66. Kehilangan

938 213 22
                                    

Unaya benar-benar menyesal karena tidak bisa datang ke pemakaman Pablo, gadis itu harus mengurus tetek-bengek kepindahannya. Mengurus tiket, visa, dan sebagainya. Irene dan Jeni datang untuk mewakili, mereka mengucapkan rasa duka sekaligus memberi support agar keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan terkhusus untuk Jeka dan Yeri.

Jangan tanyakan bagaimana keadaan Yeri, gadis itu menangis semalaman bahkan sampai hari ini. Gadis itu tidak mampu menyembunyikan kesedihannya, superhero-nya telah pergi. Meski ada Jeka pasti akan menjaganya, tapi baginya superhero-nya adalah Papa. Tidak ada yang membuatnya merasa aman kecuali Papa-nya.

"Yang tabah Mbak". Ujar Irene sembari memeluk Sonia. Sonia menangis sesenggukan saat jenazah suaminya dimasukkan keliang lahat. Disaat seperti ini Jeka terlihat sangat berbakti pada Papa-nya, pemuda itu ikut menghantarkan Papa-nya ke tempat peristirahatan terakhir, membopong Papa-nya dan menidurkannya dengan sangat lembut. Jeka sekuat tenaga menahan air matanya, namun tetap saja matanya terlihat berkaca-kaca.

"Banyakin berdoa Yer". Jeni merangkul Yeri dan mengusap-usap lengan gadis itu. Yeri mengangguk dan mengucapkan terimakasih pada Jeni dengan suara lirih.

Setelah prosesi pemakaman selesai, para pelayat mulai membubarkan diri hingga tinggal keluarga inti saja dan antek-antek Jeka yang tersisa. Jeka dan Yeri berjongkok sembari mengusap batu nisan Pablo, doa tak henti-hentinya mereka panjatkan didalam hati. Secuil rasa tenang bergelanyut dihati Jeka, Papa-nya pasti bahagia sekarang karena bisa bersatu kembali dengan Mama-nya. Mata Jeka bergeser menatap makam Mama-nya yang tepat disebelah makam Papa-nya. Pablo kembali bersatu dengan cinta sejatinya.

"Jeka, Yeri yang ikhlas. Sering-sering kirim doa buat Papa, kalau kalian ikhlas insyaallah Papa tenang disana". Ujar Irene sembari menepuk pundak Jeka dan Yeri bergantian.

"Makasih Tan, Unaya mana? Kok gak kelihatan?". Tanya Jeka yang memang sedari tadi tak melihat sosok Unaya hadir di acara pemakaman Papa-nya. Padahal Unaya sudah mengirim pesan pada Jeka kalau ia tidak bisa hadir melayat, tapi karena Jeka sedang primitif handphone alhasil pesannya belum dibaca.

"Unaya sama Papa-nya lagi ngurusin surat-surat buat pindahan besok, dia gak ngabari kamu kah?". Sahut Irene.

"Oh? Mungkin ngabarin tapi Jeka belum buka hape Tan". Jeka mendadak sedih begitu mengingat Unaya mau pergi besok. Hari ini ia menghantarkan Papa-nya pergi dan rasanya menyiksa sekali, dan ia tidak bisa membayangkan esok hari harus kembali menghantarkan orang yang ia sayangi pergi jauh.

"Gimana Mbak rencananya? Kalian semua jadi pindah ke Singapura? Sekolah Jeni gimana?". Tanya Sonia sembari merangkul putrinya. Jeka, Yeri, dan antek-antek Jeka diam menyimak percakapan dua wanita itu. Yeri sesekali melirik Jeka yang kentara sekali sedihnya karena besok Unaya pergi ke Singapura.

"Unaya jelas harus pindah Mbak, pengobatannya tidak bisa ditunda lagi. Helen juga harus mendapat perawatan intens, kami semua memutuskan untuk pindah ke Singapura. Rumah di Jakarta dijual, Jeni mungkin juga bakal sekolah di sana". Ujar Irene menceritakan rencana kepindahan mereka.

"Loh sebentar lagi kan Jeni sudah mau lulus SMP, apa nanti sekolahnya gak berantakan kalau dipindahin ke sana? Lebih baik Jeni tetap sekolah di Jakarta, dia bisa tinggal sama aku". Kata Sonia memberi solusi, Irene terlihat tidak enak hati mungkin masih canggung dan sungkan pada wanita itu.

"Eh? Apa gak ngerepotin Mbak?".

"Jeni kan anak aku juga Mbak, nanti biar aku yang ngomong sama Papa-nya". Sahut Sonia yang membuat Jeni  senang sekali, gadis itu lebih suka tinggal di Jakarta bersama Mama-nya ketimbang pindah ke negeri orang dan sudah pasti bakal merasa asing.

"Tante tenang aja, kan disini juga ada Jeka. Jeni adik Jeka juga". Tambah Jeka meyakinkan Irene.

Langit yang tadinya sudah mendung kini semakin menghitam, dan tak lama hujan deras mengguyur. Beberapa orang sudah berlarian mencari tempat berteduh, namun Jeka masih betah berada di posisinya.

Bangsat Boys (Book 1&2)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang