67. Titik Balik Leader Bangsat Boys

1.2K 239 74
                                    

Jeka akhirnya diantar pulang Mario karena motornya telah hancur lebur terlindas kereta api. Namun sebelum pulang ke rumah, pemuda itu minta diantarkan untuk menemui salah satu temannya. Jeka ingin menemui Sobirin hendak mengutarakan sesuatu.

Sobirin yang tengah main karambol bersama tetangga-nya pun kaget bukan main melihat Jeka yang ia gadang-gadang sebagai role modelnya datang bertamu. Pemuda itu langsung mengkomandoi teman-temannya untuk memberi hormat pada Jeka. Mario yang melihatnya hanya mampu tertawa geli, sebegitu terhormatnya Jeka dimata bocah itu.

"Siap grak! Lencang depan grak! Tegap...".

"Eh udah-udah gak usah sampai kayak gitu. Gue cuma mau ngomong bentar sama loe". Kata Jeka buru-buru menghentikan aksi aneh-aneh Sobirin. Sobirin langsung menegakkan tubuhnya dan menatap Jeka serius.

"Mau ngomong apa Bang?". Jeka mendekat kearah Sobirin kemudian menepuk pundak pemuda itu beberapa kali.

"Gue milih loe sebagai penerus leader Bangsat Boys selanjutnya". Tanpa basa-basi Jeka mengutarakan niatnya yang hendak menunjuk Sobirin sebagai penggantinya. Ia dan kawan-kawannya harus segera pensiun karena sudah mau kelas tiga. Dan kandidat yang bisa Jeka percaya adalah Sobirin, tidak tahu kenapa tapi Jeka punya firasat jika Sobirin bisa menjadi leader yang baik.

"Hah?! Gue Bang?! Jadi leader?! Gue sih mau-mau aja Bang, tapi kata emak gue besok di SMA kudu masuk ekskul Rohis". Sobirin berbisik diakhir kalimatnya takut emak-nya denger. Jeka terkekeh kemudian menepuk-nepuk kepala Sobirin.

"Masa depan Bangsat Boys gue serahin sama loe, mau loe bawa ke arah negatif atau positif tergantung sama loe. Tugas loe sekarang adalah belajar yang rajin biar bisa masuk SMA gue". Kata Jeka menasehati. Mata Sobirin terlihat berkaca-kaca pemuda itu langsung menyalami tangan Jeka dan mengucapkan terimakasih berkali-kali.

"Siap Bang! Gue pasti bakal jalanin amanah dari loe, eh tapi omong-omong kenapa Abang mendadak nyerahin posisi leader ke gue?". Tanya Sobirin kemudian.

"Gue mau jalanin amanah dari bokap gue Bin. Gue berhenti nakal, waktu gue buat nyari jati diri udah selesai. Waktunya gue balik ke titik nol, gue mau jalanin kehidupan yang lebih positif". Jeka tersenyum lembut bahkan Sobirin pun tertegun melihat senyum diwajah pemuda itu. Senyum tulus dan terlihat sangat adem, jarang sekali kan Jeka demikian. Mendadak aura sangar dan bad boy hilang dari pemuda itu. Titik balik leader Bangsat Boys bermula dari sini.

++

Jeka akhirnya pulang ke rumah, pemuda itu langsung membersihkan diri dan setelahnya memikirkan sesuatu. Unaya-nya besok pergi, ada beberapa hal yang belum sempat ia sampaikan pada gadis itu salah satunya tentang identitas private number yang sebenarnya adalah dirinya.

"Gimana ya caranya ngomong ke dia kalau gue sebenernya private number?". Gumam Jeka sembari mengusap dagunya, saat mata pemuda itu berputar tak sengaja ia menangkap gitar akustik yang sudah lama sekali tak disentuh. Dengan ragu Jeka mengambil gitar akustiknya yang ia letakan di pojok kamar dan iseng memainkannya. Hobi Jeka saat SMP sebenarnya menyanyi, hanya saja sejak sibuk tawuran pemuda itu jadi melupakan hobinya.

"Udah lama banget gak nyanyi". Gumamnya sembari mengutak-atik steam gitar. Mendadak Jeka punya ide cemerlang setelah memegang gitar kesayangannya. Diambilnya ponsel dan ia buka aplikasi kamera, dipencet-nya tombol video dan pemuda itu mulai merekam dirinya yang tengah mengungkapkan perasaannya pada Unaya.

Esok harinya, Unaya hanya diam terpaku menatap orang-orang suruhan Papa-nya yang tengah mengeluarkan perabotan rumah, rumah di Jakarta benar-benar dijual. Unaya sedih tentu saja, rumah yang ia tempati ini telah melukis banyak kenangan. Gadis itu menatap setiap sudut, ah rasanya berat sekali mengikhlaskan rumah ini. Tapi keputusan Papa-nya tidak bisa diganggu gugat, daripada rumah di Jakarta kosong lebih baik ditempati oleh orang lain.

Bangsat Boys (Book 1&2)✔️Where stories live. Discover now