saling tatap, Hermione dengan tatapan dingin nya dan Aline tatapan ramah nya. Murid-murid sekitar mereka berbisik tentang kedua sahabat yang berubah menjadi musuh itu.

"Aline," pemilik nama menoleh, "Professor Dumbledore memanggil mu."

Aline mengangguk sekali lalu kembali menatap Hermione, "Aku pergi dulu, Granger."

Aline melangkahkan kaki nya meninggalkan kerumunan murid-murid menuju lorong yang tak di lewati sama sekali. Di perjalanan, ia menebak apa yang akan di bicarakan kakek tua itu pada nya, apakah tentang Ayah nya, Collin, Paman nya atau mungkin diri nya? Namun yang pasti saat Aline berjalan santai, ia bertemu dengan pria berjubah kelelawar dan wajah suram yang tak pernah ia lepaskan itu bersama wanita muda berambut pirang dan kulit putih susu nya berjalan beriringan.

"Hai, Aline." sapa wanita itu, "Bagaimana dengan ujian mu?"

"Great," Aline tersenyum manis, "Bagaimana dengan hari mu, Professor?"

Hana balas senyum, "Baik," Aline menatap nya, "Apalagi dengan perbincangan ku dengan Professor Snape, dia pencerita yang handal, ada banyak cerita menarik yang ia miliki."

Aline tetap tersenyum tanpa mau menatap Severus yang sudah menelan ludah nya kasar, "Yah, dia pencerita yang buruk ketika dengan ku. Mungkin dia menyukai mu, Professor. Seseorang akan menjadi menarik jika kita menyukai lawan jenis," Aline akhirnya menatap manik hitam itu, "Psikis manusia."

"Owh, aku harus pergi. Professor Dumbledore memanggil ku."

Aline memasang senyum manis nya pada kedua nya lalu melangkah pergi. Ia tak tahu, senyuman manis nya justru membuat pria itu semakin takut.

Aline akhirnya sampai di ruangan kepala sekolah sihir itu setelah melewati patung dan mengucapkan sandi nya. Saat ia masuk, Dumbledore sedang duduk, dia terlihat sedang berpikir dan tidak akan menyadari kehadiran anak murid nya jika saja Aline tidak berdeham pelan.

"Aline," Dumbledore tersenyum, "Silahkan duduk."

Aline menurut, ia duduk di depan meja pria itu dan menatap nya datar.

"Ada sesuatu yang perlu ku beritahu pada mu."

Aline menatap wajah pria yang sudah keriput itu dengan intens, entah kenapa darah nya berdesir hebat, tidak tahu pertanda apa yang pasti darah ular nya sedang tidak tenang.

Dumbledore sendiri juga terlihat tidak yakin ingin mengucapkan apa yang dia niatkan. Seperti sebuah kabar, bukan kabar buruk namun juga kabar yang membahagiakan.

"Aku tidak tahu apa ini kabar yang membahagiakan atau tidak bagi mu, tapi," Pria bernama Albus itu memainkan jemari nya di atas meja dan menelan ludah nya kasar.

Albus menarik nafas panjang dan bersiap menceritakan nya pada gadis yang setia menunggu nya berbicara.

"Kementrian menemukan keturunan Xavier terakhir lain nya."

D E G H

Aline menatap nya datar namun intens, tak menunjukkan keterkejutan apapun ataupun reaksi lain nya. Tapi yang pasti, ia gelisah.

"Dia di temukan jauh dari luar desa ottery," Dumbledore melanjutkan, "Para Auror ataupun tim medis sudah memastikan, apakah dia benar-benar keturunan Xavier sama seperti mu atau bukan dan hasil nya," ia diam sejenak, "Dia sepupu jauh mu, Aline."

Aline hanya mengeraskan rahang nya, ia tak berniat berbicara.

Dumbledore meraih tangan anak murid nya itu, "Ini kemungkinan terburuknya, Aline."

Aline mulai semakin gelisah, darah nya tak berhenti berdesir.

"Kau akan di nikahkan pada nya," Dumbledore benar-benar tak melihat reaksi gadis ini, "Xavier adalah awal dari dunia sihir, keberadaan nya sangat di jaga, Aline. Dan aku tahu benar bahwa kau dan Severus sangat dekat tapi," ia diam sejenak, "Jika kau menikah dengan nya, anak mu akan membawa nama pria itu bukan diri mu. Jika itu terjadi, maka keturunan Xavier benar -benar punah dan dunia sihir akan tidak seimbang."

"Dia juga sudah bertemu dengan Ayah mu, dan Chris bilang, dia bersyukur masih ada keturunan Xavier selain diri mu."

"Aku tahu ini pilihan yang berat, Aline." Dumbledore menepuk lembut tangan gadis itu, "Tapi aku yakin, kau bisa menentukan pilihan yang terbaik."

Aline diam, mata nya hanya tertuju pada tangan nya yang di genggam oleh kepala sekolah nya.

Aline akhirnya mengangkat kepalanya dan menatap pria itu, "Apa aku boleh pergi sekarang?"

Dumbledore menatap nya kaget, pasalnya ia belum mengeluarkan reaksi nya.

"Aku perlu istirahat setelah ujian tadi." sambung Aline melihat reaksi nya.

Dumbledore baru mengerti lalu melepaskan genggaman nya kemudian mengangguk samar, "Baiklah, kau boleh pergi."

Aline tersenyum kecil lalu tanpa babibu langsung berdiri dan berjalan meninggalkan ruangan kepala sekolah itu. Albus menatap kepergian murid nya lalu menarik nafas resah.

*.*.*.*.*.*

Aline masuk ke dalam kamar nya, ia terlihat sangat lelah. Setelah ujian tadi dan kabar itu—argh, itu membuat nya kepala nya pusing hanya dengan mengingat nya.

Aline akan langsung membanting tubuh nya ke atas kasur jika saja tak melihat seorang pria yang tadi ia temui berdiri di sana.

"Aku tak menceritakan apapun."

Aline menaikkan satu alis nya.

"Aku hanya menceritakan seorang gadis, dan itu kau."

Aline tersenyum geli, "Kau tak perlu menjelaskan nya."

Severus langsung bernafas lega, "Senyum mu sangat manis tadi."

"Bukankah itu bagus?" Aline meletakkan kacamata nya ke atas meja di dekat nya lalu berdiri depan pria itu.

"Senyum manis mu memiliki dua arti, Aline. Salah satu nya adalah, aku akan mati."

Aline terkekeh geli mendengar nya kemudian kekehan nya perlahan menghilang dan di gantikan tatapan lembut gadis ini dan Severus yang menatap nya penuh kagum. Namun tak berapa lama Severus tersadar.

"Apa ada yang menganggu mu, Aline?"

Aline tersenyum lalu menggeleng pelan, "Tidak, tidak ada."

Severus menaikkan kedua alis nya tidak yakin namun gadis ini malah berjinjit, menyatukan bibir kedua insan, menghapus jarak, menahan nafas. Severus awalnya terkejut tapi akhirnya ia luluh dan memejamkan mata nya sembari memeluk pinggang gadis ini.

Cukup lama mereka saling bertukar saliva hingga akhirnya Aline melepaskan nya perlahan.

Severus masih menatap nya heran.

"Apa kau takut aku akan di rebut oleh wanita itu?"

Aline terkekeh, "Untuk apa aku takut jika pada akhirnya kau akan jatuh pada ku berkali -kali?"

Severus diam sejenak, "Kau benar juga."

Lalu kedua nya saling diam.

Kemudian,

"Apa aku boleh menginap di ruangan mu?"

Severus menatap nya kaget.

"Aku hanya ingin tidur sambil memeluk mu."



















TBC

That's StudentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang