(2) #20

1.5K 264 114
                                    

Aline memutar bola mata nya malas saat menenteng banyak belanjaan di tangan nya. Ini semua bahan untuk ramuan dari pria ini. Bukankah sudah dia katakan bahwa ia tak mau kembali menjadi asisten nya? Ini merepotkan.

Severus berbalik dan menambah beban yang di bawa gadis ini, Aline memaki dalam hati.

Severus kembali berjalan membuat Aline mau tak mau menyeret kaki nya mengikuti pria ini. Ia bahkan sama sekali tidak tertarik dengan apa yang di jual di sana, ia hanya ingin duduk tenang di perpustakaan lalu membaca buku tanpa gangguan apapun.

Aline menghembuskan nafas nya panjang kala pria itu malah asik berbincang dengan seseorang yang ia kenal, itu hanya akan membuat kaki dan tangan nya semakin pegal.

"Murid mu, Sev?" tanya pria itu.

Severus menoleh sebentar ke arah gadis itu, "She's my girl—"

"Actually, i'm his student, sir."

Potongan cepat dari Aline itu membuat Severus terdiam dan menoleh ke belakang lalu menemukan gadis itu menatap nya dingin, sedikit tidak suka. Severus menghela nafas panjang, "My girly student."

"Baiklah," kekeh pria itu. "Aku pergi dulu."

Severus tersenyum paksa ke arah nya lalu diam sejenak sebelum akhirnya kembali melangkahkan kaki panjang nya menuju keluar toko. Aline menghela nafas pelan dan menyusul pria itu. Langkah nya sedikit terhambat karena tumpukan salju dan beban yang ada di tangan nya sangat berat.

"Cepatlah, aku tidak punya banyak waktu."

Aline menatap pria itu dingin. Kulit putih nya semakin terlihat karena salju sekitar dan itu membuat manik hijau nya terlihat sangat jelas, apalagi ia sedang tidak memakai kacamata sekarang. Ia menatap punggung pria itu semakin menjauh. Ia tak perduli dingin yang menyerang karena tidak memakai pakaian apapun selain baju seragam dan jubah asrama nya.

Severus mengerutkan kening nya kala merasa ada yang aneh lalu berbalik. Ia diam sejenak melihat gadis itu hanya diam beberapa meter dari nya, "Apa yang kau lakukan di—"

Aline mengangkat kedua tangan nya sebentar sebelum akhirnya menjatuhkan semua yang ada di pegangan nya ke atas salju membuat Severus menatap nya dalam diam.

"Aku ingin pergi." balas Aline singkat.

"Kau tidak bisa pergi kemanapun selama aku masih menyuruh mu untuk membawakan peralatan ku, Miss."

Aline diam sejenak, "Bagaimana jika aku tak mau?"

"Kau akan—"

"Aku bukan lagi asisten mu, Professor." tatapan Aline mendingin.

"Tapi kau masih murid ku."

"Kau menyebalkan."

"Semua murid juga mengatakan hal yang sama."

"Jangan menyamakan ku dengan murid yang lain."

"Kau sama dengan murid yang lain."

"Aku berbeda."

"Apa yang membuat mu berbeda?"

"Kau mencintai ku."

Terdiam adalah kata yang pas menggambarkan Severus setelah mendengarkan ucapan gadis itu. Entah kenapa, kini jantung nya berdegub dengan sangat kencang. Baru ia sadari, wajah gadis itu semakin cantik di atas salju dengan rambut hitam pekat nya yang ia gerai, tak biasa nya yang sering ia kuncir kuda.

"Ini tidak ada hubungan nya." Severus berusaha untuk terlihat biasa saja.

"Tentu ada."

"Apa?"

"Karena aku juga mencintai mu."

Lagi-lagi, Severus terdiam. Aliran darah nya juga ikut-ikutan terdiam. Ia menatap gadis itu dengan mulut sedikit terbuka.

"Kau bertingkah menyebalkan sejak di lorong sekolah." Aline masih menatap nya dingin, "Jika aku berbuat salah, kau tinggal mengatakan nya."

Severus menelan ludah nya kasar, "Seharusnya kau sudah tahu."

"What?"

Severus membuang wajah nya ke arah lain, "Aku tidak mau membahas nya."

"Karena aku berpelukan dengan Cedric?"

"Kau sudah tahu."

Aline memutar bola mata nya malas, "Aku sengaja melakukan nya."

"Aku tahu."

"And then?"

Severus diam sejenak, "Kau tidak pernah memeluk ku seerat itu sebelum nya."

Aline menghembuskan nafas nya sedikit kasar, "Bukankah aku sudah pernah mengatakan nya? Jika kau punya hal yang ingin kau katakan tinggal katakan."

Severus menggertakkan gigi nya, "Tidak segampang itu, Aline."

"Why?"

"Karena aku sangat tidak suka kau berdekatakan dengan pria lain!" Severus kembali menatap Aline dengan nada suara yang ia naikkan hingga menarik perhatian beberapa orang yang lewat di sana.

Aline mendatarkan tatapan nya, "Kau bisa mengatakan nya."

"Andai itu semudah perkataan mu, aku sudah mengatakan nya sejak tadi!" Severus menahan nafas nya, "Apa yang kau harapkan? Guru ramuan ini datang pada mu lalu mengatakan ; Jangan dekat dengan nya, begitu?!"

"Yes."

"What?"

Aline menatap nya intens, "Secara tidak langsung, kau mengatakan bahwa kau masih ragu dengan ku, Professor."

Severus terdiam sejenak, "Aline—"

"Jika kau memang yakin dengan ku, kau tidak akan seberat itu untuk mengatakan bahwa kau tidak suka aku dekat dengan pria lain." Aline melipat tangan nya di depan dada.

"Aku keberatan," Severus menatap nya tajam, "Ku rasa kau yang masih ragu, Aline." gadis itu terlihat tetap diam. "Kau yang memotong ucapan ku saat aku ingin menjawab bahwa kau adalah pacar ku."

"Karena sampai sekarang kau belum melakukan apapun untuk menyatakan bahwa aku adalah pacar mu." balas Aline cepat. "Aku bisa mengatakan pada seluruh dunia bahwa aku adalah pacar mu setelah kau melakukan sesuatu. Aku tidak mau di dalam hubungan yang tidak jelas di saat aku sangat yakin dengan mu."

Severus kembali terdiam mendengar ucapan gadis di depan nya, mereka tidak memperdulikan orang-orang yang memperhatikan sejak tadi.

Aline menghela nafas panjang lalu meluruskan tangan nya kembali, "Baiklah, begini saja."

Aline menatap nya datar, "Jika kau masih tidak yakin dengan perasaan mu, maka biarkan aku pergi."

Severus mengerutkan kening nya tak mengerti.

"Dalam langkah yang ke tujuh, aku akan hilang," Aline memulai langkah pertama, "Dan tidak akan pernah kembali ataupun di temukan oleh siapapun."

Severus menelan ludah nya kasar saat gadis itu mencapai langkah kedua.

Severus menatap gadis itu dengan tatapan yang tak bisa di artikan.

Aline sudah mencapai langkah ke tiga.

Severus mengeraskan rahang nya.

Langkah ke empat.

Severus menundukkan kepala nya.

Langkah ke lima.

Otak nya tak bisa berfikir jernih.

Langkah ke enam.

Severus mengigit bibir bawah nya dengan sangat kuat hingga itu berdarah.

"Tujuh." Aline tersenyum kecil, "Bye—"

T B C

That's StudentWhere stories live. Discover now