3. PENGUASA ANDROMEDA

Začít od začátku
                                    

Nama lo Aurora 'kan? gue udah catat nama lo di daftar nama-nama orang yang bakal gue buat nggak tenang di Andromeda!

"Warung Zebra itu wilayah anak Satrova, Ra. Jelaslah, lo di usik duluan sama Angkasa. Dia nggak suka kalau ada orang lain yang datang ke tempat itu selain temen-temennya, Satrova." timpal Vana. Ia sudah cukup mengenal banyak tentang Angkasa dan geng besarnya, pembuat onar, nakal, dan berkuasa, apalagi rata-rata yang masuk Satrova adalah anak-anak Sultan. Bagaimana mereka tidak sefamous itu? 

"Biasanya yang suka cari masalah sama Angkasa semuanya laki-laki, mereka nantangin Angkasa tapi ujung-ujungnya bonyok juga," ujar Vana sembari mengingat beberapa kejadian luar biasa yang pernah terjadi di sekolah ini. "Kayaknya, lo satu-satunya perempuan yang nantangin dia, Ra." 

Aurora merasakan tenggorokannya tiba-tiba kering, pikirannya tidak baik sekarang. Status siswa baru lalu dengan berani menantang ketua geng sampai menamparnya, bukankah memang sangat belagu? tetapi Angkasa juga sangat keterlaluan dengan ucapannya! 

"Ra? Lo nggak papa 'kan?" tanya Vana ketika melihat perubahan wajah Aurora yang tiba-tiba pucat. 

"Nggak papa." Aurora berdiri dari kursinya, "Gue ke toilet dulu yah, Va." 

"Mau gue temenin?" tawar Vana.

"Nggak usah, Va." Aurora lalu beranjak pergi dari bangkunya. Sedangkan Vana, pikiranku ikut kacau membayangkan masalah Aurora dengan Angkasa. 

Di ambang pintu, langkah Aurora tiba-tiba berhenti. Jantungnya seakan tidak berdetak saat itu, matanya bertemu dengan sorotan mata elang milik Angkasa, tajam dan menakutkan. Lagi-lagi Aurora melihat kilatan emosi dari mata itu, hal ini membuatnya kontan mengalihkan pandangan. 

Angkasa tidak sendiri. Di belakangnya ada Bara, Alaska, Rama, Sekala, Razi, dan 7 orang anggota Satrova dari kelas sebelah. Mereka semua terlihat menyeramkan bagi Aurora, apalagi jaket kebesaran mereka terpasang rapi di badannya. 

"Minggir!" titah Angkasa yang membuat Aurora menoleh ke arahnya dengan warna wajah bingung. Perempuan itu mengerutkan keningnya, Untuk apa Angkasa dan teman-temannya datang kesini? 

"Lo budek?" tanya Angkasa ketika melihat tak ada pergerakan yang dilakukan oleh cewek belagu yang sedang berdiri menghalangi langkahnya. "Gue bilang minggir!!"

Ketus, sok berkuasa, nakal. Itulah deretan kata yang berhasil mendeskripsikan Angkasa di benak Aurora. 

"Lo emang nggak bisa bicara baik-baik yah?" singgung Aurora. Tetapi Angkasa tidak memedulikan ucapan Aurora, ia memilih melewatinya diikuti dengan teman-temannya. Itulah Angkasa, ia tidak akan banyak menggubris jika memang menurutnya tidak perlu untuk di ladeni. 

Atmosfer kelas XI. MIPA 4 tiba-tiba terasa menegangkan, jejeran laki-laki bangku belakang mulai bangkit dari lingkaran yang ia buat untuk Mabar. Rengga menyambut Angkasa dengan tos ria yang membuat laki-laki itu sedikit hangat, sedetik. 

Angkasa mengedarkan pandangannya, sorot matanya melayangkan tatapan kebencian, tatapan permusuhan yang baru saja ia kibarkan, seperti Merapi yang sebentar lagi akan meletus. 

BRAK!!

Angkasa memukul meja Leo dengan emosi yang tidak bisa ia tahan. Leo Febriano, satu-satunya anggota Vegans di SMA ANDROMEDA. Leo memang terkenal pendiam dan jarang bergaul bahkan dengan teman kelasnya. 

"ANJING BANGET LO JADI COWOK!" teriak Angkasa, suaranya menggelegar di ruangan ini. Sebagian mata menatap Angkasa dan Leo penuh tanya termasuk Aurora yang berdiri membisu di dekat pintu. Sebelumnya Angkasa dan Leo tidak pernah berselisih seperti ini walaupun berada di kubu yang berbeda. 

DIA ANGKASA Kde žijí příběhy. Začni objevovat