(2) #13

1.3K 260 116
                                    

"Jangan berharap kau akan berhasil di percobaan pertama, Aline."

Gadis itu menarik nafas dan mencari posisi yang nyaman di kursi nya lalu menatap pria itu mantap dan mengangguk yakin. "Aku akan terus mencoba nya bahkan jika itu sampai percobaan yang ke seratus."

"Aku akan ikut masuk ke dalam ingatan mu," Remus menunjukkan tongkat sihir nya, "Kau tidak masalah dengan hal itu?"

Aline mengulum bibir nya sejenak lalu menggelengkan kepala nya pelan sebagai jawaban.

"Alright," Remus memutar tongkat nya sekali lalu menempelkan ujung tongkat nya ke kening yang berlapis perban ini. "Aku yakin Xavier sudah terlatih untuk mengendalikan emosi nya, bukan?"

"Yes, sir."

"Control your emotion," Remus menatap nya intens, "Karena mungkin, darah ular mu akan sangat tak terkendali."

Aline menelan ludah nya kasar lalu mengangguk sekali secara mantap.

Remus menarik nafas seiring Aline yang memejamkan mata nya. Terdengar Remus mengucapkan beberapa mantra hingga terlihat cahaya putih yang membutakan. Seketika Aline seperti di lempar pada saat ia masih bayi dan seorang pria yang ia kenal sebagai Ayah bersama seorang wanita cantik bermanik biru nya yang indah.

"Kakak ku mungkin tidak menerima nya. . .,"

"Siapa yang tega menolak anak semanis ini, Sayang?"

"Mama! Tangkap!"

"Come here, my girl."

Aline mencengkram tangan kursi dengan sangat kuat kala merasakan gejolak di dalam tubuh nya, ia ingin marah sekarang.

Lalu pandangan Aline di hadapkan pada kejadian di mana saat Ayah dan Ibu nya saling berciuman kemudian ibu menatap nya sambil tersenyum sebelum akhirnya mendorong pintu dan keluar.

Tangan Aline mencengkram sandaran kursi dengan sangat kuat hingga memutih.

"MAMA!"

"Nyonya Xavier terkena sihir secara tidak sengaja, Mister."

Hujan turun dengan sangat deras di iringi petir yang menggelegar.

Aline meringis pelan, gejolak di dalam tubuh nya semakin menggebu-gebu kala melihat tubuh ibu nya terbaring tak berdaya dengan tongkat sihir di genggaman tangan nya.

"Kau Xavier terakhir, Aline. Kau harus menjadi gadis yang kuat."

Aline merasakan tubuh nya berkeringat kala pandangan nya menunjukkan saat pertama kali ia masuk ke sekolah Hogwart.

"Aku tidak tahu ada guru yang tak perduli dengan murid nya."

"Jaga perkataan mu, Miss."

"Apa tertulis larangan mengatakan pendapat? Ewh, itu pembunuhan karakter."

Pandangan Aline memburam di gantikan kejadian-kejadian nya saat berkenalan dengan Astoria dan bertemu seorang pria albino namun dengan manik biru yang indah, sama seperti milik ibu nya.

"Tak ku sangka kita akan bertemu lagi, Cousin."

"Yeah, delapan tahun akan ku lewati dengan suram."

"Kau sangat suka minum susu di pagi hari, ya?"

"Astoria lah pelaku nya."

"Aku memperhatikan semua orang, sir. Semua orang."

Aline menggeram, mulai tidak tahan dengan emosi nya yang terus memaksa untuk keluar. Darah ular nya benar-benar ingin mengambil alih tubuh nya.

"Emosi mu tak terkendali, Professor."

That's StudentWhere stories live. Discover now